Ketika Razz membuka guluman perkamen dari kain putih yang mirip dengan sutra tersebut, semua menahan napas dan menahan debar di dada.
Razz membentangkan perkamen yang berukuran lima kali lima centi tersebut dengan perlahan. Tulisan sansekerta!
"Rensi, giliranmu!" ucap Razz. Rensi mendekat dengan kaca pembesar dan meminta kertas juga pensil.
Selama beberapa saat ia menulis dengan seksama. Tulisan yang tertuang di atas kain tersebut sangat kecil dan terlihat apik.
Penulisnya pastilah seorang yang sangat berpendidikan tinggi karena mirip dengan kaligrafi yang begitu indah. Setelah menunggu selama setengah jam penuh penasaran, Rensi mengangsurkan kertas tersebut pada Razz.
Komandan mereka melihat sekilas sebelum membaca dan wajahnya berubah sendu. Ia memandang Nika dengan mata lembut sekaligus mesra.
"Nika, dengarkan karena ini sangat mewakili hatiku," ucap Razz bersungguh-sungguh. Nika merasakan wajahnya memanas karena jengah sekaligus hatinya berdebar.
"Cinta Dengan Jiwa