"Kalau begitu, dosen miskin itu harus segera melamar mu. Ya, kan?" goda Wu Wen Wen.
"Tentu saja." jawab Fu Jia Li sambil tersenyum.
"Jia Li. Aku tidak bergurau lho!" ujar Wu Wen Wen sambil memandanginya. "Aku lagi serius nih."
"Aku pun bukan gadis kecil lagi. Tentunya aku tahu maksud mu." Fu Jia Li tersenyum sipu.
"Baiklah. Bagaimana kita bertunangan dulu kalau begitu?" tanya Wu Wen Wen.
"Aku sih menurut saja." jawab Fu Jia Li.
"Kalau begitu, minggu depan kita bertunangan yuk." ajak Wu Wen Wen.
"Apa? Minggu depan?" Fu Jia Li tersentak.
"Kamu tidak setuju ya?" tanya Wu Wen Wen.
"Be… begitu cepat?" Fu Jia Li sampai geragapan bicaranya.
"Bukankah lebih cepat lebih baik? Jadi… kamu setuju?" tanya Wu Wen Wen memastikan.
"Aku sih menurut saja." jawab Fu Jia Li.
"Bagus." Wu Wen Wen tertawa gembira. "Besok aku harus mengunjungi kedua orang tua mu, sekaligus melamar mu."
Wajah Fu Jia Li langsung memerah, kemudian menundukkan wajahnya dalam-dalam dan bergirang dalam hati.