Semua terdiam dan menahan napas. Luke mengakhiri ceritanya dan menenggak birnya kembali.
"Betulkah hanya aku yang tidak mengetahui tentang siapa kamu sesungguhnya, Luke?" tanya Maya pelan. Luke menggelengkan kepala.
"Tidak ada satupun yang mengetahui ini. Akulah yang mengatur supaya kalian berempat berteman dengan Rie, karena aku akan terus bepergian untuk mengejar iblis pemberontak itu juga mengurusi beberapa hal lainnya. Pahami dengan baik, bahwa saat ini pilihan terbaik adalah dengan membiarkan aku yang berkuasa melakukan segala urusan neraka di bumi. Jika Abaddon atau Lucifer mengutus panglima yang lain, percayalah, bumi akan lebih hancur dari yang sekarang terjadi," tandas Luce dengan wajah serius. Aku merasakan ada Luke sangat tertekan dan berada dalam posisi yang sangat khawatir juga cemas.
"Sayangnya aku harus bentrok dengan penguasa setempat, termasuk Ratu Iblis yang terkenal bijak dan adil, Kanjeng Ratu Kidul. Permaisuri rajamu Puri dan Panji. Kini akan menjadi sangat sulit untukku bergerak. Ratu kalian tidak menyukaiku karena memilih melakukan perintah Abaddon dibandingkan menjadi malaikat terbuang yang bebas di bumi. Ini bukan pilihanku yang bijak, aku sudah terlanjur mengambil keputusan yang salah sejak ribuan tahun yang lalu," papar Luke dengan suara bergetar. Kedua temanku, Panji dan Puri menundukkan kepala prihatin.
"Ratu kidul memang terkenal sebagai keturunan iblis yang paling frontal. Aku pernah menjadi sahabatnya dulu. Sayang, jalan kami berbeda, dan dia sangat marah padaku hingga detik ini," lanjutnya dengan wajah penuh beban.
Hatiku berdesir dan kepalaku tertunduk. Selain karena Luke yang memiliki tugas yang mengerikan, ternyata dugaanku selama ini benar, Luke hanya memanfaatkan aku. Rasa sakit yang asing mulai menikam hatiku. Dia bercerita seakan-akan aku adalah objek paling bermanfaat untuk mencapai tujuannya. Semua hanya karena dia harus tunduk pada rajanya? Terdengar tidak masuk akal bagiku.
"Aku dan Panji adalah prajurit istana yang di tempa untuk melindungi wilayah Jogja dari hal-hal yang kalian sebut gaib. Isu tentang kedatanganmu sudah kami dengar dari tahun lalu, tapi kami tidak pernah mendengar ada hal negatif tentangmu yang beredar. Atau mungkin karena kami tidak mendapat akses informasi itu," Puri menerangkan siapa dirinya dan Panji.
"Sekarang semua sudah mengetahui, maaf harus melibatkan kalian semua. Tidak ada niat untuk membahayakan hidup kalian. Harapanku, Rie ada yang menemani selama aku tidak bersamanya."
Luke menatapku lekat-lekat. Aku membuang muka, tidak sanggup menatapnya. Semua ucapannya hanya bohong belaka, aku yakin itu. Semua sudah jelas dia ucapkan dalam ceritanya tadi.
"Jadi kamu bukan pamannya Rie?" tanya Maya penuh selidik.
"No, saya hanya orang asing," jawab Luke sambil berdiri dan berjalan menuju kamar.
"Astaga, aku pikir selama ini Luke sudah kurang ajar sama keponakannya sendiri. Tapi ternyata …," kalimat Maya terpotong oleh Luke.
"Maya, keep it as a secret, please …,?" seru Luce setengah menengok. Maya tersenyum dan tertawa senang. Kami bertiga bingung atas sikap Luke dan Maya.
"Apaan sih Maya?" tanya Puri penasaran. Aku memilih diam dan tidak perduli.
"Pokoknya rahasia. Ya ampun hidupku bakal lebih berwarna banget mulai hari ini. Mirip imajinasiku!!!" pekik Maya terlihat mendadak gembira dan bersemangat.
"Kamu nggak takut Maya?" Puri tampak heran.
"Enggak, kalian terlalu menganggap aku lemah, padahal aku tuh sebenarnya kuat. Tapi Mama aja yang terus menerus over protektif," gerutu Maya kesal. Aku dan Puri mencubit Maya gemas. Ternyata apa yang terlihat tidak seperti yang kami pikirkan selama ini.
Kini tinggal menjelaskan pada Bian secara perlahan. Semoga Bian mau mengerti dan tidak berbalik menentang Luke karena dia adalah pelayan neraka. Aku meremas tangan gelisah.
Kami menghabiskan siang hingga sore di rumahku, sambil menunggu Bian pulang. Maya sempat merasa bersalah karena tidak menyaksikan pertandingan Bian hingga selesai. Tapi kami pun merasa hal yang sama, semoga Bian paham akan situasinya.
Puri dan Panji sibuk menghubungi beberapa saudaranya untuk mencari informasi tentang Daniel dan kedua orang yang menyerang kami. Puri terlihat mencatat beberapa nama di notes kuning dan menyerahkan kepada Luke yang langsung tampak ceria.
"Brilian Puri! Terima kasih Panji," teriak Luke dan melesat ke kamar untuk mandi dan ganti baju.
"Kenapa Luke sebagai Panglima tertinggi neraka tidak punya kekuatan untuk mencari mereka ya," kata Panji heran dan memandang kamar Luke dengan mata terpicing.
"Dia menyamar sebagai manusia, kekuatan dia sebagai iblis berkurang," sahut Puri ringan dan menghempaskan diri di tumpukan bantal.
"Siapa kedua orang yang menjadi incaran Luke tadi?" tanyaku kepada Puri.
"Kedua orang tadi adalah Coyote, Iblis serigala dengan saudaranya. Sedang Daniel adalah Damballa, Iblis ular," jawab Puri. Aku bergidik mendengar penjelasannya. Kenapa kami dipenuhi oleh mahkluk mengerikan? Ini tidak pernah terlintas dalam benak atau imajinasiku sedikit pun.
"Sedangkan dua iblis yang masih belum kuketahui dimana mereka berada adalah Belpeghor, iblis pesugihan yang mengikat janji dengan orangtua Rie. Sedangkan wanita yang sempat aku kunjungi dengan Rie, dia adalah Asmodeus, Iblis penguasa nafsu birahi." Luke muncul dengan baju rapi dan melanjutkan penjelasan Puri. Celana jeans hitam kemeja putih dan blazer biru tua. Dia sungguh tampak menawan. Aku tersipu dan menghentikan pikiranku sebelum Luke membacanya.
"Kenapa bisa lolos? Dan setahuku, Asmodemus itu iblis jantan," selidik Panji penuh penasaran dan keingintahuan.
"Asmodemus itu Raja birahi. Baginya menjadi jantan atau betina tidak ada bedanya. Itulah sebabnya kenapa banyak manusia menjadi tidak jelas statusnya akhir-akhir ini. Asmodeus merajalela dan menghasut manusia untuk menjadi pengikutnya," jelas Luke sambil memakai sepatu.
"Aku gagal menangkapnya karena konsentrasiku terganggu," lanjut Luke dan berdiri merapikan kembali blazernya.
"Kamu tergoda oleh kemolekan Asmodeus ya," ledek Maya, Luke tersenyum dan meraih kunci mobil.
"Bukan iblis itu yang menganggu konsentrasiku, tapi sahabatmulah yang mengalihkan duniaku," jawab Luke santai dan berjalan sambil melambaikan tangannya pamit. Mukaku memanas. Jengah. Maksudnya?
Maya membuka mulutnya lebar-lebar dan tertawa geli sambil memandangku. Meninggalkan Puri dan Pandu yang masih tidak mengerti.
Oh Tuhan perasaanku menjadi semakin aneh terhadap Luke, dan aku tidak mengerti. Belum pernah kurasakan perasaan ini dalam hidupku. Maya menyalakan musik dan mengeraskan suaranya. Kata-kata Avril Lavigne, I fell in love with the devil, menyentakku untuk menyadari sesuatu yang tidak pernah aku duga sebelumnya.
Shot guns and roses
Make a deadly potion
Heartbreak explosions
In reckless motion
Teddy bears and "I'm sorry" letters
Don't seem to make things better
Don't bury me alive
Sweet talking alibi
But I can't stop the rush
And I can't give you up
No I, know you're no good for me
You're no good for me
I fell in love with the devil