Valerie dan Zidan keluar bersamaan dari ruangan staff, berencana untuk makan siang bersama sekalian mengajak beberapa dari yang lain, yang memang sekiranya mereka sedang senggang. Namun, niat mereka terpaksa diurungkan karena melihat keberadaan Arya yang sedang berbincang santai dengan om Farhan.
Dan tepat saat Valerie dan Zidan keluar, matanya om Farhan menangkap keberadaan mereka berdua. "tuh.. yang dicari-cari muncul" ucap om Farhan membuat Arya langsung membalikkan badannya kemudian tersenyum lembut ke arah Valerie.
"yaudah mba, kalau gitu Zidan makan sama anak-anak aja. Mba jangan lupa makan ya.. jangan sampe engga" ujar Zidan yang hanya dibales dengan anggukkan kepala oleh Valerie. Setelahnya Zidan menghampiri Arya untuk sekedar basa-basi biasa, setelahnya dia kembali lagi ke pantry sementara Valerie menuju ruangannya untuk berbenah sedikit.
--
"Arya…" panggil Valerie saat mereka berdua sudah berada di dalam mobilnya Arya.
"hm? Kenapa?"
"engga, saya cuman mau tanya aja.. kalau kamu emang udah pasti bakal samperin saya setiap jam makan siang?" tanya Valerie yang langsung dibales dengan anggukkan kepala oleh Arya. "ya.. ga setiap saat juga sih, kalau saya ada urusan mendadak ya pasti gaakan. Cuman sebisa mungkin saya bakal samperin kamu. Karena Val, kita tu kaya masih kaku gitu" jawab Arya sementara Valerie hanya menganggukkan kepalanya saja tanpa membalas ucapannya Arya.
"Valerie.. saya boleh tanya sesuatu sama kamu?"
"boleh.. mau tanya apa?"
"tadi waktu saya dateng, om Farhan nyapa seperti biasanya. Terus om Farhan bilang gini 'padahal baru tadi pagi ketemu, udah kangen lagi aja kalian', saya sempet bingung sama ucapannya om Farhan, tapiya saya langsung bales seadanya aja. Kamu tadi pagi ngomong mau ketemu sama saya?" ujar Arya sambil sesekali matanya melirik kea rah Valerie.
"kamu ke ganggu ya?"
"loh.. ko keganggu sih, ya engga lah. Cuman saya penasaran aja, soalnya kan ya ini pertama kalinya kamu bawa-bawa nama saya"
Valerie pun sempat terdiam beberapa saat, setelahnya dia menganggukkan kepalanya kecil. "iya, saya tadi pagi ngeboong ke om Farhan karena saya harus ngelakuin sesuatu. Satu-satunya yang bisa om Farhan percaya ya.. saya mau ketemu kamu" jawab Valerie.
"Arya.."sambung Valerie lagi.
"kenapa?"
"saya mau cerita tentang keluarga saya ke kamu, boleh? Kamu sendiri kan udah percayain saya untuk ceritain masalah kamu, sekarang gantian giluran saya. Boleh?"
Arya meresponnya dengan anggukkan kepala mantap, "boleh dong! Saya seneng kalau emang kamu bisa percayain saya sebagai orang yang bisa kamu jadiin tempat untuk bercerita" jawab Arya dengan semangat. Bukan apa-apa, dirinya hanya merasa senang jika Valerie menganggap dirinya sama. Arya sendiri memang sudah mempercayai Valerie sepenuhnya saat dia bisa se dekat itu dengan Anya. Maka dari itu Arya sama sekali tidak memiliki keraguan saat dirinya dengan santai menceritakan tentang hubungan 'inses' dirinya dengan Alana kepada Valerie.
"well, mungkin kamu udah tau sedikit gimana rusaknya hubungan saya sama ibu saya. Tapi masalah saya belum cukup dari itu aja. Sebenernya saya ga jadiin ini sebagai masalah, karena saya sebelumnya udah merelakan juga. Saya itu kepisah sama ayah saya Arya, ayah saya pergi karena ulah ibu saya. Dan seperti yang saya bilang barusan kalau saya itu merelakan, namun.. kemarin tiba-tiba aja saya ngalamin kejadian yang bikin saya terkejut lagi"
"apa itu?"
"ayah saya tinggal satu komplek sama saya Arya.. dan dia sempet dateng ke rumah saya. Tapi waktu itu yang bukain pintunya Andrea bukan saya. Dan untuk mastiin, saya tadi pagi sempet ngeliat ke rumahnya. And guess what.. itu beneran ayah saya Arya" jelas Valerie sambil dirinya tersenyum sendu.
"terus.. kamu samperin beliau ga?" tanya Arya yang dibales dengan gelengan kepala oleh Valerie. "loh? Kenapa? Kamu ga kangen emangnya sama ayah kamu?"
"saya bingung harus nyamperin atau engga. Karena.. ayah saya sudah menikah lagi, yang saya liat tadi pagi itu, ayah saya kayanya hidup bahagia sama keluarga barunya. Dan anaknya kayanya cuman beberapa taun lebih muda dari saya"
"saya sebenernya udah cerita soal ini sama Zidan juga Andrea, dan jawaban mereka itu.. mereka sama-sama nyuruh saya untuk datengin ayah saya. Karena gimanapun juga hubungan saya sama ayah saya itu ga putus, saya masih anaknya"
Tepat setelah Valerie menyelesaikan kalimatnya, satu tangan Arya yang menganggur terulur untuk menggenggam tangannya Valerie yang ditaruh di atas pahanya, bermaksud memberikan kekuatan untuk Valerie, karena dirinya sendiri sangat mengetahui apa yang Valerie rasakan.
"Val, kalau boleh saya berpendapat. Saya setuju dengan pendapat Zidan juga mas Andrea. Mereka benar Valerie, karena bagaimanapun kamu perlu juga kejelasan dari ayah kamu Valerie. Kalau kamu mau tau, ibu saya juga pergi ninggalin saya dan sama seperti kamu. Saya kembali bertemu dengan ibu saya, dan yang saya syukuri adalah.. saya bisa kembali berkumpul bersama dengan ibu saya, saya juga bisa tau apa yang sebenarnya terjadi pada saat ibu saya pergi. Seperti yang kamu bilang Valerie, kalau kita itu punya banyak kesamaan"
"tapi ibu kamu ga menikah lagi kan? Situasinya tetep berbeda Ya.."
"Val, ini bukan masalah sudah menikah lagi atau belum. Lagipula kalau memang ayah kamu masih peduli sama kamu, beliau pasti akan bersedia menjelaskan semuanya sama kamu dan kembali sama kamu. Terus ya.. kalau istri baru ayah kamu itu orangnya pengertian, bisa jadi hal yang bagus bukan?"
Tiga orang berpendapat yang sama, baik Zidan, Andrea dan juga Arya mereka memiliki pendapat yang sama. Dari ucapan mereka, memang membuat hati Valerie sedikit tergerak untuk melakukan itu. Namun sisinya yang lain masih terasa sangat berat untuk dirinya berhadapan langsung. Sisi lain Valerie yang overthinking itu lagi dan lagi membuat dirinya melakukan pengandaian yang cenderung buruk. Dan itu sangat mendominasi.
"bener ya kata mas Andrea, kamu itu terlalu transparan. Valerie.. jangan mikirin yang engga-engga, kalau emang kamu masih ragu jangan. Yakinin dulu aja hati kamu, kalau emang kamu udah siap, baru kamu temuin ayah kamu"
"saya tu cuman-"
"kamu cuman ragu. Iya Val.. saya bisa ngeliat itu dengan sangat jelas, gapapa kamu kalau mau denial, tapi jangan sampe nantinya kamu berbuat sesuatu yang impulsive. Jangan begitu.."
"saya beneran heran, kenapa orang lain tu kadang lebih paham sama saya, apa yang saya rasain. Ketimbang diri saya sendiri" saut Valerie dengan nada putus asa, namun mengundang senyuman lembut di wajah Arya, "kamu cuman perlu lebih sedikit sabar.. pahami dulu apa yang kamu mau, lambat laun pun kamu bisa mengerti. Dan Valerie.. saya masih tetap cenderung minta kamu ketemu sama ayah kamu, kalau seandainya nanti kamu terlalu takut. Saya bisa temenin kamu"