Chereads / Swords Of Resistance: Endless War [Indonesia] / Chapter 34 - Bab 34, Mereka Benar-benar Gila

Chapter 34 - Bab 34, Mereka Benar-benar Gila

Oblast otonomi Pamiristan merupakan wilayah paling timur yang bertetangga dengan negara bagian Tajikistan dan mayoritas penduduknya adalah orang-orang dari etnis Pamir. Wilayah oblast otonomi Pamiristan merupakan salah satu oblat otonomi dari Federasi Russia dengan luas enam puluh ribu dua ratus kilometer persegi dengan penduduk sebanyak dua ratus dua puluh enam ribu sembilan ratus jiwa.

Wilayahnya didominasi oleh pegunungan yang tandus, terjal, dan bersalju dengan tanah yang keras, dan berpasir penuh batu. Meskipun dialiri oleh sungai banyak sungai, tetapi wilayah ini tergolong ekstrim untuk dihuni dan terlalu liar.

Jika dibandingkan dengan keadaan di negara bagian Tajikistan yang sedang bergejolak, Pamiristan ini merupakan basis terbesar kelompok teroris. Dengan wilayahnya yang liar dan jarang terjamah oleh Kremlin, membuat Pamiristan menjadi lahan subur untuk para kartel narkoba dan juga teroris. Kelompok Teror seperti Al-Qaeda, Daesh, Jamiati Islami, dan Turkistan Islamic Party menggunakan Pamiristan sebagai basis mereka di Asia Tengah.

Setelah kunjungan para Menteri Luar Negeri negara-negara Collective Security Organization ke Riyadh, para jihadis luar negeri secara resmi mundur secara bertahap dari Tajikistan, dan oposisi Tajikistan resmi menghentikan perlawanan bersenjata mereka, dan pihak oposisi menyatakan kesetiannya kepada Kremlin beserta dengan sayap militer mereka yang melebur dengan Tentara Russia dari Korps Tajik, dengan begini berakhirlah perang yang berlangsung selama lima tahun di negara bagian Tajikistan.

Perang yang terjadi selama lima tahun memang telah berakhir, tetapi bukan berarti perang ini sudah selesai.

.

.

Aktifitas peredaran narkoba di Pamiristan mulai meningkat sejak dimulainya krisis di Tajikistan. Beatrix telah mengajukan dirinya ke Komandan CSO di Tajikistan untuk menerima sebuah misi memberantas salah satu kelompok kartel narkoba di Pamiristan.

Seorang perempuan berjubah hitam memacu kudanya yang berwarna coklat dengan cepat dan hati-hati melalui jalan yang berpasir yang di sampingnya ada sungai besar bernama sungai Vanj.

"Tempat yang terasing di atap dunia dengan alamnya yang liar seperti ini memang sangatlah cocok untuk menjalankan bisnis haram. Ditambah blunder masa lalu para pejabat Kremlin, sehingga membuat orang-orang di sini merasa dianak tirikan dan akhirnya angkat senjata," pikir Beatrix. Dia menghentikan kudanya di tepi sungai yang airnya jernih dan meminum air sungai tersebut.

Air sungai yang Beatrix minum terasa sangat begitu segar dan dia mengisi sebuah botol kosong dengan air sungai Vanj yang jernih dan menyegarkan. Beatrix kembali memacu kudanya menuju arah timur laut melewati jalanan berbatu dan berpasir, hingga akhirnya dia tiba di sebuah puncak bukit.

Dari puncak bukit itu dia melihat sebuah Desa yang diperkirakan berjarak sekitar empat kilometer. Desa tersebut banyak terdapat panel surya serta kincir angin untuk memenuhi kebutuhan listrik penduduknya. Dia mengambil teropongnya untuk melihat lebih jauh perkampungan tersebut, di mana beberapa milisi bersenjata sedang memanen opium, dan ganja, di mana ladang ganja, dan opium terletak di sisi kanan dan kiri Desa tersebut.

Bendera hijau toska dengan lafazd kalimat tauhid dan bulan bintang di bawah kalimat tauhid berkibar di atas sebuah bangunan yang merupakan Markas dari kelompok tersebut.

"Turkistan Islamic Party," gumam Beatrix. "Jadi, mereka menjadikan tanah ini sebagai markas mereka."

Beatrix kembali mengamati Desa tersebut dengan teropongnya, "Bahkan mereka bersama dengan anak dan istri mereka." Para ibu beserta anak-anak mereka sedang beraktifitas layaknya Warga Sipil pada umumnya. Di sisi lainnya, para anak-anak sedang bermain layaknya anak-anak pada umumnya. "Sangat merepotkan jika ada perempuan dan anak-anak. Mereka pasti akan digunakan sebagai perisai daging oleh para lelaki pengecut," keluh Beatrix. "Namun, mereka bisa dihabisi jika dalam keadaan dan kondisi terpaksa dan harus menghabisi mereka."

Beatrix meninggalkan kudanya dan berjalan menuju Desa tersebut. Dia tidak mengambil jalan yang lurus, tetapi jalan yang memutar mengikuti arus sungai. Jalan yang dilaluinya terjal dipenuhi dengan batu-batu yang besar dan tajam.

Rombongan milisi Turkistan Islamic Party (TIP) tengah menaiki kuda mereka ke arah selatan, di mana kuda-kuda mereka mengangkut barang-barang terlarang yang telah mereka panen melewati jalur yang cukup lebar dan cukup mulus.

Beatrix tengah mengamati pergerakan mereka dari balik bebatuan. Dia mengambil senapan riflenya dan mengarahkannya ke salah seorang di antara mereka. Seorang milisi TIP telah dia jatuhkan, sehingga membuat rombongan mereka menjadi panik.

"Di atas sana!" tunjuk salah seorang milisi TIP.

Kuda-kuda mereka berjingkrak dan mereka segera menyebar sambil menembaki Beatrix yang bersembunyi di balik bebatuan.

Baku tembak terjadi dengan sengit di jalur Faroukh yang merupakan jalur penghubung Pamiristan dengan Badakhshan. Kepala salah seorang milisi hancur setelah peluru yang ditembakkan Beatrix menerjang kepalanya.

Beatrix mengambil granat cahaya dan melemparnya ke atas. Granat tersebut meledak dan menyilaukan mata para milisi TIP. Di saat musuhnya dibuat tak berkutik akibat cahaya yang silau, Beatrix menarik pedangnya, dan berlari dengan cepat menuju ke arah mereka.

Para milisi itu berjatuhan dengan luka berat yang disebabkan oleh tebasan pedang yang dilancarkan oleh Beatrix. Kesebelas milisi tersebut telah tumbang dengan menyisakan dua puluh ekor kuda mereka.

Beatrix mengambil ponselnya dan dia mengirim pesan suara ke rekan-rekannya, "Jalur Faroukh telah dibersihkan. Tidak ada yang mencurigakan dari arah utara."

"Baiklah, kami akan ke sana," suara dingin itu membalasnya.

Mesin kendaraan itu menyala dan BMP itu memasuki jalur Faroukh yang merupakan satu-satunya akses menuju ke Desa yang hanya bisa dilalui untuk kendaraan bermotor.

Tiga puluh menit Beatrix menunggu rekan-rekannya sambil memeriksa barang yang dibawa oleh rombongan musuh.

BMP itu tiba di lokasi dan para Tentara yang ada di dalamnya segera keluar dari kendaraan militer berwarna coklat tersebut.

"Kau bisa menjadi kaya raya dengan menjual barang-barang ini," ujar salah seorang Tentara lelaki dari Russia bernama Khlebnikov Luka Nikitovich.

"Sialan, opium, dan ganja ini benar-benar banyak," kata salah seorang Tentara perempuan dari Prussia bernama Megan Laureen. "Meskipun ini haram, tetapi ini adalah cara cepat untuk menjadi kaya raya."

"Buang seluruh barang haram ini," perintah seorang Perwira perempuan bernama Vlada Rostislavovna. "Ada dua puluh kuda dan masing-masing dari kalian naiki kuda yang kalian inginkan. Sedangkan kuda yang tersisa akan kita gunakan sebagai perisai daging."

"Siap, Kapten."

Dua belas Tentara CSO termasuk Beatrix menaiki kuda-kuda tersebut.

"Ini adalah harta rampasan perang dan harga kuda itu cukup mahal," ujar Kapten Vlada, keduabelas Tentara CSO segera bergerak menuju ke arah Desa yang dikuasai oleh musuh.

Para milisi TIP yang tengah berpatroli terlihat heran akan gerombolan kuda yang bergerak menuju ke arah mereka. Mereka begitu terheran-heran dengan gerombolan kuda tersebut.

"Bukankah seharusnya kuda-kuda itu pergi menuju ke arah Badakhshan?" katanya dengan ekspresi wajah penuh kebingungan. "Lalu siapa dia?" kalimat pertanyaan dia lontarkan pada sosok perempuan yang menunggangi salah seekor kuda berwarna putih.

Lelaki itu langsung terjatuh dengan leher yang berlubang dan membuat kaget rekannya. Beatrix menarik pelatuknya dan membunuh milisi TIP yang lainnya.

Salah seorang milisi TIP yang melihat kedua mayat rekannya segera memberikan kabar kepada rekan-rekannya.

"Kita diserang! Musuh dari arah jam empat."

Kabar itu segera tersebar dengan cepat dan para milisi TIP segera angkat senjata.

Kedua belas Tentara CSO berkuda itu berpisah menjadi empat regu yang terdiri dari satu regu tiga orang dan menyerang posisi musuh dari empat penjuru mata angin (barat, timur, utara dan selatan).

"Semuanya, tembak!" perintah Kapten Vlada.

Tentara CSO menembaki para milisi TIP. Para perempuan dan anak-anak segera memasuki rumah mereka dan sebagiannya ada yang angkat senjata membantu para lelaki.

"Kapten, bagaimana jika ada anak-anak dan perempuan yang angkat senjata?" tanya salah seorang Tentara perempuan bernama Ayana Ismailov.

"Bunuh!" jawabnya singkat dan tegas.

Jawaban Kapten Vlada membuatnya sedikit terguncang. Bagaimanapun juga, perempuan berparas oritental ini merupakan seorang Tentara pemula jika dibandingkan dengan rekan-rekannya dalam grup ini. Perempuan dari etnis Kyrgyzs itu masih ragu jika harus membunuh anak-anak dan perempuan.

"Kalau kau tidak membunuh, maka kau akan dibunuh. Jika kau dibunuh maka orang tuamu akan sedih lalu mati karena depresi. Jadi jangan ragu untuk membunuh, meskipun mereka anak-anak dan perempuan!" Kapten Vlada sekali lagi menegaskan kepada bawahannya agar jangan ragu dalam berindak.

Kalimat tegas yang diucapkan Kapten Vlada membuat keraguan dalam hati Ayana menghilang. Perempuan dari etnis Kyrgyzs itu memantapkan hatinya demi orang-orang yang dia sayangi, khususnya kedua orang tua yang dia cintai.

Ayana menembak seorang perempuan bercadar yang membawa AK-47.

"Matilah kalian!" teriak Ayana.

Beatrix menjentikkan kedua jarinya dan kobaran api berwarna biru gelap segera membakar rumah-rumah penduduk dan apinya melalap para milisi TIP. Para milisi TIP terlihat kocar-kacir dan kewalahan melihat kobaran api berwarna biru gelap tersebut.

Kapten Vlada menembakkan suar ke atas dan tembakan yang dilakukan oleh Tentara CSO segera berhenti.

"Menyerahlah kalian Orang-orang Uighur. Turunkan senjata kalian maka kalian akan selamat dan diampuni!" Kapten Vlada memberikan ultimatum kepada para milisi TIP yang didominasi oleh etnis Uighur untuk segera menyerah.

Dua belas Tentara CSO berkuda telah mengepung perumahan padat tersebut dari empat arah penjuru mata angin.

"Hidup mulia, mati syahid. Allah Akbar!" teriak para milisi TIP tersebut.

Pekikan takbir menggema di Desa yang beberapa bangunannya telah terbakar.

Seorang Lelaki Tentara CSO Laki-laki terkekeh mendengar teriakan konyol para milisi TIP, "Hidup mulia dengan menanam ganja dan opium."

Baku tembak kembali terjadi antara para milisi TIP dengan Tentara CSO. Para milisi TIP tidak menyangka bahwa Tentara CSO yang mereka hadapi didukung oleh seorang Alkemis atau Ahli Alkimia.

Fredericka Louise Beatrix Alexandrine Margareth Romanova von Hohenzollern memiliki kemampuan alkimia, yaitu elemen tanah, api, magma, dan petir yang dia warisi dari ayahnya. Kemampuan yang dia miliki sama dengan saudara kembarnya, Maximilian, hanya saja secara tenaga dan kekuatan Maximilian lebih unggul.

Salah seorang milisi TIP tengah mengamati Beatrix dari teropong senapan snipernya. Ketika milisi itu menarik pelatuknya, pelurunya menembus kepala dari kuda yang dinaiki oleh Beatrix, sehingga Perempuan berambut panjang bergelombang berwarna gelap itu terjatuh dari kudanya.

"Apa kau tidak apa-apa, Beatrix?" tanya salah seorang rekan Laki-lakinya.

"Aku baik-baik saja," jawab Beatrix menembakkan kilatan petir ke arah sebuah bangunan, di mana sniper musuh bersembunyi di sana. Kilatan petir itu membunuh sniper dan menghancurkan bangunan di mana dia bersembunyi.

Milisi TIP menghentikkan tembakan mereka, sehingga membuat Tentara CSO ikut menghentikan tembakan mereka. Beberapa perempuan bercadar keluar dari dalam rumah mereka sambil mengangkat kedua tangan mereka pertanda menyerah dan berjalan menuju ke arah keempat tim CSO yang terpisah.

"Lari dan Tembak!" perintah Kapten Vlada yang mencium aroma bahan kimia dari seorang perempuan bercadar di depannya.

Mereka segera memacu Kudanya untuk lari seraya memberondong tubuh para perempuan bercadar di hadapan keempat tim tersebut, hingga akhirnya terjadilah sebuah ledakan yang cukup besar yang membuat mereka terpental bahkan ada yang tertimbun reruntuhan bangunan.

Bom bunuh diri yang dilakukan oleh keempat perempuan bercadar tersebut menewaskan seluruh milisi TIP beserta anak-anak mereka dan anggota perempuan dalam komunitas milisi tersebut. Sedangkan beberapa Tentara CSO terkurung oleh dinding batu yang melindungi mereka dari ledakan tersebut.

Beatrix dan kedua rekannya selamat karena Beatrix telah membuat dinding batu yang melindungi mereka dan yang lainnya dari ledakan serta lontaran puing-puing bangunan. Kapten Vlada mengalami patah tulang di kaki kanannya yang tertindih oleh puing-puing bangunan, sedangkan Amina, dan rekannya mengalami luka.

"Bagaimana dengan Kapten Vlada dan yang lainnya?" tanya salah seorang lelaki berambut pirang coklat dan bermata biru muda pada Beatrix. Dia adalah Alexander Arshavin, seorang Tentara Russia.

"Mereka masih hidup," jawab Beatrix.

"Bagaimana dengan musuh?"

"Mereka semua telah tewas."

"Mereka benar-benar gila sampai mengorbankan nyawa-nyawa tak berdosa," ujar seorang Lelaki bermata biru kehijauan dan berambut hitam lancip. Dia adalah Ismail Karimov, seorang Tentara Russia dari etnis Uzbek. "Doktrin agama yang sesat membuat mereka menghalalkan segala cara dengan alasan untuk menegakkan syariat Islam."

"Menurutku mereka tidak ada bedanya dengan para ksatria salib di masa lampau," ungkap Arshavin.

Dinding-dinding batu tersebut tenggelam ke dalam tanah dan sejauh mata memandang. Hanya puing-puing bangunan dan asap hitam yang mengepul.