Elsha sangat kesal dengan perbuatan Fernando, ia tidak menyangka Fernando akan mengetahui semua rencananya.
"Praang!!!" Elsha membuang vas kaca yang ada di kamarnya, hingga ruangan penuh dengan pecahan kaca dari vas bunga mawar.
"Ada apa nona? Kenapa nona marah?" Tanya ratu semut.
"AH! Aku benar-benar membenci Merry! Fernando sudah mengetahui jika selama ini aku memata-matai dia dan mendengarkan pembicaraannya!" ucap Elsha dengan penuh kemarahan.
"Apa? Bagaimana mungkin pangeran Fernando mengetahuinya?" ratu semut mulai ketakutan.
"Aku tidak tahu darimana dia mengetahuinya, untuk sementara kamu harus bersembunyi di kamarku, jangan sampai kucing sialan itu menemukanmu! Pasti Julio ada campur tangannya dalam ini semua!" ucap Elsha dengan geram.
"Baik, hamba akan bersembunyi, selanjutnya apa yang akan nona lakukan?" Tanya ratu semut.
Elsha tersenyum sinis, dan matanya menatap tajam wajah ratu semut, "Kamu tahu semua ini terjadi karena manusia sialan itu! Aku akan membunuh Merry malam ini!"
"Hentikan nona, jangan sampai nona membunuh manusia, itu akan membahayakan nyawa nona dan dunia siluman juga." Ucap ratu semut dengan khawatir.
"Apa maksudmu? Tadi Fernando juga mengatakan jika membunuh manusia sama dengan pedang bermata dua." Ucap Elsha.
"Dahulu sewaktu raja Georgius memimpin, beliau tanpa sengaja mencelakakan manusia dan karena manusia itu hanya hidup berdua dengan saudaranya saja, maka saudara manusia yang meninggal itu mengutuk raja bahwa ia dan negerinya akan mengalami kehancuran total. Akibat dari perbuatan raja, maka setahun kemudian negeri siluman diserang oleh monster yang bernama legion, iblis-iblis yang berjumlah banyak dan hendak memusnahkan dunia siluman. Mereka makhluk yang sangat banyak sehingga negeri siluman hampir mengalami kehancuran, dan pada akhirnya demi menyelamatkan negeri siluman, raja mengorbankan dirinya. Legion berhasil dikalahkan tetapi nyawa raja Georgius tidak diselamatkan." Ucap ratu semut dengan nada sedih.
"Kenapa aku tidak pernah mendengarkan itu? Seharusnya papa dan mama memberitahuku, tetapi Merry hanya sebatang kara, dia tidak punya keluarga, jika membunuhnya tidak akan jadi masalah."
"Tidak, sejak kematian manusia yang dibunuh oleh siluman, langit menjadi marah dan sejak itu setiap siluman yang membunuh manusia maka roh manusia akan balik menyerang siluman sehingga siluman bisa mengalami luka parah atau meninggal. Semakin baik orang yang dibunuh oleh siluman, maka semakin besar luka yang akan diterima oleh siluman."
"Apa!! Mengapa bisa seperti itu?! Pantas ini disebut pedang bermata dua. Tetapi aku tidak akan percaya sebelum membuktikannya sendiri!" Elsha segera pergi meninggalkan kamarnya.
***
Dalam sekejap Elsha sudah sampai di kamar Merry, jam menunjukkan pukul 03.00 WIB. Elsha tidak menyangka ternyata Merry serajin ini, ia masih bangun dan berkutat dengan pelajaran, persis seperti Fernando yang selalu menyempatkan waktu untuk belajar. Beruntung dirinya menggunakan sihir penghilang sehingga ia tidak akan kelihatan oleh manusia.
'Sayang sekali nyawamu hanya tinggal hitungan detik! Aku akan membuatmu benar-benar tiada!' ucap Elsha dalam hati dengan tatapan membunuh yang sangat besar.
Tubuh Merry tiba-tiba merinding, ia tidak tahu mengapa seperti ini.
"Ada apa ya? Apakah ada sesuatu yang mengikutiku?" Merry menoleh ke sekeliling ruangan dan tidak melihat apa-apa.
"Sebaiknya aku mengambil minum." Ucap Merry dan ia berjalan menuju dapur.
"Sudah jam tiga pagi, sebaiknya aku beristirahat dulu, lelah sekali hari ini." Merry meletakkan gelasnya dan tiba-tiba terdengar bunyi ledakan di belakang dirinya.
"Duaar…"
Merry segera menyalakan lampu, ia tidak menemukan apa-apa hanya meja dapurnya yang terbelah menjadi dua. Seketika itu juga tubuh Merry gemetar, ia berjalan perlahan-lahan dan bersandar pada dinding rumahnya.
'A…apa ini.. ini pasti ulah siluman.. hiks… hiks.. aku benar-benar takut.. Nando.. apakah kamu sudah tidur… hiks… hiks…' Merry bersandar pada dinding sambil memeluk kedua kakinya, ia tidak tahu sampai kapan harus seperti ini.
"Ada apa?"
Dalam keadaan yang menakutkan, sebuah suara lembut dan familiar terdengar di telinganya, Merry yang hendak menangis langsung menoleh dan memeluk pria yang sangat dicintainya.
"Nando… hiks.. hiks… aku takut." Merry tidak melepaskan Nando dari pelukannya.
Fernando melihat ke sekitar rumah dan ia bisa menebak apa yang terjadi. Fernando memeluk pundak Merry dan membawanya ke kursi di ruang tamu.
"Sudah tidak apa-apa, minumlah dahulu." Fernando memberikan air putih kepada Merry.
"Kamu belum tidur Ndo?" Tanya Merry yang mulai bisa tenang.
"Tiba-tiba aku terbangun dan mendengar suaramu, karena itu aku segera ke sini." Ucap Nando, yang sengaja berbohong. Sebenarnya ia sendiri hendak tidur setelah menyelesaikan tugas sekolah yang menumpuk tetapi tiba-tiba ia mendengar suara hati Merry dan langsung menuju rumah Merry.
"Kamu sendiri kenapa belum tidur? Apa kamu masih belajar?" Tanya Nando dan Merry tetap diam.
"Tidurlah, aku akan menjagamu." Ucap Nando.
"Tidak, aku tidak bisa tidur." Ucap Merry.
Fernando menatap Merry, "Mer, tidurlah." Ucap Fernando dan seketika itu juga Merry langsung tidur.
Fernando menggendongnya menuju kasur, dan menyelimuti Merry, "Maaf Mer, aku tidak mau kamu lelah karena besok kita harus sekolah, saat ini tidurlah dengan nyenyak."
***
"Apa yang kamu lakukan Julio!" teriak Elsha saat mereka berada di sebuah lapangan.
Ketika Elsha hendak menyerang Merry, tiba-tiba sihir Julio membentuk perisai yang melindungi Merry, sehingga terjadilah ledakan yang mengakibatkan meja Merry pecah. Julio dengan cepat memegang tangan Elsha dan membawanya dengan teleport ke sebuah lapangan sepak bola yang sepi.
"Nona Elsha tolong hentikan ini semua! Nyawa nona Elsha dan rakyat negeri siluman akan berada dalam bahaya jika nona membunuh manusia!" ucap Julio dengan kesal, matanya menatap tajam mata Elsha.
Elsha yang diliputi kemarahan, menyerang Julio, namun Julio berhasil menghindar, "Apa urusanmu kucing sialan! Waktu itu negeri siluman mengalami bencana karena kutukan dari seorang manusia yang tanpa sengaja dibunuh oleh raja Georgius! Merry hanya sebatang kara dan tidak mungkin dia bisa mengutuk!" Elsha mengeluarkan sinar merah untuk membakar tubuh Julio namun meleset dan mengenai rumput.
"Kamu tidak mengerti cerita yang sebenarnya Elsha! Tolong jangan bertindak bodoh lagi!" Julio yang sangat marah langsung mengeluarkan sinar kuning yang mengenai kaki Elsha, hingga Elsha benar-benar berhenti menyerang.
"Ka..uu.. berani-beraninya! Kau hanya kucing peliharaan Fernando tidak usah sombong!!" teriak Elsha, dan Elsha langsung berubah menjadi ular hendak menerkam Julio, tiba-tiba Fernando datang dan menangkapnya.
"Hentikan Elsha kebodohanmu ini!" Fernando segera melepaskan ular yang ada di tangannya, dan dalam sekejap Elsha kembali ke wujudnya yang semula.
"Plaakk!" sebuah tamparan keras melayang di wajah Fernando.
"Siluman bodoh! Apa kamu tidak bisa mengajari kucingmu sopan santun! Ingat Nando, aku tidak percaya kutukan atau hal bodoh lainnya! Manusia itu makhluk yang lemah daripada siluman, dan jangan harap kamu dan Merry akan memiliki kisah yang indah seperti kedua orang tuamu!" Elsha langsung pergi meninggalkan Fernando dan Julio sendirian.
Tanpa terasa matahari sudah bersinar, langit yang gelap berubah menjadi terang. Fernando duduk diantara rerumputan dan memandang langit yang mulai terang.
"Maafkan saya sudah berkata tidak sopan kepada nona Elsha." Ucap Julio.
"Tidak apa-apa, Elsha sejak dulu memang seperti itu. Julio ayo kita pulang." Fernando segera berdiri.
"Apa tuan baik-baik saja? Wajah tuan mengapa terlihat lelah sekali?" Tanya Julio yang khawatir kepada tuannya.
Fernando tersenyum, "Ayo kita pulang."
***
Merry segera bangun dari tidurnya, jam menunjukkan pukul 06.00 WIB. Ketika Merry turun ke dapur, ia melihat sepotong sandwich yang sudah diletakkan di meja makan, segelas susu coklat dan sebuah kertas kecil yang bertuliskan,
To: Merry
Jangan lupa dimakan, dan jangan khawatir lagi.
Merry tersenyum dan berkata, "Dasar naga nakal, kamu selalu bisa membuat hatiku bahagia bahkan dalam keadaan apapun."
Ketakutannya semalam hilang, dan pagi ini ia merasa badannya sangat sehat sekali, hingga rasanya ia dapat terbang. Setelah memakan sarapan yang sudah di buat oleh kekasihnya, Merry bergegas untuk sekolah.
"Halo Fan," sapa Merry saat bertemu dengan sahabatnya di halaman sekolah.
Fanda dengan muka jahilnya, langsung berkata, "Wah habis ngapain aja nih sama kekasih, hihihi,"
Muka Merry langsung merah dan ia memukul punggung Fanda, "Dasar pikiran mesum! Aku sibuk belajar tahu sampai jam tiga pagi!"
"Hahaha… rajin sekali kamu, aku hanya sampai jam dua pagi dan setelah itu tidur, ada apa nih wajahmu bahagia sekali?" ucap Fanda sambil menguap.
Merry hanya tersenyum, ia tidak mungkin mengatakan kejadian sebenarnya, namun ia sendiri juga tidak tahu, tubuhnya benar-benar terasa lebih baik, meskipun ia hanya tidur dua jam saja, dan sama sekali tidak mengantuk. "Ayo ke kelas nanti terlambat."
Sampai di kelas, Novi yang sudah datang lebih dulu, menyambut dua sahabatnya, "Hai kalian sudah datang,"
"Tentu saja, Hoamm aku mengantuk." Ucap Fanda yang langsung duduk di bangkunya.
"Tidur jam berapa kamu?" Tanya Novi.
"Jam dua, lagipula yang seharusnya mengantuk dia tuh, tidur dari jam tiga pagi." Ucap Fanda yang langsung menunjuk sahabatnya yang terkenal jenius di kelas.
"Apa?? Kalian memang pantas di sebut siswi terpintar di sekolah ini hahaha, hebat sekali kamu Mer tidak mengantuk sama sekali, bahkan kelihatannya kamu baik-baik saja." Ucap Novi dan ia menepuk pundak Merry, namun ketika ia hendak menyentuh pundak Merry, tiba-tiba sebuah sengatan listrik muncul saat Novi menyentuh pundak Merry.
"Apa itu tadi?" Tanya Merry heran, karena ia merasa ada keanehan ketika Novi menyentuhnya, tetapi ia sendiri tidak merasa apa-apa.