Mereka pun sampai ke tempat tujuan, kota Yogyakarta. Kota para wisatawan berlibur, hari libur yang dipadati oleh wisatawan yang melihat indahnya pemandangan. Sebelum itu, Hayati beserta keluarganya dan keluarga Akbar berhenti di sebuah hotel terdekat. Mereka semua berencana untuk menginap di sana, mereka pun turun dari mobil dan membawa koper mereka masing-masing. Hayati dan keluarganya di kamar hotel No. 220 bersebelahan dengan kamar yang akan ditempati oleh Akbar dan keluarganya. Semua barang bawaan langsung ditata rapi di dalam hotel kamar, karena sudah malam, akhirnya mereka semua makan malam dan setelah itu langsung beristirahat. Mereka beristirahat lebih awal, karena keesokan harinya, mereka semua akan lanjut berkeliling yogyakarta.
***
"Ma, ayo bangun! Ini sudah pukul 04.30, buruan sholat dan segera jalan-jalan pagi. Kita cari ketan di alun-alun yogyakarta."
Hayati membangunkan Hana yang sedang terlelap dalam tidurnya.
"Ehh... Iya," jawab Hana menggeliat. Hana terbangun dan mengucek kedua matanya sambil berjalan ke kamar mandi. Sedangkan Hayati keluar kamar hotel untuk berkeliling melihat sekitar.
"Krekkk" Suara pintu terbuka.
Ternyata Hayati dan Akbar sama-sama sudah terbangun, mereka berdua akhirnya membicarakan lagi tentang rencana mereka sebelumnya.
"Bagaimana? Apa kamu sudah siap?" tanya Akbar.
"Aku sudah bilang tidak mau!" Jawab Hayati dengan nada kesal.
Rencana mereka adalah Akbar menyuruh Hayati untuk melawan perjodohan itu, dengan membuat keluarga Akbar jadi ilfil pada Hayati. Selain itu Akbar menyuruh Hayati agar berpura-pura mempunyai cowok dan menentang keras perjodohan mereka. Namun Hayati tetap tidak mau mengiyakan rencana Akbar, bagaimanapun Hayati tidak ingin membuat semua kecewa akan tingkah lakunya.
"Kamu mau kemana?" tanya Akbar.
"Mau keliling hotel."
Hayati melangkahkan kakinya dan menelusuri hotel, sedangkan Akbar mengikuti Hayati dari belakang.
"Kamu kenapa mengikuti ku?" tanya Hayati.
"Aku malas sendirian di sini, lebih baik aku menemanimu. Hee." Akbar memberikan seulas senyum. Entah, ini sudah berapa kalinya Akbar tersenyum kepada Hayati. Yang Hayati ingat, Akbar sedikit ada perubahan, mungkin karena sifatnya yang sudah mulai dewasa. Mereka berdua berjalan bersama, dengan penuh canda dan tawa. Sejenak mereka lupa akan perjodohan mereka berdua, mereka asik membicarakan tentang masa kecil mereka yang begitu indah. Dimana Hayati sewaktu kecil tomboi dan suka bertengkar dengan Akbar.
Di lain tempat, kedua orang tua mereka sedang bingung mencari mereka berdua. Mereka berdua lupa, tidak izin sebelumnya. Mereka mengira Hayati dan Akbar kabur karena sebelumnya mereka berselisih saat ada di dalam mobil.
"Bagaimana ini, jeng? Aku tidak menyangka, Hayati dan Akbar akan hilang seperti ini. Kita sudah mencari mereka kemana-mana, belum juga bertemu dengan jejak mereka." ucap Hana panik.
"Iya, jeng. Aku juga khawatir dengan mereka, semoga tidak terjadi apa-apa kepada mereka ya jeng?"
"Aamiin."
"Sudahlah, Ma. Jangan terlalu dipikirkan, paling juga mereka asik jalan berdua," kata Sandi.
"Benar, mereka kan sudah dewasa. Pasti mereka lagi senang-senang berdua, seperti gak pernah muda saja." Imbuh Iyan. Dengan perkataan Iyan dan Sandi, akhirnya Hana dan Ara sedikit tenang. Mereka memutuskan untuk sarapan di hotel, rencana awal ke alun-alun kota tidak jadi. Sebab, Hayati dan Akbar tidak ada.
Hayati dan Akbar berjalan menuju ke kamar hotel, terlihat kamar hotel sudah kosong. Mereka berdua memutuskan untuk mencari orang tua mereka, tidak memakan waktu lama, akhirnya mereka bertemu juga.
"Pagi! Ma, Pa, Om dan Tante," Sapa Hayati ketika dia sampai di tempat makan.
"Pagi juga! Kalian darimana?" tanya Ara.
"Keliling hotel, Ma." Jawab Akbar. Mereka pun duduk bersama di meja makan dan mulai sarapan.
"Tidak jadi ke alun-alun, Ma?" tanya Hayati sembari mengunyah makanannya.
"Tidak, sekarang sudah jam setengah tujuh. Sebentar lagi kita akan berangkat ke Candi Borobudur dan langsung ke Malioboro." Jawab Hana.
Merekapun menyelesaikan sarapan mereka, dan segera bersiap-siap untuk pergi ke malioboro. Dengan langkah cepat mereka semua berkumpul kembali di depan mobil yang akan menemani perjalanan mereka.
"Sudah siap?" tanya Iyan.
"Sudah." Mereka serentak menjawab.
Satu persatu masuk ke dalam mobil dan Iyan yang menyetir, sudah siap mengemudi mobilnya kembali. Butuh waktu tiga puluh menit dari hotel ke candi Borobudur, setelah itu akhirnya mereka sampai.
"Akhirnya kita sampai," ucap Hayati.
"Iya," jawab Hana.
Suasana ramai, banyak pengunjung datang. Hayati dan semua anggota keluarga berkeliling menikmati suasana di sana. Begitu juga dengan Akbar yang perlahan menunjukkan perhatian kepada Hayati.
"Kamu capek?" tanya Akbar, ketika mereka berjalan jauh dan menaiki tangga.
"Iya, memang kamu gak capek?" tanya Hayati.
"Capek juga sih!" jawab Akbar.
Mereka berdua jalan berbaris, sedangkan ke-2 orang tua mereka juga berbaris. Hayati terlihat lelah, Akbar yang melihat raut wajah Hayati menyodorkan air mineral untuknya. Hayati memandang wajah Akbar dan bergumam. "Dia ternyata perhatian juga, apa mungkin perhatiannya itu cuma karena ada orang tuanya di sini? Entahlah aku tidak bisa membaca pikirannya." Hayati meraih air mineral yang sedang disodorkan oleh Akbar dan dia meminumnya. Dia bahagia sebab sikap Akbar tak lagi menyebalkan.
"Coba kamu selalu baik seperti ini!" ucap Hayati dengan tatapan sinis.
"Aku kan memang baik, selama kamu gak menyebalkan! Oh ya! Aku mau tanya sesuatu boleh?" Akbar melihat tajam ke mata Hayati.
"Oh!" jawab Hayati menghela nafas.
Mereka melanjutkan keliling candi, dan berfoto ria di sana. Sembari mengobrol dan bersenda gurau bersama. Orang tua mereka bahagia melihat mereka akrab dan bersama, orang tua mereka menganggap mereka memang ditakdirkan untuk bersama. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah mereka ingin segera membatalkan perjodohan itu dengan baik-baik tanpa harus mempermalukan keluarga masing-masing.
Setelah mereka asik berkeliling, Hayati membelikan oleh-oleh untuk sahabatnya.
"Biar aku saja yang bayar!" kata Akbar.
"Dalam rangka apa?" tanya Hayati.
"Gak dalam rangka apa-apa sih! Mumpung aku lagi baik nih!" ucap Akbar.
"Tidak usah, ini buat sahabatku." Hayati menolak, lalu Akbar pergi karena Hayati tidak ingin menerima sikap baiknya.
Hayati segera menyusul Akbar setelah membayar oleh-oleh untuk ke dua sahabatnya, dia mengejar Akbar dan berkata. "Gitu saja ngambek."
"Gak! Siapa yang ngambek?" ucap Akbar dan Akbar pun membawa kabur oleh-oleh untuk sahabat Hayati yang sudah terbungkus rapi. Hayati pun mengejarnya dan mereka kejar-kejaran seperti dahulu saat masa kecil mereka, masa kecil yang sangat indah.
"Su.. dah! Aku sudah capek!" ucap Akbar ngos-ngosan.
"Aku juga capek, siapa dulu yang usil duluan!"
"Iya, maaf."
Mereka akhirnya rebahan di rerumputan hijau dekat Candi, mereka tampak bersahabat. Bahkan Akbar seringkali curi-curi pandang terhadap Hayati.
'Ternyata, Akbar asik juga. Andai Akbar selamanya dan dari dulu seperti ini, mungkin...' Hayati berpikir, 'Ah enggak, aku gak boleh berpikiran seperti itu. Aku tetap harus menjaga hatiku agar aku tidak terbawa perasaan.' Hayati menggelengkan kepalanya.
"Kamu, kenapa?" tanya Akbar.
"Tidak apa-apa." jawab Hayati.
"Akbar, Hayati. Ayo! Kita melanjutkan perjalanan kita," Panggil Ara dari arah kejauhan.
"Iya."
Mereka pun bergegas berdiri dan menyusul ke dua orang tuanya untuk melanjutkan rute selanjutnya.