"Iya, akutu pengen kaya ka Valerie.. dalam hal apapun itu"
"Kata ayah kan kamu udah mirip sama kakak, sifat-sifat kamutu udah mirip sama kakak" jawab Valerie yang masih disertai wajah kebingungan.
"Tapi masih ngerasanya beda, akutu bener-bener pengen mirip banget banget banget sama kakak. Dimulai dari pola pikirnya k, suksesnya kakak, bahkan sampe ini ni... kulit mulus kakak" ujar Clara lalu diakhiri dengan mencolek-colek pipi Valerie yang dilapisi dengan masker wajah.
Ingin Valerie tersenyum namun dia tau akibatnya jika tersenyum akan bagaimana dengan masker yang ada di wajahnya. "Ya-"
"Stop! Udah, kakak kalau mau ngomong nanti aja.. mending pakein Ara masker dulu. Kalau kakak banyak ngomong nanti maskernya ga bener" tegur Clara membuat Valerie mendengus geli kemudian menganggukkan kepalanya. Setelahnya Valerie pun langsung meraih masker yang ada di tangan Clara lalu dipasangkannya ke wajah Clara
--
Kedua adik kakak yang baru bertemu itu saat ini sama-sama tengah membaringkan badannya sambil menatap langit-langit kamar yang terdapat tempelan bintang-bintang glow in the Dark. Clara sengaja menempelkan bintang-bintang itu karena itu sudah dianggap sebagai penghantar tidurnya dari kecil.
"Ka, kakak pernah ga ngerasain takut?"
"Ya pernah lah.. semua manusia pasti punya rasa takut, kamu juga punya kan?" Clara pun menganggukkan kepalanya mantap.
"Aku takut sama gelap, aku inget dulu pernah nangis sampe ngejerit karena mati lampu tiba-tiba. Terus ayah datengin aku sambil bilang, 'kalo kamu ngerasa takut sama gelap, kamu coba hitung 1-100. Nanti begitu 100 udah terang lagi'. Aku tau omongan ayah sebenernya cuman buat penenang aku aja, tapi gatau kenapa aku beneran jadi tenang. Sampe akhirnya ayah nempelin bintang-bintang ini biar aku ga takut gelap lagi"
Valerie pun tersenyum selama mendengarkan ceritanya Clara, ingatan akan masa kecil dirinya pun muncul. Saat dirinya terjatuh dari sepeda, lalu pulang ke rumah sambil menangis. Namun yang didapat Valerie justru hanya omelan dari ibunya, tetapi saat ayahnya datang justru langsung membuat dirinya tenang. Sama seperti Clara, ayahnya selalu memberikan kalimat-kalimat penenang yang sangat membantu dirinya.
"Kakak sendiri gimana?" Tanya Clara sambil menolehkan kepalanya menatap Valerie yang berada di sampingnya.
"Kakak takut...." Valerie ikut menolehkan kepalanya, matanya bertemu dengan mata Clara sambil tersenyum lembut. "Kakak takut di khianatin" sambung Valerie masih tersenyum, tapi tidak dengan Clara.
"Ka Val-"
"Kakak cuman mau bilang sama kamu, banyak-banyak bersyukur atas apa yang kamu punya. Sayangin keluarga kamu atau temen-temen kamu disaat mereka bener-bener memperlakukan kamu dengan tulus. tapi Ra.. kamu harus inget, dan kakak juga yakin kamu pasti udah ngerti gimana kejamnya dunia sekarang, banyak orang jahat di sekeliling kita. Jadi, kakak harap kamu bisa lebih terbuka mata dan hati kamu.. dan lebih peka sama sekeliling kamu"
--
"Gue beneran seneng dengernya Val, sumpah.. i'm so happy" ujar Andrea kemudian menyuapkan es krim ke dalam mulutnya sambil tersenyum.
"Seengganya gue masih bisa nemu oasis di tengah-tengah gurun pasir" bales Valerie diikuti kekehan.
"Harusnya lo kasih liat muka bapak lo sama gue dari dulu, jadi waktu hari itu gue bisa langsung seret bapak lo masuk ke dalem rumah"
"Seret-seret.. lu kata bapak gue apaan main seret gitu. Lagian juga gue terakhir ketemu bapak gue kapan Ndre.. jadiya gaada gue nyimpen kenangan sama ayah gue"
"Emangnya waktu lo kabur gaada gitu bawa album foto atau apapun itu?"
"Boro-boro, foto keluarga aja gapernah" jawab Valerie membuat Andrea kini menatapnya kasian.
Menurutnya hal yang paling menyedihkan adalah tidak memiliki banyak kenangan dengam keluarga, entah itu foto atau barang. Bagi Andrea sendiri, terlepas dari apa yang sudah terjadi dengan keluarganya tetap tidak membuatnya merasa menyedihkan. Karena dia bisa tetap mengenang masa-masa keluarganya masih utuh lewat beberapa foto yang dia simpan.
Tetapi saat mendengar ucapan Valerie, dirinya semakin merasa beruntung.
"Terus, sekarang.. setelah bapak lo udah ada, lo juga diterima dengan sangat baik sama istri juga anaknya.. apa yang bakal lo lakuin?" Lanjut Andrea.
"Ya.. bakal kaya biasa aja, gue tetep tinggal di rumah gue sama om Farhan beserta famili. Ayah gue juga tinggal dirumahnya sama keluarganya, toh juga kita masih satu komplek"
"Semoga oasis lo itu berubah jadi taman bunga ya... lupain soal ibu lo sama pak Heri, gue yakin lo sama mas Arya bisa dengan mudah lupain soal itu dan fokus sama kehidupan kalian" mendengar itu Valerie terdiam beberapa saat, kemudian dirinya menghela nafasnya panjang.
"Gue cuman berharap kalau pak Heri bisa ngelepasin gue. Walaupun emang beberapa hari ke belakang dia gaada ganggu gue sama sekali"
"Terus soal hubungan lo sama mas Arya, udah sampe ke telinga orang tua kalian?" Valerie langsung menggelengkan kepalanya. "Lah, kalo gitu kalian ngapain buru-buru?"
"Gue cuman ngikutin alur yang dibuat Arya, mungkin dia masih tunggu timing yang emang tepat. Lagian masih belum terlalu lama dari kejadian tempo hari, jadi kayanya Arya gamau sampe bikin kesalahan. Pak Heri bukan orang sembarangan Ndre, lo tau itu"
Tepat setelahnya terdengar jargon yang diucapkan oleh Rani dan juga Ayu, Valerie yang memang setiap ada pelanggan yang masuk pasti akan menolehkan kepalanya mengarah ke pintu. Namun saat dirinya melihat siapa yang datang, tangannya langsung melambai kepada orang tersebut diikuti senyumannya.
Andrea pun berbalik dan setelahnya dia melakukan hal yang sama seperti Valerie lakukan.
"Dari tadi mas?" Tanya Arya kepada Andrea kemudian mendudukkan dirinya di samping Andrea.
"Lumayan.. saya di kantor nganggur mas, jadi ke sini aja. Bosen soalnya"
"Mas Arya sering ke sini tiap hari?" Lanjut Andrea lagi dan hanya dibales dengan senyuman malu-malu oleh Arya. Valerie terkekeh melihatnya, karena menurut dirinya kenapa Arya harus merasa malu.
"Pantesan.. tiap saya kesini Valerie selalu gaada. Rani sama Ayu bilangnya cuman keluar doang, harusnya saya lebih peka si ya.. Valerie keluarnya pasti sama mas Arya"
"Ya mas.. namanya juga membangun kemistri" bales Arya sekenanya.
"Ohiya Valerie.." sambung Arya beralih kepada Valerie.
"Hm? Kenapa?"
"Sabtu nanti kamu ada waktu senggang?" Tanyanya.
"pasti mau malem mingguan ya kalian? Aduh... saya malah takut kalian beneran kasmaran nantinya" celetuk Andrea asal. Valerie langsung memberikan tatapan sinis kepada Andrea sementara Arya hanya senyum-senyum saja
"Saya di Cafe kaya biasa. Ada apa emang?"
"Kamu bisa luangin waktu kamu sekitar dari jam 6 sore?"
"Saya usahakan.. ada apa emangnya?"
"Ayah saya ngadain makan malam, dan saya mau ngajak kamu kerumah saya"