Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 70 - Seventy

Chapter 70 - Seventy

Valerie mengajak Arya untuk jalan-jalan keliling komplek rumahnya. Karena ayahnya dan juga tante Yulia yang sengaja membiarkan Valerie menghabiskan waktu bersama dengan Arya, karena sedaritadi Arya ditahan oleh ayahnya Valerie. Sehingga kedua orang tua Valerie langsung menyuruh mereka untuk menyempatkan waktu berdua.

"Maaf ya.. kalau tadi ayah saya ngomongnya aneh-aneh sama kamu" ujar Valerie sambil tersenyum kecut. Sementara Arya terkekeh kemudian menggelengkan kepalanya, "gapapa. Saya suka ayah kamu.. beliau orangnya rame, saya ngobrol sama beliau pun nyaman. Pokonya ayah kamu itu orangnya emang enak untuk diajak ngobrol, entah itu obrolan santai atau serius. Saya suka orang yang kaya begitu"

"Makasih kalau gitu.. saya seneng kalau kamu punya kesan sebagus itu sama ayah saya"

"Sama-sama..." bales Arya sambil tersenyum lembut.

"Ohiya, saya lupa. Tadi Anya telfon saya, katanya kalau kamu pulang bawain titipannya. Dia daritadi ngehubungin kamu tapi ga diangkat. Emangnya Anya nginep lagi di apartement kamu?"

"Engga, saya... hari ini tidur di rumah ayah saya" jawab Arya lalu diakhiri dengan senyuman simpul. Sementara itu Valerie cukup terkejut mendengarnya, karena dia masih ingat kalau Arya hanya akan datang jika perlu saja ke rumah mewah milik ayahnya itu.

"Ibu saya yang minta. Ibu saya minta kalau saya harus tinggal lagi di rumah ayah saya, tapi saya gamau. Terus akhirnya saya sama ibu saya bikin kesepakatan, kalau saya gamasalah masih tinggal di rumah saya. Tapi dengan syarat saya dalam seminggu minimal satu hari harus nginep di rumah ayah saya" jelas Arya sambil terkekeh geli. Begitupun juga dengan Valerie, "kesepakatannya agak ke kanak-kanakan kayanya" bales Valerie.

"Iya kan! Saya juga mikir begitu awalnya, tapi setelah ibu saya kasih tau alasannya.. saya jadi ngerti"

"Boleh saya tebak?" Tanya Valerie, kemudian Arya menganggukkan kepalanya.

"Pasti ada kaitannya sama istri-istri ayah kamu yang lain" ujar Valerie kemudian dia mendapatkan jempol dari Arya. "Betul! Kamu betul.. ko bisa tau?"

"Yang kaya gitu biasanya banyak terjadi di film-film, dan sejujurnya.. kehidupan kita berdua initu udah kaya adegan film. Percis banget adegan film" jawab Valerie, walaupun terkesan asal tapi dirinya terlihat serius saat menjawab.

"Jadi ibu saya cerita, kalau alesan ibu saya pergi itu karena mamanya Alana yang terus ngancem ibu saya. Mamanya Alana itu bener-bener perempuan yang matrealistis, definisi sesungguhnya dari orang gila harta itu ya mamanya Alana"

"Ohya? Terus.. gimana? Ayah kamu masa ga sadar?"

"Justru itu, ayah saya tau sebenernya kalau mamanya Alana orangnya licik dan juga gila harta. Maka dari itu, ayah saya langsung ngubah nama semua aset yang dimiliki ayah saya menjadi nama saya. Termasuk rumah yang sekarang ditinggali oleh ayah saya" Valerie saat ini benar-benar dibuat terkejut dengan ucapannya Arya. Bukan hanya karena omongan tersebut sudah seperti adegan di film lagi, tapi Valerie juga terkejut dengan tindakannya pak Heri yang bisa dibilang beliau masih menaruh perhatiannya kepada Arya. Tapi tetap saja, tidak akan mengubah pandangan apapun buat Valerie pribadi.

"Kamu serius?"

"Saya serius.. cukup lama sebenernya ayah saya sadar dengan semuanya. Sampai ketika dimana saya bilang kalau saya suka sama Alana, disitu jadi kesempatan juga buat ayah saya menjauhkan mamanya Alana dari keluarga.. karena ambisinya untuk mengambil harta ayah saya itu masih ada"

"Pantes kalau gitu, saya rasa kelakuan Alana gabeda jauh sama mamanya. Sama-sama memiliki obsesi dengan sesuatu" Arya pun menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapannya Valerie barusan.

"Jadiya begitu.. ibu saya nyuruh saya untuk bertahan dirumah itu karena ya itu rumah saya. Saya berhak atas rumah itu, dan jangan sampai direbut oleh siapapun. Termasuk ayah saya atau ibu saya sendiri.."

"Saya rasa ayah kamu cukup bijak. Antara mencari aman dan juga peduli beda tipis sebenarnya.. tapi tindakan yang diambil ayah kamu bagus"

"Iya.. saya awalnya gapercaya. Tapi setelah ibu saya ngasih dokumen-dokumen aslinya, saya langsung percaya" jawaban Arya barusan mengundang tatapan penuh tanya dari Valerie, Arya sendiri sudah bisa menebak pertanyaan macam apa yang ada di dalam pikirannya Valerie saat ini.

"Ibu saya kan sempet ketemu dulu sama ayah saya, sampai akhirnya ibu saya punya rumah pun itu ayah saya yang kasih.. jadiya yaudah, karena ibu saya lokasinya paling aman.. jadi ayah saya nyimpen semua dokumen-dokumen penting di ibu saya"

Valerie terdiam, dirinya tidak membalas ucapannya Arya barusan karena saat ini dirinya tengah sibuk dengan pikirannya sendiri. Mendengar cerita Arya barusan entah kenapa Valerie merasa kalau pak Heri itu seperti dua orang yang berbeda, sulit ditebak dan setiap perbuatannya itu selalu tidak terduga.

"Val?" Tegur Arya sembari menyenggol lengan Valerie pelan.

"Kenapa?" Bales Valerie agak terkejut. "Kamu kenapa? Tiba-tiba diem barusan.." ujar Arya sembari dirinya menggiring Valerie untuk duduk di salah satu kursi yang ada di taman dekat dengan rumahnya Valerie.

"Saya tu cuman bingung..."

"Bingung sama?"

"Saya bingung sama ayah kamu. Sebelumnya saya mau tanya.. apa ibu kamu tau soal keinginan ayah kamu untuk menikah lagi? Kalau ayah saya, beliau gatau. Saya belum bilang apa-apa soal itu" kini Arya yang terdiam, dirinya menatap kosong di depannya untuk beberapa saat kemudian dirinya menggelengkan kepala. "Tapi kalau seandainya saya bilang pun gaakan berakibat apapun sama ibu saya"

"Terlepas dari itu semua, tetep aja saya bingung sama sifat ayah kamu. Sebenernya ayah kamu itu orang yang seperti apa? Kalau ibu saya sudah jelas, dia itu perempuan yang haus akan belaian laki-laki. Dan dia juga sangat cinta dengan uang, maka dari itu dia selalu deketin pria tua kaya. Itu yang bikin saya benci dengan ibu saya"

"Tapi.. kamu, kamu benci dengan ayah kamu karena udah misahin kamu sama ibu kamu. Tapi dibalik itu semua, ayah kamu itu banyak menunjukkan kepeduliannya entah itu sama kamu atau sama ibu kamu ataupun istri dan anaknya yang lain.. tapi kenapa? Kenapa disaat ayah kamu bilang ingin menikahi ibu saya, kesannya dia itu seperti pria jahat? Yang sama liciknya kaya ibu saya"

Arya tersenyum simpul mendengarkan ucapan Valerie barusan. Karena sesungguhnya dirinya pun merasakan hal yang sama seperti Valerie, " Jangankan kamu Val. Saya juga sama bingung.. saya tu disini bingung, sebenernya ayah saya itu orang yang jahat atau bagaimana. Karena emang kadang ayah saya bisa jadi orang sangat jahat dan tidak memiliki perasaan, tapi dia juga bisa jadi orang yang baik. Kaya yang saya ceritain barusan sama kamu"

"Arya.. saya tiba-tiba kepikiran sesuatu"

"Kenapa?"

"Saya sendiri gatau tiba-tiba aja jadi kepikiran soal ini, tapi saya pikir.. ayah kamu disini jadi korban"