"Dan kalau Shi Qi menderita, bagaimana, Pa?" tanya mamanya Tang Shi Qi kepada suaminya.
"Lho, kita lihat dulu, menderitanya itu karena apa, Ma?" sahut papanya Tang Shi Qi. "Kalau memang menderitanya karena takdir, sehingga mereka harus melarat, makan senin-jumat, dan ternyata mereka rela untuk menjalaninya, ya itu hak mereka dong, Ma. Itu kan nasib mereka. Justru mereka harus tabah dengan nasib mereka itu. Jangan di siram api yang kecil dengan bensin. Tetapi kalau penderitaan itu terjadi, karena memang mereka tidak cocok, ya cerai sajalah! Bukankah jalan keluar masih tetap ada?"
Dan waktu itu, mama Tang Shi Qi sudah mulai lunak di karenakan kata-kata suaminya itu. Sekarang, di tambah lagi dengan cerita Wang Kai.
Lama mamanya Tang Shi Qi menatap anak gadisnya itu. Tang Shi Qi pun menunduk. Biar bagaimana pun juga, Tang Shi Qi adalah anaknya. Tak jadi soal kalau Tang Shi Qi menikah dengan siapa pun. Yang penting, putri kesayangannya itu berbahagia!