Sehari sebelum di rumah sakit. Di kediaman Ricciardo. Hardiem merasa resah setelah acara pernikahan adiknya bersama gadis yang ia sukai telah selesai. Namun, dirinya tidak bisa tenang lantaran terus saja mengingat mengenai gadis yang sudah sah menjadi adik iparnya.
Tidurnya sampai tidak tenang, makan juga tidak teratur. Batinnya terus berkata jika keamanan gadis yang ia cintai tidak merasa aman jika hidup bersama Daniel. Apalagi secara terang-terangan Daniel sudah mengibarkan bendera perang jauh-jauh hari sebelumnya. Kecemasannya itu sampai membuatnya pergi berkunjung ke mansion milik Daniel bersama dengan Queen.
Tapi, saat tiba di mansion itu tidak ada mobil milik Daniel yang terlihat begitupun sosok gadis yang ia cintai. Justru saat itu ia tidak sengaja melihat seorang wanita yang sedang mondar-mandir di luar, seperti sedang menunggu seseorang.
Hingga akhirnya Hardiem mencoba untuk mendekati wanita itu. Ia pun bertanya. "Mbak, apa Daniel bersama Queen ada? Saya Hardiem,, ingin bertemu dengan mereka."
"Oh mereka berdua lagi enggak ada di rumah. Aku sih enggak tahu cuma dari tadi aku nungguin sama aku telepon-telepon juga nomornya udah enggak aktif," sahut wanita itu.
"Begitu ya, lalu kamu ini siapa? Kok bisa ada di mansion Daniel? Pelayan di sini ya?" tanya Hardiem seraya mengklaim sebagai pelayan hingga membuat raut wajah Rose kesal.
"Heh! Kalau ngomong jangan sembarang dong! Masa iya aku cantik-cantik begini pelayan sih. Aku itu Nyonya besar di mansion ini. Dan aku adalah kekasih Daniel. Lalu kamu siapa?" jawab Rose dengan angkuh seraya bertanya sambil menunjuk.
'Apa? Kekasih? Sejak kapan Daniel punya kekasih? Apa jangan-jangan dia sengaja lagi diam-diam punya kekasih terus sekarang dia malah menikah dengan gadis yang gue suka. Sialan! Awas kalau ketemu gue enggak bakalan kasih ampun,' batin Hardiem.
"Maaf-maaf soalnya aku enggak tahu. Tolong bilangin sama Daniel kalau dia udah pulang. Bilang kalau aku kakaknya datang kesini. Dan satu lagi kamu jangan terlalu berbesar diri mengaku sebagai Nyonya di mansion adikku. Kalau begitu aku permisi," ucap Hardiem tanpa menunggu jawaban langsung melangkah berbalik arah untuk pergi.
Lain halnya dengan Rose. Matanya sampai membulat di saat mendengar bahwa pria itu adalah kakak dari Daniel.
'Ya ampun! Mati aku bakalan kena marah nih sama Daniel. Ini mulut enggak ada remnya lagi. Harusnya tadi aku jangan kasih tahu kalau aku ini kekasih dia. Mana kakaknya lagi yang datang. Duh ... bisa-bisa aku cuma tinggal nama doang tinggal di sini. Mana keturunan Ricciardo galak-galak bikin serem lagi. Ah sial!' batin Rose yang mulai ketakutan.
Di sisi lain. Hardiem merasa kesal di saat mendengar kalau Daniel memiliki kekasih. Karena hal itu sampai membuatnya tidak ingin pulang.
"Pantes Daniel enggak mau tinggal di rumah. Ternyata dia membangun dua rumah sekaligus untuk dua orang perempuan. Bisa-bisanya itu anak punya kekasih di saat menikah dengan Queen. Aku enggak akan tinggal diam. Lihat aja Queen akan menjadi milikku," gumam Hardiem sembari melajukan mobilnya.
Saat dalam perjalanan ia tidak sengaja melihat kerumunan orang. Namun, yang membuatnya heran sebuah mobil yang sangat familiar dengannya. Hingga membuat Hardiem memberhentikan mobilnya lalu menuju ketempat kejadian itu. Tiba di sana betapa terkejutnya ia sangat melihat nomor mobil itu adalah milik Daniel.
"Astaga! Mobil Daniel, Queen. Aku sekarang emang enggak suka sama Daniel, tapi kalau harus kecelakaan seperti ini aku juga tidak tega melihatnya. Apalagi jika ada Queen di sana. Sebaiknya aku harus bisa memastikan semuanya," gumam Hardiem, lalu mendekati beberapa warga yang di sana.
"Um, permisi, Pak. Kalau boleh tahu pemilik mobil ini sudah di bawa ke rumah sakit mana ya? Atau hanya di amankan di kantor polisi?" tanya Hardiem.
"Sudah di bawa ke rumah sakit, Pak. Deket kok dari sini. Nanti tinggal lurus aja terus belok ke kiri nah langsung ketemu rumah sakitnya. Soalnya pemilik mobil ini luka parah," jawab salah satu warga.
"Oh begitu, terima kasih, Pak," ucap Hardiem, yang langsung di sahut dengan anggukan oleh beberapa warga.
Tanpa menunggu lama, Hardiem langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tidak lama setelah itu dirinya sampai di tempat tujuan. Tanpa menunggu waktu lama Hardiem langsung berlari menyusuri koridor rumah sakit. Hingga akhirnya ia melihat gadis yang ia cintai sedang berdiri dengan seorang pria yang tidak ia kenal.
"Syukurlah Queen baik-baik saja, tapi di mana Daniel? Semoga adikku juga baik-baik saja," gumam Hardiem, lalu berlari kearah Queen dan Darrel.
Nafasnya terengah-engah saat tiba di hadapan Queen dan Darrel. Tanpa menunggu nafasnya mulai normal. Ia langsung bertanya.
"Huuf! Qu-Queen! Kami enggak kenapa-kenapa 'kan? Enggak ada yang lukakan?" tanya Hardiem dengan nafas ngos-ngosan.
"Kakak ipar, sebaiknya istirahat dulu dan minum air. Ini kebetulan ada minuman dari temanku," sahut Queen sembari memberikan minuman itu.
"Terima kasih, Queen."
"Oh ya, kakak ipar kok bisa tahu kalau aku ada di sini?" tanya Queen.
"Tadi aku ke mansion mu terus karena males pulang kupikir ingin jalan-jalan sebentar lalu tidak sengaja melihat mobil Daniel sudah hancur di jalan. Ya sudah aku bertanya kepada mereka di sana. Dan akhirnya aku di sini. Queen, katakan kenapa kalian sampai tabrakan seperti itu? Dan sekarang bagaimana keadaan Daniel?"
'Ya ampun ... melihat kecemasan kakak ipar membuatku sedih apalagi jika nantinya sama keluarganya yang lain tahu. Bagaimana aku bisa menjelaskan kalau semua itu karena kesalahanku? Tapi, jika aku menutupinya hatiku juga tidak tenang. Sebaiknya ku katakan sejujurnya,' batin Queen, sampai membuatnya menundukkan kepalanya.
"Anu, Kakak ipar. Semuanya salahku. Waktu itu aku pergi dari mansion tanpa memberitahukan apapun pada Daniel, sampai akhirnya dia mencari ku. Tapi ... di saat itu dia melihatku di sebelah jalan hingga akhirnya Daniel menyerang tanpa fokus dengan melihat kiri kanan karena dia berusaha memanggilku dan seterusnya yang terjadi mobil Daniel di hantam oleh mobil lain yang memiliki kecepatan cukup tinggi. Mengenai keadaannya sekarang Daniel kehilangan ingatannya juga luka-luka di tubuhnya cukup serius. Maafkan aku," curhat Queen seraya menundukkan kepalanya karena menahan tangisnya.
'Ya Tuhan, apa ini artinya kalau Daniel tidak akan mengingat tentang Queen? Meskipun begitu ada kesempatan untukku mendekati Queen. Hanya saja aku tidak tega melihatnya terluka. Meskipun Daniel sudah mengatakan jika aku bukanlah kakak kandungnya, tapi naluri ku sebagai kakak yang selalu bersamanya sejak kecil justru membuatku sedih. Semoga kamu cepat sembuh, Dek. Jika kamu sembuh aku akan mengikhlaskan Queen seutuhnya untukmu karena sekarang aku tahu jika sepertinya kamu sudah memiliki perasaan terhadap Queen. Apalagi kamu sampai tidak fokus dengan jalan hingga membuatmu terluka,' batin Hardiem.