Seusai wisuda, ke-2 orang tua Akbar dan Hayati mengadakan rencana untuk liburan bersama.
"Jeng, bagaimana kalau kita adakan liburan keluarga bersama," ucap Hana saat mereka mau pulang dari sekolah.
"Wah, ide yang bagus itu, Jeng. Kapan?" tanya Ara.
"Besok sudah mulai libur, bagaimana kalau besok saja?" tanya Hana.
"Baik, deh! Biar Papa meliburkan diri juga." ucap Ara.
"Iya, sama. Jeng."
Mereka akhirnya sepakat untuk berlibur bersama, sedangkan Hayati dan Akbar mengobrol tentang permasalahan mereka yang tidak pernah terselesaikan.
"Bagiamana? Apakah sudah bicara sama orang tuamu perihal perjodohan kita? Apa tidak bisa digagalkan?" tanya Akbar.
"Aku tidak bisa melawan ke-2 orang tuaku. Seharusnya kamu yang membatalkannya." jawab Hayati.
"Kita cari cara saja buat besok, agar perjodohan kita batal. Lagian besok kita sekeluarga akan berlibur bersama, rencana kita harus berhasil." ucap Akbar.
"Oke!"
Hayati dengan cepat menyetujui, akhirnya mereka semua berpisah dan menaiki mobil mereka masing-masing. Hayati hanya terdiam dan tidak berkata apapun, dia hanya sibuk melihat layar kamera handphonenya sembari melihat foto-foto yang diabadikan dengan teman-temannya.
"Kamu istirahat dulu, Hayati. Sebab besok kita akan jalan bersama keluarga Akbar." kata Hana, saat mereka sudah sampai di rumah.
"Memang kita mau ke mana, Ma?" tanya Hayati.
"Berlibur ke malioboro dan sekitarnya, pasti seru." jawab Hana.
Hayati terdiam kembali dan pergi ke kamar. Di kamar, Hayati tiba-tiba teringat akan Akbar. Dia tidak mengerti kenapa dia harus memikirkannya, tiba-tiba handphonenya berdering.
'Halo!?' sapa Hayati.
'Halo! Ini aku Akbar,'
'Iya, ada apa apa?' tanya Hayati.
'Aku punya rencana untuk besok, aku harap kamu ikuti rencana ku,' ucap Akbar.
'Rencana apa?' tanya Hayati.
Akbar pun menjelaskan tentang rencana yang akan mereka lakukan, mereka sepakat untuk melakukan hal itu. Awalnya Hayati tidak setuju, namun Hayati mengiyakan cara dari Akbar, meski itu berat. Setelah mereka sepakat, Akbar menutup teleponnya. Tidak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB. Hayati keluar dari kamarnya dan makan malam bersama keluarganya.
"Hayati, sudah siap-siap untuk besok?" tanya Hana.
"Belum, Ma. Hayati juga tidak banyak membawa barang kok, Ma." ucap Hayati.
"Iya, setidaknya beres-beres dulu. Biar besok pagi tidak rempong." Kata Hana.
Hayati hanya mengangguk pertanda setuju, dia segera melanjutkan makan malamnya dan bergegas untuk tidur.
"Hayati, besok keluarga Akbar akan menjemput kita pukul 07.00. Mama harap kamu sudah siap pada jam itu," ucap Hana.
"Baik, Ma." jawab Hayati berlalu pergi.
Hayati merebahkan tubuhnya meski dia tidak mampu memejamkan matanya karena teringat akan kesepakatan antara Akbar dan dirinya. Dia tidak yakin bisa melakukan hal itu semua, sebab perilaku itu sangat jauh dengan dia. Pikiran Hayati semakin kalut, dia memutuskan untuk menonton televisi yang berada di kamarnya. Sehingga dia terlelap dalam tidurnya.
***
"Ayo! Kamu lakukan seperti apa yang telah kita sepakati tadi malam," ucap Akbar.
"Tidak," tolak Hayati.
"Apa jangan-jangan kamu sudah naksir sama aku," ucap Akbar sembari memberikan senyum.
"Tidak! Kata siapa?" tanya Hayati.
"Itu buktinya kamu tidak mau perjodohan ini batal," kata Akbar.
"Kalaupun kamu suka sama aku, sudah ngaku saja! Gak usah gengsi." imbuh Akbar.
"Enggak..."
Akbar terus saja mengganggu Hayati, sehingga Hayati merasakan risih. Beberapa saat kemudian,
"Gubrak..!!!"
Hayati terjatuh dari kasurnya, ternyata semua hanyalah sebuah mimpi. Mungkin karena Hayati kepikiran, hingga dia bermimpi seperti itu. Jam masih menunjukkan pukul 22.11 WIB, namun Hayati sudah terbangun. Dia tidak merasakan nyenyak untuk malam ini.
'Ternyata semua hanyalah mimpi, daripada aku tidak bisa tidur seperti ini. Aku beres-beres saja untuk besok.' kata Hayati.
Hayati mengeluarkan kopernya dan memasukkan baju baju yang akan dibawanya besok pagi, tidak lupa dia juga membawa gantungan kunci kesukaannya. Antara senang dan tidak senang, liburan kali ini adalah liburan yang sebenarnya dia tunggu. Namun, hadirnya keluarga Akbar membuatnya tak lagi bersemangat. Semuanya sudah siap, Hayati akhirnya beristirahat kembali dan melanjutkan mimpinya. Dia berharap, mimpinya tidak kacau lagi. Hayati akhirnya tidur nyenyak hingga pagi menjelang, setelah dia selesai melaksanakan aktivitas harian di pagi harinya. Dia keluar kamar dan ikut serta sarapan bersama mama dan papanya.
"Kamu sudah siap?" tanya Hana.
"Sudah, Ma." jawab Hayati dengan mengunyah sarapan yang disantapnya.
"Selesai sarapan, semua barangnya taruh di depan. Sebentar lagi Akbar dan keluarganya pasti datang." ucap Hana.
"Baik, Ma."
"Masih kurang setengah jam lagi kan, Ma?" tanya Sandi.
"Iya, Pa. Namun, alangkah baiknya kita sudah siap terlebih dahulu." ujar Hana.
Semua koper sudah di angkat ke luar rumah, tinggal menunggu keluarga Akbar datang. Orang tua Hayati sudah tidak sabar untuk liburan dengan keluarga Akbar, sedangkan Hayati terlihat sedikit jengkel dan tidak bersemangat.
"Kenapa wajahnya ditekuk begitu, Hayati?" tanya Hana.
"Lagi malas saja, Ma." jawab Hayati.
"Kenapa malas? Ingat ya, jangan buat Papa dan Mama malu. Kamu harus bersikap sopan kepada ke-2 orang tua Akbar, bagaimanapun dia kan sebentar lagi akan menjadi mertuamu," ujar Sandi.
"Memang gak bisa dibatalkan ya, Pa? Aku bisa milih laki-laki pendampingku sendiri, Pa. Ini bukan zamannya Siti Nurbaya yang masih di jodoh-jodohkan." ucap Hayati meyakinkan ke-2 orang tuanya.
"Gak bisa, Hayati. Ini sudah perjanjian antara keluarga kita dengan keluarga Akbar, Papa dan Mama tidak mau kalau perjodohan ini batal dan membuat hubungan antara keluarga Akbar dan kita berantakan," kata Sandi.
"Benar apa kata Papamu Hayati, bahkan semenjak kamu dan Akbar sudah ada di dalam kandungan, kalian berdua sudah dijodohkan. Semisal jenis kelamin sama, Mama dan Papa juga sepakat agar anak-anaknya bersahabat." imbuh Hana.
Hayati hanya diam dan tidak melawan, dia pasrah. Percuma juga debat dengan ke-2 orang tuanya, lagian mama dan papanya akan tetap saja teguh dengan pendiriannya.
Setengah jam berlalu, namun Akbar dan keluarganya belum juga sampai. Akhirnya Sandi memutuskan untuk menelepon Iyan.
"Tut... Tut... Tut..."
"Halo! Sudah di mana?" tanya Sandi, saat Iyan mengangkat telepon.
"Halo! Iya, masih di bengkel. Tadi bannya bocor," jawab Iyan.
"Tapi, aman?" tanya Sandi lagi.
"Iya, aman. Paling nanti agak terlambat, soalnya jalan lagi macet." ucap Iyan.
"Ya sudah, hati-hati di jalan ya," kata Sandi.
"Baik."
Sandi menutup teleponnya setelah mengucapkan salam, dia kembali duduk di teras depan rumah bersama Hayati dan Hana.
"Bagaimana, Pa?" tanya Hana.
"Masih di bengkel, Ma. Ban mobilnya bocor, paling juga terlambat karena macet juga," jawab Sandi.
"Kalau begitu kita tunggu saja." ucap Hana.
Mereka menunggu, sedangkan Hayati berharap. Semoga acara ini tidak jadi dan dibatalkan, mengingat ban mobil bocor dan kemacetan yang melanda. Dia berharap agar rencananya dengan Akbar juga tidak jadi dilanjutkan.
***
Halo para pembaca, jangan lupa masukkan ke koleksi ya? Ikuti terus kisah Hayati. Author berusaha untuk up lebih banyak lagi. Terimakasih. .