"Korban? Korban gimana maksud kamu?" Tanya Arya diikuti kerutan di dahinya.
"Saya emang gatau apa alesan sebenernya ayah kamu nikahin mamanya Alana dan juga mamanya Anya disaat ayah kamu masih berstatus sebagai seorang suami. Tapi.. yang saya liat disini rasa kepedulian ayah kamu kepada kamu dan juga ibu kamu. Jadi.. saya merasanya kalau ayah kamu itu korban ibu saya" ucap Valerie.
"Seperti yang udah saya bilang barusan sama kamu, kalau ibu saya suka deketik pria tua kaya. Dan saya rasa sasaran ibu saya itu ayah kamu" lanjutnya lagi.
"Tunggu. Saya ga paham.. jadi maksud kamu, ibu kamu melakukan sesuatu kepada ayah saya supaya ayah saya mau menikah dengan ibu kamu?" Valerie menganggukkan kepalanya mantap menjawab pertanyaan Arya barusan.
"Well, saya sebenernya ga percaya sama hal-hal yang seperti itu. Tapi bisa jadi.. dan masuk akal juga"
"Apa kita harus langsung temuin mereka? Maksud saya kita langsung bikin janji untuk ketemu dengan orang tua kita. Supaya kita bisa tau juga apa ada yang aneh dari mereka" saran Valerie yang dibales dengan gelengan kepala dari Arya. "Engga Val, itu terlalu cepet. Karena saya harus menunggu momen yang tepat untuk bertemu seperti itu. Kita jangan gegabah Val.."
"Tapi kita juga gabisa terlalu santai Arya. Sejauh ini yang kita lakukan cuman sampe sebatas bertemu dengan ayah kamu. Hanya itu.."
"Iya Val.. saya mengerti. Nanti saya pikirkan terlebih dahulu, kapan kira-kira waktu yang pas untuk kita bilang langsung sama mereka."
"Oke, saya percaya sama kamu"
"Tapi Val.. saya mohon sesuatu sama kamu"
"Apa?"
"Kalau seandainya ibu kamu tiba-tiba nemuin kamu lagi, saya harap kamu mau temuin ibu kamu. Karena dengan begitu, kamu bisa bilang soal kita.. saya pengen tau reaksi ibu kamu gimana"
--
Arya baru saja tiba di rumahnya pukul 11 malam. Dirinya terlalu serius membahas soal misi rahasia mereka sampai-sampai mereka tidak sadar kalau malam sudah semakin larut.
Arya memasuki mansion ayahnya yang masih terang benderang dengan langkah yang santai sambil menjinjing makanan untuk Anya.
Tepat saat dirinya akan menaiki tangga, satu suara memanggil namanya terdengar. Membuat langkah kaki Arya pun terhenti seketika, "Arya"
Arya pun berbalik, dirinya langsung berhadapan dengan ayahnya yang baru saja keluar dari ruangan kerja miliknya.
"Kenapa?"
"Masuk ke dalam" ucap ayahnya Arya dingin, kemudian dirinya kembali masuk ke dalam ruangan kerjanya. Sementara itu Arya mendengus sebal, tapi mau tidak mau Arya terpaksa menuruti ucapan ayahnya itu.
"Ada apa? Kalau bisa cepet, Arya cape mau tidur" ucapnya saat Arya sudah berada di ruangan kerja ayahnya.
"Ayah dengar kamu habis dari rumahnya Valerie"
"Cuman itu yang mau ayah omongin? Tadi kan bisa, gausah basa-basi harus nyuruh Arya kesini" jawab Arya sedikit ketus.
"Kamu ngapain ke rumah Valerie?" Ucap ayahnya, menghiraukan ucapan Arya barusan.
"Urusannya sama ayah apa?"
"Jelas ada! Kamu dengan Valerie itu akan menjadi saudara-"
"Ayah stop! Apa ayah masih belum ngerti? Arya yakin waktu itu ngomongnya jelas, apa ayah mendadak pikun? Engga kan?"
"ayah sudah bilang sama kamu bukan? Kamu tidak bisa berhubungan dengan Valerie! Ayah akan menikahi ibunya, disini kamu yang tidak mengerti!" Ucap ayahnya Arya dengan penuh ketegasan. Bahkan ayahnya Arya sempat menggebrak meja kerjanya saat dirinya mengatakan akan menikahi ibunya Valerie.
"Ayah pikir Arya bakal nurut? Ayah pikir Arya dengan mudahnya bakal langsung mengiyahkan ucapan ayah? Jangan harap" jawab Arya disertai senyuman sinis.
"Lagipula kenapasih? Kenapa ayah se ngotot itu pengen nikahin ibunya Valerie? Dan yang lebih parahnya lagi ayah ikut campur sama urusan mereka. Emangnya menurut ayah maksa Valerie untuk baikan sama ibunya itu hal yang bagus? Ayah itu egois! Ayah gapernah tau gimana rasa tertekannya Valerie setiap kali ayah dateng nyamperin Valerie dan membahas soal ibunya"
"Kamu gatau apa-apa Arya!"
"Jelas Arya tau! Arya tau gimana buruknya hubungan Valerie dengan ibunya, Arya tau gimana stressnya Valerie kalau dia uda berhadapan dengan ibunya, Arya juga tau gimana sakitnya Valerie kalau inget lagi soal perlakuan ibunya dulu. Justru ayah disini harusnya yang lebih ngerti! Dengan ayah yang terus memaksa seperti itu malah memperkeruh keadaan, karena sekarang Valerie udah bukan benci ibunya lagi. Tapi Valerie benci ayah juga"
--
"Val..."
"Kenapa yah.." jawab Valerie saat ayahnya memanggil dirinya.
"Kamu malem ini nginep?" Valerie hanya menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan dari ayahnya barusan.
"Ngomong-ngomong... Arya anaknya baik ya" ujar ayahnya Valerie tiba-tiba. Sontak Valerie langsung menoleh kepada Ayahnya karena tiba-tiba saja membahas Arya.
"Ayah masih belum move on?"
"Ayah tu masih inget aja gitu dari cara dia ngomong. Pembawaannya itu beda, apalagi waktu pembahasannya lagi serius.. auranya Arya itu beda, terlihat tegas. Ayah suka liatnya"
"Ya wajar yah.. dia kan punya jabatan di kantornya. Jadiya pasti sering berhadapan sama banyak orang, dan pembawaannya pun pasti gabisa terlalu kaku."
"Iya, dan kamu perlu sosok yang seperti itu"
Valerie menatap ayahnya terkejut, "ko malah jadi Val? Perasaan tadi ngebahasnya lain deh"
"Ya emang begitu. Ayah sengaja ngebahas dulu soal sifat Arya yang tegas itu sebagai opening. Karena topik utamanya itu ya kamu"
"Emang kenapa sama Val? Perasaan Val ga ngapa-ngapain deh yah.."
"Yang bilang kamu berulah siapa? Gaada kan?"
"Iyaa deh.."
Ayahnya Valerie seketika tersenyum, tangannya pun terulur untuk mengusap lembut kepala putri sulungnya itu dengan sangat lembut. "Ayah emang jujur, kalau ayah suka sama Arya. Ayah pengen banget Arya jadi menantu ayah.. tapi tadi mama kamu bilang sama ayah, kalau kamu tegas banget bilang gapunya hubungan sama sekali sama Arya. Kalian cuman temen.. ya ayah si gamasalah. Karena ayah juga gamau maksa, yang terpenting kamu bahagia juga ayah udah ngerasa lebih dari cukup"
"Val bingung deh, temen deket Val itu cuman dua. Dan mereka laki-laki semua, tapi ayah sama tante Yulia cuman kaya gini sama Arya doang. Kenapa Andrea engga coba? Padahal Val lebih deket duluan sama Andrea" ujar Valerie.
"Kalau ayah.. ngeliat Andrea itu kesannya kaya ke anak sendiri. Dan ayah rasa, Andrea itu lebih cocok jadi kakak kamu ketimbang pacar apalagi suami."
"Kalau gitu Arya juga sama dong? Kan Val sama Arya juga sama-sama temen deket"
"Arya sih lain.. ayah tetep ngeliat dia sebagai sosok mantu idaman. Kalau kamu mau tau, kriteria menantu ayah tu Arya banget!"
"Yatapikan Val gaada apa-apa yah.. ayah ko maksa banget sih"
"Loh.. kan ayah tadi bilangnya gamau maksa. Yang terpenting kamu bahagia, bua ayah udah cukup"
"Iya gamau maksa, tapi terus aja ngebahas Arya. Apa itu yang namanya gamau maksa?"