Regu Tentara Prussia yang dipimpin oleh Athena begitu kaget ketika mereka tiba di arah 11,23 km dari Pos Perbatasan Prussia-Bavaria. Di sana mereka melihat tujuh jasad dari Regu 3 Tentara Perbatasan Prussia yang dimutilasi dan disula dengan kayu yang tajam.
Athena terlihat sangat marah melihat hal yang mengerikan di depannya, "Ini tidak bisa dimaafkan. Siapapun pelakunya, kita harus segera menghabisinya!" teriakan penuh amarah dilontarkan oleh perempuan bermata biru cerah itu.
"Kapten Athena. Hanya Simone van de Graaf yang ditemukan selamat. Sasha dan Vicky telah meninggal dan dibunuh secara mengerikan," kata seorang lelaki berkulit putih pucat dan berambut ikal yang menggengdong seorang perempuan berambut hitam lurus yang tubuhnya dia selimuti dengan jaket militer miliknya. "Menurutku Simone, Sasha, dan Vicky ini diperkosa terlebih dahulu," lanjut Ludwig Bauer.
Dengan penuh emosi, Athena menarik pedangnya, dan menebas pohon oak di depannya sehingga pohon itu jatuh ke arah timur laut. "Kegilaan ini benar-benar tidak bisa dimaafkan dan nyawa saudara-saudara kita harus dibalas dengan genangan darah."
Athena memasukkan pedangnya dan dia berusaha untuk mengatur nafasnya agar bisa tenang. Perempuan berambut panjang lurus berwarna pirang itu meminum air yang dia bawa untuk menenangkan emosinya, "Bungkus seluruh potongan jasad saudara-saudara kita dan kembalilah ke Pos secepatnya!"
"Baik." Mereka segera membungkus potongan-potongan tubuh dari rekan mereka yang dibunuh secara keji.
Athena dengan regunya tiba di pos perbatasan sambil membawa beberapa kantung plastik berwarna hitam yang berisikan potongan tubuh dari Regu 3 dan Bolubung segera membawa Simone van de Graaf ke unit kesehatan untuk diberikan pertolongan.
"Apa yang terjadi?" tanya Letnan Kolonel Franz Wilhelm yang berjalan menghampiri Athena dan regunya.
"Regu 3 sepertinya habis dibantai dan ketiga anggota perempuan dalam regu tersebut diperkosa terlebih dahulu. Dari sepuluh orang, hanya Simone van de Graaf yang selamat. Sisanya meninggal secara mengenaskan. Kita harus segera menguburkan mereka secara terhotmat," jawab Athena.
"Baiklah, kami akan memasukkan kantung hitam tersebut ke dalam sembilan peti mati yang akan kami pesan. Kami akan menghubungi Keluarga dari sembilan korban."
Charlemagne datang ke arah Athena. Tergambar rasa cemas dan kepanikan pada wajah lelaki tampan bermata biru dan berambut pirang tersebut.
"Hey, Athena, apa yang terjadi dengan Sasha? Aku dengar hampir seluruh Regu 3 dibantai oleh orang-orang tidak dikenal. Bisakah kau jelaskan itu?" tanya Charlemagne sambil memegang kedua pundak adik tirinya dan menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Satu-satunya yang selamat hanyalah Simone van de Graaf," jawab Athena dengan nada dingin dan tidak menatap sepasang mata biru Kakak tirinya.
Charlemagne begitu kaget mendengar jawaban dari Athena, tubuhnya lemas, dan dia terjatuh ke tanah. Charlemagne begitu terpukul mendengar jawaban dari Athena.
"Sial, sial, sial!!!!!" Charlemagne bertariak sambil memukul tanah, air mata mengalir dari sepasang mata birunya. "Kenapa kau harus mati, Sasha! Bukankah kau sangat mencintaiku dan juga mencintai masakan buatanku. Kenapa kau harus mati, Sasha!!!!!" tangisan Charlemagne pecah dan Athena turut sedih atas apa yang sedang dirasakan oleh kakak tirinya. "Sialan, aku benar-benar tidak akan memaafkan kalian. Kalian memperkosanya lalu membunuhnya. Aku tidak akan memaafkan kalian, kaum barbar terkutuk!"
Charlemagne lalu berdiri dan menatap Athena. Raut wajah Charlemagne saat ini berbeda dengan biasanya yang selalu kalem dan tenang, seperti wajah seorang iblis yang haus akan darah. Charlemagne kembali memegang kedua pundak Athena, "Hey, Athena, bukankah ayah kita ini orang nomor dua di Prussia. Bisakah ayah menjatuhkan beberapa senjata pemusnah massal untuk meratakan Bavaria hingga rata dengan tanah. Bisakah ayah untuk memulai perang ini untuk membantai kaum barbar di sana. Jawab aku, Athena! Jawab aku!"
Melihat Charlemagne yang kesetanan membuat beberapa orang terlihat sangat ketakutan, khususnya para kaum hawa. Namun secara tiba-tiba Charlemagne terjatuh dan tak sadarkan diri ketika Letnan Kolonel Franz Wilhelm memegang kepalanya.
"Jangan khawatir, aku hanya membuatnya tak sadarkan diri dengan kemampuan sihirku dan tidak ada maksud berbuat buruk kepada Keluarga Kanselir."
"Terima kasih, Letnan Kolonel Franz," balas Athena. "Kakakku begitu terpukul, menjadi kesetanan, dan gila ketika mendengar kabar perempuan yang dia cintai mati secara mengenaskan. Aku minta maaf akan tindakan serta perkataannya yang menurutku tidak pantas untuk diucapkan di depan umum."
"Bawa Charlemagne ke kamarnya dan berikan dia perawatan mental," perintah Letnan Kolonel kepada para bawahannya.
"Baik Letnan Kolonel."
"Athena, ikut aku, dan kita akan mengorek informasi dari pikiran Simone van de Graff," kata Letnan Kolonel melangkahkan kakinya menuju ke arah ruangan di mana Simone tengah dirawat. Athena berjalan di belakang sang Letnan Kolonel mengikutinya.
Mereka memasuki ruangan di mana Simone terbaring di tempat tidurnya, dengan infus yang menempel pada tangan kanannya.
"Dengan kemampuan sihirku, aku akan mengorek informasi dari pikiran Simone. Dengan begini kita bisa mengetahui musuh kita," ujar Letnan Kolonel Franz Wilhelm.
"Menurutku pelakunya adalah Vampir, mengingat ada luka gigitan di lehernya," tunjuk Athena pada bekas gigitan di leher bagian kanan.
"Tapi kita harus menelusuri pikirannya lebih dalam untuk mendapatkan informasi tentang mereka." Letnan Kolonel Franz Wilhelm memegang kepala Simone van de Graff dan membaca pikirannya. Sang Letnan Kolonel melihat dalam pikiran Simone bahwa Regu 3 diserang oleh kelompok tak dikenal yang memiliki kemampuan bertempur yang sangat baik. Simone yang berlari terjatuh setelah menabrak seorang vampir, lalu vampir itu memperkosanya. Ketiga perempuan itu diperkosa secara bergiliran oleh kelima vampir tersebut, di mana aksi pemerkosaan itu direkam dengan sebuah kamera drone. Setelah memperkosa ketiga Perempuan itu, kelima vampir itu membunuh Sasha dan Vicky, dan hanya menyisakan Simone.
Meskipun Letnan Kolonel Franz Wilhelm terlihat sangat terguncang, tetapi dia berusaha untuk tetap tenang dan berpikir jernih.
"Pelaku berasal dari Private Military Conctractor yang berisikan vampir asal Bavaria, mereka adalah anggota dari Nachzehrer," jelas Letnan Kolonel Franz Wilhelm.
Athena terkejut mendengar jawaban dari Letnan Kolonel Franz Wilhelm, "Jadi, pelakunya adalah lima orang anggota Nachzehrer. Apakah ini ada hubungannya dengan ketiga vampir itu?"
"Tapi bisa jadi ini adalah pesan dari pihak Bavaria menggunakan pihak ketiga agar kita menghentikan pengintaian terhadap wilayah mereka menggunakan drone. Bukankah sebelum pembantaian ini, drone yang dikendalikan oleh Charlemagne telah jatuh ditembak, dan mungkin penembaknya adalah seorang vampir." Letnan Kolonel Franz Wilhelm melipat kedua tangannya serta meregangkan tubuhnya. "Benang merah kasus ini telah jelas, tetapi jika kita salah melangkah bisa-bisa akan terjadi perang besar, dan jangan sampai hal seperti ini terjadi."
"Aku paham akan hal ini."
"Akan tetapi, akan ada pembalasan atas darah yang tumpah dari para pahlawan. Aku akan menyusun laporan dan mengirimnya ke Berlin."
.
.
Athena memasuki kamar Charlemgane, di mana kakak tirinya masih terbaring tak sadarkan diri di atas kasurnya. Athena lalu duduk di samping Charlemagne.
"Kau yang hidup sendiri, tidak akan pernah merasakan betapa sakitnya kehilangan. Perkataan Sasuke menurutku ada benarnya juga, mengingat ibuku meninggal di saat melahirkan diriku sehingga aku tidak merasakan kesedihan. Meskipun kita berasal dari ayah yang sama, aku masih belum memahamimu, walaupun kau, dan Charla bisa memahamiku." Athena berjalan menuju ke arah jendela kaca seraya menarik kursinya, "Ketika melihatmu sangat sedih, sebagai adik tirimu aku juga turut merasakannya. Kau tidak seperti Charla yang keras seperti Ibunya, kau sangat lembut, dan halus. Memang benar apa yang orang-orang katakan bahwa kau adalah kembaran dari sosok Ayah. Selain kau memiliki paras yang tampan dan fisik yang bagus, kau dikaruniai otak yang cerdas, tidak seperti diriku yang bahkan pernah hampir tidak naik kelas. Meskipun kita berbeda ibu, akan tetapi aku menganggap dirimu sebagai sosok pengganti ayah. Kau sama seperti ayah, yang selalu bersikap lembut, halus, dan peduli kepadaku. Kau juga sangat sopan dan pintar dalam membaca situasi serta bertutur kata lembut. Seandainya kita tidak dipisah atau terlahir dari ibu yang sama atau ayah hidup bersama dengan kedua istrinya serta ketiga anaknya."
Air mata kesedihan mengalir dari wajah Athena dan Charlemagne yang bangun secara tiba-tiba mengelap air mata yang membasahi wajah cantik adik tirinya dengan sebuah kain berwarna putih.
"Aku mendengar semua yang kau katakan, Athena, dan ini akan menjadi rahasia kita berdua," kata Charlemagne dengan nada bicara yang selalu halus dan lembut.
"Terima kasih banyak, Charlemagne," kata Athena dengan nada terisak.
Charlemagne lalu duduk di atas kasurnya dan bersandar di dinding ruangannya. Dia menatap wajah cantik Adik tirinya.
"Hey, Athena. Maukah kau mendengarkan curahan hatiku, yang mungkin ini terdengar sangat konyol. Walaupun akhir-akhir ini hubunganku dengan ayah terlihat bagus, tetapi ada beberapa hal yang menurutku lebih nyaman untuk dibicarakan dengan ibu atau Charla dan atau dengan dirimu."
"Curahkanlah segala isi hatimu, Saudaraku. Aku akan mendengarkannya dengan baik," balas Athena.
Charlemagne menundukkan wajahnya ke bawah, karena dia tidak ingin Athena melihatnya bersedih, "Aku memang sangat populer di kalangan perempuan, akan tetapi Sasha adalah satu-satunya perempuan di dunia ini yang mencintaiku bukan hanya karena memandang fisik dan juga sifat, akan tetapi dia mencintaiku karena kelezatan makanan yang aku buat. Meskipun aku kuliah memilih jurusan teknik mesin di Universitas Leiden, akan tetapi jauh di lubuk hatiku terdalam, aku ingin menjadi seorang Koki. Aku sangat menyukai memasak dan membuat makanan yang enak. Karena menurutku untuk menghibur dan membuat bahagia seseorang, salah satunya adalah dengan menyajikan makanan yang sangat enak dan lezat."
Athena mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh Kakak tirinya.
"Ketika aku tiba di sini, aku benar-benar merasa senang ketika disambut dengan jeritan histeris para perempuan. Akan tetapi sayangnya mereka hanya menatapku dari fisikku. Aku tidak suka orang yang selalu menilai fisiknya. Semua manusia sama saja, tak peduli apapun itu bentuk fisiknya. Awalnya aku berpikir bahwa Sasha seperti perempuan pada umumnya yang selalu memandang diriku dari fisiknya. Apa yang dilakukan oleh Sasha adalah sesuatu yang tidak aku duga. Dia telah merebut ciuman pertamaku. Hey, Athena, mungkin pertanyaanku ini terdengar konyol."
"Kurasa itu tidak konyol."
"Baiklah aku akan melanjutkan curahan hatiku. Saat esoknya, aku benar-benar bahagia saat sarapan di mana dia memuji masakan yang aku buat secara mendetail. Itu adalah pujian yang diucapkan dengan begitu tulus dan alami. Aku benar-benar sangat senang ketika ada seorang Perempuan yang memuji masakanku secara mendetail. Aku yakin saat itu kau mendengarkan pujiannya."
Athena hanya mengangguk pertanda iya.
"Keesokan harinya ketika aku sedang makan siang dengan nasi goreng. Sasha membawakan sebuah sandwich dengan malu-malu dan ketika aku memakannya, itu adalah sandwich terlezat yang pernah aku makan. Meskipun memang terlihat sangat sederhana dengan dua buah roti tawar yang diisi dengan kornet yang direbus hingga matang sempurna dan dibalut dengan sawi hijau yang segar serta potongan tomat dan wortel yang diiris sangat tipis, ditambah aroma bumbu rempah khas Kepulauan Asia Tenggara yang sangat menggugah selera serta taburan keju yang asin seberat dua puluh gram. Itu adalah sandwich terlezat yang pernah aku makan."
Charlemagne terlihat meneteskan air matanya dan menangis, "Aku tidak pernah menyangka bahwa dia akan menyajikan makanan terlezatnya sebelum dia pergi untuk selama-lamanya. Aku benar-benar terpukul akan kematiannya karena dia adalah cinta pertamaku."
Charlemagne berdiri dari duduknya dan memukul-mukul tembok dengan sangat keras hingga tangannya terluka seraya mengumpat mengeluarkan kata-kata kasar.
"Sial! Sial! Sial!!!!!! Kenapa kau harus pergi, Sasha!!!!!" Charlemagne lalu tertunduk sambil meremas selimut di atas ranjangnya. "Kenapa kau harus pergi meninggalkanku? Apakah kau tidak tahu betapa hancurnya hatiku! Kenapa kau harus pergi secepat itu Sasha!!!!!"
Mendengar teriakan kesedihan Charlemagne benar-benar membuat Athena juga turut bersedih. Dalam kesedihannya, Athena berjalan menghampiri kakak tirinya dan memegang erat kedua tangannya yang terluka setelah memukul-mukul tembok hingga mengalami sedikit kerusakan. Athena mengalirkan kekuatan sihirnya untuk menyembuhkan luka pada kedua tangan Charlemagne.
"Berhentilah menangis, saudaraku. Aku rasa Sasha tidak ingin melihatmu bersedih. Meskipun dia telah tiada, akan tetapi Sasha akan selalu ada di hatimu. Mungkin aku tidak pantas berbicara seperti ini karena aku tidak pernah merasakan kehilangan, akan tetapi Sasha sekarang telah tenang di Surga, dan dia tidak ingin lelaki yang dia cintai menangis. Bangkitlah Charlemagne, saudaraku. Bangkitlah dari kesedihan dan keterpurukanmu dan buatlah Sasha bahagia di Surga."
Athena memeluk erat Charlemagne dan berbisik, "Sasha ingin kau hidup lebih lama darinya, jadi janganlah bersedih lagi karena Sasha tidak ingin melihatmu bersedih. Bangkitlah dari kejatuhan ini saudaraku, Charlemagne, dan buatlah Sasha hidup bahagia di Surga."
Mendengarkan ucapan Athena membuat emosi serta pikiran Charlemagne kembali normal dan tenang. Dia berhenti menangis dan mengusap sisa-sisa air mata yang membasahi wajah tampannya.
"Terima kasih, Athena. Terima kasih telah menyelamatkanku dari jurang kesedihan." Perkataan Charlemagne terhenti dan Lelaki itu memandangi Sasha yang tengah berdiri di luar jendela ruangannya dengan tersenyum begitu manis. Perempuan berkacamata dan berambut hitam panjang lurus dikepang dua itu terlihat bahagia seraya melambaikan tangannya.
"Selamat tinggal, Charlemagne. Aku senang bisa bertemu denganmu walaupun ini hanya sementara. Hiduplah selama mungkin agar aku bisa bahagia di sisi-Nya," katanya dengan suara yang lembut. Perlahan sosoknya memudar hingga akhirnya dia menghilang bersama dengan delapan sosok lainnya yang merupakan rekan di Regu 3.
Dengan tersenyum lebar, Charlemagne lalu melambaikan tangan kanannya pertanda salam perpisahan. Athena yang bisa merasakan kekuatan supranatural sadar akan kehadiran sosok Sasha serta mendengar kalimat perpisahan yang diucapkannya barusan.
"Istirahatlah dengan damai, Regu 3," gumam Athena.