Shireen berdiri di pinggir jendela besar yang menghadap jalanan kota Bandung. Hatinya yang sedang bahagia, membuat otaknya berselancar pada malam pertama yang akan dilewatinya bersama Ghailan. Di sisi lain, Ghailan masih sibuk bicara dengan Sullivan yang baru saja tiba di kota Jakarta.
Shireen berjalan ke meja rias dan duduk dengan anggun. Perlahan, ia melepaskan aksesoris yang masih menempel di kepalanya. Ia sudah penat membawa siger seberat hampir satu kilo gram seharian ini.
Saat akan melepas anting, ia merasa kesulitan, sebab penyumbat anting terlalu kecil. Ia pun berusaha dan tetap gagal, tiba-tiba ia merasakan sentuhan lembut di bahunya.
"Kenapa sayang, susah?" tanya Ghailan, sambil berbungkuk.
"Iya nih," sahut Shireen, ia sedikit gerogi.
"Sebentar." Ghailan mundur lalu melepaskan pakaiannya, hingga dadanya yang bidang terlihat jelas di pantulan cermin. Shireen semakin deg-degan melihat tubuh sexy suaminya.
