Luke meninggalkan lembah ratapan untuk menemui Riona di bumi. Sayangnya, dalam perjalanan di ujung lembah, dia bertemu dengan Platein, iblis yang juga salah satu panglima neraka dan sahabatnya.
"Platein, kenapa menghadang langkahku?" tanya Luke dengan heran. Platein menarik Luke supaya menyingkir dari gerbang neraka.
"Maaf Luke, kita harus segera menuju ke bumi bagian utara terlebih dahulu. Klan vampir semakin merajalela dan kita wajib berada di sana sebelum terlambat," jawab Platein dengan cepat. Suaranya ia tekan dan tidak ingin ada yang mendengar.
"Apa yang telah terjadi?" tanya Luke masih bingung. Platein menyingkap jubah dan menjentikkan tangannya. Gumpalan asap muncul dan tampak sebuah pemandangan yang terjadi di daerah utara.
"Perang yang memperebutkan kekuasaan wilayah telah terjadi. Entah siapa pemicunya namun kita harus menghentikan. Jika tidak, jiwa-jiwa manusia yang mereka jadikan sebagai tentara akan makin bertambah dan kehancuran dunia akan semakin cepat terjadi. Apakah kamu tahu jika ini mungkin yang diinginkan para pemberontak tersebut?" terang Platein dengan cemas. Luke tahu bahwa Platein memiliki seorang kekasih yang juga manusia. Membiarkan dunia hancur adalah jelas bukan rencana jangka pendeknya. Tayangan yang mirip dengan sebutan video singkat tersebut meninggalkan kesan yang sangat wajib untuk segera ditangani.
"Aku harus kembali secepatnya ke bumi bagian timur, ada seseorang yang menungguku," cetus Luke tampak ragu.
"Bisakah dia menunggu hingga kondisi di utara kita redam?" pinta Platein dengan amat sangat. Luke terdiam. Membiarkan dunia hancur adalah salah. Akhir jaman atau yang sering disebut armagedon atau kiamat istilah umumnya, tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Tapi jika kerusakan demi kerusakan terjadi, perang yang merajalela dan kejahatan iblis tak terkendali lagi maka tidak menutup kemungkinan Abaddon memutuskan lebih cepat.
"Kamu tahu resikonya jika ini terjadi dan semakin parah. Ayolah Luke bantu aku kali ini saja. Dia sedang mengandung anak kami saat ini," lanjut Platein dengan suara bergetar.
Neraka memang akan semakin berjaya jika banyak manusia yang menjadi penghuninya. Tetapi ada beberapa panglima neraka yang tidak menghendaki hal tersebut. Luke dan Platein, merupakan dua di antara mahkluk yang tidak ingin hal tersebut terjadi.
"Jangan meragukan kesetianku sebagai sahabatmu, Platein. Kita akan mengatasi segera."
Tanpa membuang waktu, Luke mengikuti Platein untuk meredam kekacauan.
***
Maktika mencoba meminta bantuan Platein. Iblis yang juga terkenal dengan asmara tersembunyinya dengan manusia. Namun hingga detik ini tidak ada yang membuktikan rumor tersebut. Kisah Platein menjadi rahasia umum terbesar yang selalu terjaga kerahasiaannya.
"Aku akan mencoba menemukan Lukas. Tapi bukankah lebih baik jika kita melaporkan Abaddon?" tanya Platein cukup terkejut dengan konspirasi Asmodeus dan Belpeghor.
"Aku tidak akan pernah layak menghadap Abaddon. Kamu tahu dengan jelas dan pasti apa alasannya, kan?" sahut Maktika dengan cepat. Platein terdiam dan mulai mengingat jika Maktika setelah di selamatkan Luke dari lembah ratapan Justru mengkhianatinya dengan menyebarkan rumor tentang hubungan mereka selama ini. Luke yang sebelumnya menjadi malaikat pembawa pesan antar surga dan neraka harus terhukum dan menjadi malaikat terbuang. Sayangnya, dia lebih memilih neraka sebagai tempat pelarian dibandingkan bumi. Kekecewaannya pada manusia sebelumnya membuat Luke menghindar tanah bumi.
"Pergi dan sembunyilah, aku akan mencoba membantu. Tapi jangan sekali-sekali kamu tampakkan wajah busukmu di bumi lagi! Sudah cukup siluman kotor di sana!" cetus Platein yang tahu akan sifat Maktika yang sangat sulit ditebak. Maktika terhenyak. Dia tidak menyangka jika kedatangannya akan berakibat fatal untuk diri sendiri.
"Setiap muncul, selalu petaka yang kamu bawa!" rutuk Platein dengan tangan siap menghukum Maktika. Perempuan siluman itu menunduk ketakutan. Tanpa membantah, wanita itu melesat dan pergi meninggalkan gerbang neraka.
***
Pertempuran di utara sangat sulit di cari akar permasalahannya. Ternyata tidak mudah menemukan biang kerok dari kejadian konflik tersebut. Luke termenung di kediaman Gultero, raja elf yang arif dan bijak.
"Semua hanya karena mereka ingin mendapatkan peradaban seperti yang Magna Patris berikan pada manusia. Ini semua karena dengki dan iri saja," cetus Gultero dengan prihatin. Luke menghela napas berat dan berpaling menatap raja elf.
"Kenapa kaum terkutuk itu sangat tidak tahu diri, Gultero? Aku masih tidak mengerti ambisi mereka," gumam Luke dengan pelan.
"Mereka tercipta dari sebuah pengkhianatan, Luke. Selamanya yang terjadi dalam hidup dan karakter mereka adalah angkara dan kebinasaan. Mengumbar nafsu juga keserahan adalah tujuan utama mereka," jawab Gultero dengan getir dan pahit. Luke memejamkan mata. Dia tahu mengenai itu semua.
"Aku takut jatuh pada kesalahan yang sama, Gultero," ucap Luke lirih. Raja elf tersebut memandang Luke dengan raut cemas.
"Apa maksudmu, Luke?"
"Aku mulai mencintai seseorang, dia manusia."
Gultero menarik napas dan merapikan janggut panjangnya.
"Luke, kamu terbuang karena kesalahan percintaan yang terlarang. Jika Abaddon tahu kamu berpaling memihak manusia, aku tidak tahu di mana lagi tempatmu nanti," cetus Gultero dengan suara gemetar. Luke menarik napas kembali dan duduk. Hatinya bercampur aduk dengan tidak menentu.
"Aku salah memilih tempat untuk menjalani tempat hukuman. Neraka bukan tempat ideal untuk menghabiskan waktu." Wajah Luke menerawang. Gultero adalah sahabat baiknya yang bisa mendengarkan segala keluh kesahnya tanpa menghakimi.
"Aku telah bersahabat denganmu jauh sebelum kau menjadi makhluk terkutuk. Aku hanya bisa memperingatkan dan memberi saran yang terbaik. Tolong, hindari segala hubungan dengan manusia."
Luke masih membeku dan tidak memberi tanggapan apapun. Gultero menuangkan nectar dan memberikan pada Luke.
"Kau tidak mungkin seumur hidup menyembunyikan diri seperti Platein. Dia menjalani hidup penuh siksaan dan juga derita. Itu harga yang harus terbayar! Sanggupkah kamu mendapatkan hidup dengan kualitas seperti itu? Bahkan itu juga akan terjadi dengan wanita yang kamu cintai? Lagipula hingga berapa lama kamu bisa terus mencintai wanita tersebut? Usia manusia sangat pendek dan melewati lima puluh, mereka bukan lagi mahkluk yang bisa menjalani hidup gila, betul kan pernyataanku?" tanya Gultero dengan tajam. Luke terdiam. Dia merasakan otaknya buntu. Hatinya berteriak terus yang mengaungkan untuk tidak peduli. Nalar dan logikanya mengatakan sebaliknya. Jalan mana yang akan dia tempuh nanti?
"Pasukanmu telah tiba. Besok sebelum fajar, kita akan menggempur lagi kediaman klan di Rumania yang telah membantai penduduk sekitar. Bersiaplah menuai nyawa dan jiwa-jiwa terkutuk," pungkas Gultero dan bangkit bersiap meninggalkan Luke.
"Aku bosan menjalani hidup seperti ini Gultero!" seru Luke dengan wajah penuh luka. "Kenapa aku tidak bisa menjadi manusia?" tanya Luke pada Gultero yang hanya memandang Luke dengan mata sendu.
"Karena hakikatmu adalah sebagai mahkluk yang Magna Patris ciptakan untuk melayani manusia, bukan menjadi salah satunya."
Jawaban Gultero sangat menohok dan membuat Luke terluka semakin dalam.