Su En pun menyadari kebenaran yang di ucapkan oleh Ling Jing. Tetapi saat ini ia belum dapat menerimanya. Karenanya ia pun segera menyahut untuk menyuarakan bagaimana perasaan dan pendapatnya.
"Tetapi di pihak lain, banyak juga ruginya, Kak Jing!" kata Su En.
"Misalnya?" Ling Jing menjawab dengan sabar.
"Buang-buang waktu. Itu yang pertama." kata Su En. "Yang kedua, masa untuk satu keahlian seperti menyulam atau memasak misalnya, harus mengalahkan kepentingan yang lain, bahkan suatu cita-cita yang lebih luhur, karena menyangkut cita-cita untuk ikut memperkaya dunia batin bangsa!"
Ling Jing pun terdiam. Ia pun mulai menyadari arah ke mana pikian Su En tertuju. Rupanya, kekecewaan peremuan muda atas terhentinya studi yang di cita-citakannya itu masih begitu kut bermegah-megah dalam batinnya.
Melihat Ling Jing terdiam, Su En melirik lagi sambil mematikan kompornya untuk kemudian menyambung bicaranya tadi.