Furqon dan Adis diam mematung di samping. Firasat buruk dengan cepat meniup bulu kuduk. Adis menggenggam tanganku erat. Tremor yang dihasilkannya tidak terkendali. Sementara Furqon mulai sesak nafas, air mata mulai keluar dari kedua matanya.
"Kemaaaaaarilah Amiiiir!" ujar salah seorang lelaki di bawah dengan baju zirahnya bernada pelan menakutkan.
"Di-di-di belakang!" bisik pelan Furqon dengan nada gemetar.
Beberapa orang nampak mendaki dari tempat kita sebelumnya. Bahkan dari kiri kananku juga. Furqon dan Adis masing-masing memegang erat lenganku seolah hanya aku yang bisa membasmi mereka semua.
Kakiku mulai menuruni bukit ke kumpulan orang itu. Sekarang hambatan terbesarku berada pada orang-orang ini yang seperti kucing ketakutan.
"Mir, apa yang sebenarnya terjadi?" Adis berbisik pelan.
"Kita akan tahu setelah menanyakan mereka."