"Kalian pasti senang! Sampai gak ingin pulang," Ejek Sandi kepada Hayati dan Akbar.
"Enggak kok, Om. Cuma capek saja tadi," jawab Akbar.
"Iya, Pa. Tempat sebesar itu jalan kaki, sakit semua kakiku." Imbuh Hayati sembari memijat-mijat kaki yang kesakitan.
"Manjanya anak Papa," jawab Sandi.
Iyan mengemudi mobilnya agak pelan, dia tidak banyak bicara.
"Kalau mau diganti nyetirnya, aku akan ambil alih," ucap Sandi menawarkan diri.
"Boleh, kamu tahu saja kalau aku capek." Jawab Iyan dan menghentikan laju kendaraannya.
Sekarang, Sandi yang menyetir mobil. Sedangkan posisi yang lain masih sama, Hayati sibuk melihat suasana sekitar dari kaca jendela. Begitu banyak mobil dan sepeda motor yang berlalu lalang, jam sudah menunjukkan pukul 16.00. Setelah mereka menyelesaikan kewajibannya, mereka melanjutkan ke Malioboro.
"Akhirnya sampai juga," ucap Sandi sembari memarkirkan mobil.
"Iya, Alhamdulillah." Jawab Hayati dan membuka sabuk pengamannya. Satu persatu dari mereka turun dari mobil. Mereka melanjutkan untuk shoping dan membeli jajanan kaki limalima, mereka juga asik menyaksikan pengamen jalanan khas dari Yogyakarta. Setiap lagu yang dibawakan, mampu menghipnotis setiap orang yang mendengarnya. Semua penonton juga ikut berjoget, termasuk Sandi dan Iyan. Mereka semua menikmati suasana itu, seakan tidak ada beban dalam hidup. Sedangkan Hayati dan Akbar juga sudah terbawa suasana itu, mereka semakin asik berbincang-bincang dan curhat.
"Memang kamu benar suka sama Reva?" tanya Hayati.
"Iya."
"Rasanya suka itu bagaimana? Aku penasaran rasanya seperti apa?" tanya Hayati lagi.
"Semua itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, hanya bisa dirasakan oleh hati." Jawab Akbar sembari memegang hatinya.
"Mungkin ada ciri-cirinya gitu!?"
"Lagian kamu ini aneh! Memang kamu sendiri tidak pernah merasakan hal itu?" tanya Akbar.
"Kalau aku tahu, gak mungkin aku tanya padamu." jawab Hayati.
"Ya, kali saja. Itu, cowok yang perhatian sama kamu waktu di Bromo itu siapa? Bukannya itu pacar mu?" tanya Akbar sembari menatap kedua mata Hayati.
"Cowok yang mana?" tanya Hayati.
"Itu lo! Yang ngasih pinjaman piring dan alat dapur dan membantu mu memasang tenda,"
"Oh! Kak Brian, dia temanku. Aku juga kenalnya ketika sampai di sana," jawab Hayati.
"Kamu tidak usah mengalihkan pembicaraan deh! Rasa yang kamu maksud itu yang seperti apa?" imbuh Hayati.
"Kalau kamu dekat, kamu akan merasakan getaran di hatimu. Apabila dia jauh, kamu akan terus memikirkannya."
"Oh! Jadi sekarang kamu lagi memikirkan Reva ya? Sekarang dia kan lagi jauh?" tanya Hayati.
"Gak juga sih!"
"Berarti kamu tidak suka dong!?" tanya Hayati lagi dengan nada penasaran.
"Bukan begitu, ingatnya ketika tidak ada kegiatan. Kalau sekarang kan lagi sama kamu, jadi yang dipikirkan ya kamu! Haha," jawab Akbar tertawa lepas.
"Ye.. Dasar playboy." ucap Hayati.
"Enggak, aku serius kok."
Jawaban terakhir Akbar membuat Hayati terpaku dan mulai salah tingkah.
"Kok diam?" tanya Akbar.
"Gak ada yang mau dibicarakan lagi."
"Kalau menurutku ya? Sepertinya cowok yang kamu temui ketika di Bromo itu suka sama kamu deh!" ucap Akbar meyakinkan.
"Sok tahu, memang kamu bisa membaca hati seseorang." jawab Hayati.
"Jelas lah, aku juga seorang cowok. Pasti tahu lah caranya buat modus."
"Kenapa jadi bahas kak Brian?"
"Haha.." Akbar tertawa puas.
"Jajan yuk!?" Ajak Hayati.
"Ayuk!"
Mereka berjalan mencari camilan untuk di makan, sebelumnya mereka sudah izin terlebih dahulu kepada orang tua mereka. Mereka menelusuri sepanjang jalan Malioboro sembari mengabadikan momen bersama di handphone.
"Aku serius tanya masalah Reva?" tanya Hayati kembali.
"Iya, kan sudah aku jawab!"
"Yang kamu suka dari Reva itu apa?" tanya Hayati.
"Rasa suka itu tanpa alasan, semua itu datang secara tiba-tiba. Bisa juga nanti kalau kita semakin dekat seperti ini. Salah satu dari kita akan jatuh hati," jawab Akbar.
"Yang jelas bukan aku yang akan jatuh hati padamu, paling juga kamu! Hehe." ucap Hayati.
"Ya gak mungkin lah, paling juga kamu. Secara gitu ya, aku cowok populer dan banyak fansnya. Hanya kamu yang sangat anti akan ku, awas lo! Biasanya yang anti itu yang akan suka," kata Akbar semakin meledek Hayati. Hayati tidak meneruskan pertanyaannya, dia berpikir tidak ada untungnya bertanya sama Akbar, Akbar hanya akan membuat dirinya semakin bingung dan akan memicu terjadinya pertengkaran.
***
Malam telah tiba, tidak terasa mereka sudah banyak menghabiskan waktu bersama. Ada hal yang mereka lupakan, yaitu orang tua mereka. Mereka mulai kebingungan mencari orang tuanya, dari setiap sudut mereka mencari. Mereka pikir orang tuanya lagi asik berbelanja sayur-sayuran dan buah-buahan, sehingga Akbar membuka handphonenya untuk menghubungi orang tuanya. Namun, ternyata ada sebuah pesan masuk dari Iyan.
'Akbar, maaf. Papa, Mama, Om dan Tante tidak bisa menemani kalian. Tiba-tiba ada meeting mendadak dari kantor yang mengharuskan Papa dan juga keluarga Hayati pulang terlebih dahulu. Tolong jaga Hayati, kalian berlibur dulu di sana. Masalah kalian pulang nanti, Papa sudah menyiapkan uang untuk kalian di lemari kamar hotel. Papa harap, kamu akan menjadi anak laki-laki Papa yang bertanggung jawab dan menjaga Hayati dengan baik. Tolong kasih tahu kepada Hayati tentang ini semua, tadinya Papa sudah mencari kamu dan Hayati kemana-mana, tapi tidak ketemu juga. Jadi, terpaksa Papa tinggalkan kalian. Baik-baik ya! Jangan lupa makan dan ibadah. Kami sayang kalian.'
Itulah pesan dari Iyan, Akbar yang membacanya seolah tidak percaya. Dia bahkan berencana untuk membuat perjodohan ini batal, justru dia yang sekarang merasa telah di jailin sama orang tuanya.
"Kenapa? Ada apa?" tanya Hayati.
"Ini baca!" jawab Akbar sembari menyodorkan handphonenya.
Hayati membaca pesan itu, Hayati juga merasakan apa yang dirasakan oleh Akbar. Hayati tidak habis pikir. Kedua orang tua mereka akan tega seperti itu. Dengan langkah berat, mereka berdua berjalan ke jalan raya. Dia tidak tahu lagi harus bagaimana, selain mereka kembali ke hotel dan menginap di sana hingga pagi tiba.
"Hayati dan Akbar ya?"
Tiba-tiba tukang becak membuat mereka kaget.
"Iya, Pak. Benar, Bapak siapa?" tanya Akbar.
"Bapak tadi bertemu dengan orang tua kalian, orang tua kalian sudah memberikan upah untuk bapak. Agar bapak mengantarkan kalian sampai di depan hotel, ini foto kalian yang dikasih oleh orang tua kalian." kata bapak tukang becak yang tidak diketahui namanya itu sembari memberikan foto kepada Akbar.
Akbar meraih foto dan menyimpannya di dalam tasnya, mereka berduapun menaiki becak hingga sampai ke hotel. Di saat perjalanan menuju hotel, mereka diam tanpa kata-kata.
"Terimakasih, Pak." Kata Akbar saat mereka sampai di halaman hotel.
"Iya, sama-sama." Tukang becakpun berlalu pergi dan kembali mencari penumpang. Sedangkan Hayati dan Akbar berjalan menuju kamar mereka masing-masing tanpa ada satu kata pun yang mereka katakan. Ada raut wajah kecewa antara mereka berdua sehingga wajah keduanya ditekuk dan istirahat di kamar mereka masing-masing.