Di saat langkahnya tidak tahu harus kemana apalagi di tempat yang baru ia datangi. Saat air matanya tidak dapat ia tahan bahkan semakin deras mengalir di saat itupun seorang pelayan mendatanginya. Lalu berkata dengan pelan-pelan.
"Um, maaf, Nyonya. Mari saya antar 'kan ke kamar," ucap pelayan itu yang langsung dijawab anggukan oleh Queen.
Pelayan itu menuntut jalan untuk Queen. Di saat itu pula batin pelayan itu berkata. 'Kasihan sekali wanita ini. Dia pasti tersiksa di hari pernikahannya ia harus dihadapi dengan kenyataan yang pahit.'
Sampai tiba di depan pintu kamar. "Nyonya, ini kamarmu, Nyonya. Jika nanti ada keperluan panggil saja saya, Nya. Kalau begitu saya pamit dulu."
Queen depan cepat berjalan masuk kedalam kamar itu tanpa lupa mengunci pintunya. Ia langsung merebahkan tubuhnya sembari memeluk bantal guling dengan begitu erat sampai-sampai dirinya tidak mengingat jika harus mengganti gaun pengantinnya. Menangis tanpa henti sampai membuatnya susah bernafas apalagi menangis dalam keadaan diam sungguh membuat tersiksa.
Lalu dirinya merasa gerah ia melepaskan gaun pengantin dengan terus menangis bahkan sampai membuat gaun itu sedikit sobek karena tarikannya yang tidak sabar. Lalu tanpa memakai pakaian apapun Queen langsung berjalan kearah kamar mandi dan menangis di bawah pancuran shower seraya memeluk lututnya.
'Kenapa takdir hidupku harus tersiksa seperti ini? Kenapa sangat tidak adil?' batinnya.
Ia terus mengadu nasibnya di bawah pancuran air shower. Hingga tanpa ia sadari sudah hampir dua jam berada di sana sampai-sampai membuatnya tubuhnya kedinginan. Lalu ia berusaha untuk bangkit meskipun lututnya sedikit kram lantaran terlalu lama duduk. Ia pun berjalan mendekati jendela dengan hanya memakai handuk yang dililitkan di tubuhnya. Rasa bosan pun menghampirinya lalu Queen baru sadar jika kamarnya memiliki balkon hingga akhirnya ia memutuskan untuk berjalan kesana meskipun cuaca malam itu begitu dingin apalagi hanya memakai handuk.
"Tenyata aku sudah menangis begitu lama sampai aku tidak sadar kalau hari mulai gelap. Andai semua orang tahu jika malam ini adalah malam pertamaku, tapi aku tidak perlu menghayal tentang malam itu seperti yang orang-orang pikirkan setelah pernikahan bahwa akan ada malam pertama yang indah yang akan menantimu. Bagiku itu semua hanyalah kebohongan," gumam Queen sembari menatap luasnya dunia dari ketinggian balkonnya.
Di saat itupun Queen tidak sengaja menjatuhkan pandangannya kebawah hingga ia menatap Daniel sedang duduk di bawah pohon bersama dengan kekasihnya. Ia terus menatap pria itu dari kejauhan hingga tanpa sadar tatapan mereka bertemu. Lalu dengan cepat Queen bergegas pergi dan menganggap bahwa ia tidak melihat apapun.
Saat ia kembali memasuki kamarnya. Ia mulai menyusuri seisi kamar itu karena dirinya cukup bosan jika hanya terdiam tanpa melakukan banyak hal. Melihat-melihat semua isi sampai-sampai ia menyadari jika semua pakaiannya telah tertata rapi di dalam lemari. Lalu ia membuka setiap laci meja hingga ia temukan begitu banyak buku yang entah milik siapa itu. Ia pun mengambilnya satu persatu. Sampai ia temukan satu buku kosong beserta pulpen.
"Apa sebaiknya aku menulis agar hatiku lebih tenang? Sudahlah sebaiknya aku mencoba saja," gumam Queen seraya membawa buku itu keatas ranjangnya.
Membuka lembaran pertama. Ia lalu mulai menuliskan sesuatu di sana. Mula pertama mulai ia ucapkan dengan hati baru akan ia tuangkan di dalam sana dengan sebuah pena.
"Entah kenapa hidupku begini-begini saja. Entah kapan aku bisa bahagia, tapi aku percaya tidak ada pelangi jika hujan tidak ikut serta. Tentu saja akan ada pelangi setelah hujan reda. Ya begitulah walau aku hanya bisa berkhayal jika suatu saat nanti pelangi itu akan kudapatkan. Hari ini tepat di mana aku memiliki status baru menjadi seorang ratu meskipun hanya satu hari. Tapi, ternyata sebuah kenyataannya tidak sebanding dengan apa yang aku pikirkan. Daniel, akankah kau ingat di saat awal pertemuan kita? Kamu memandikanku dengan air semprotan mobilmu, tapi aku tidak menyesali pertemuan itu bahkan aku sudah mulai tertarik denganmu. Hanya saja pertemuan selanjutnya benar-benar ku sesali. Kupikir pertemuan kita akan seperti kisah cinta pada umumnya. Yang tidak sengaja bertemu lalu saling menyukai dan hidup bahagia. Sesederhana itu yah ... walaupun hanya haluan ku. Kau tahu, Daniel. Bahwa aku sekarang mulai menyadari jika sudah menaruh hati padamu, tapi aku sangat ingin perasaan ini cepat-cepat menghilang agar aku tidak bisa merasakan sakit di saat melihatmu tidak bersamaku. Andai aku bisa mengubah jalan hidupku. Daniel, aku mencintaimu."
Saat diujung jalan curhatan hati Queen, ia tiba-tiba menguap lalu tanpa ia sadari alam mimpi sudah menguasai dirinya. Ia langsung tertidur cukup pulas dengan buku diary yang tergeletak di atas tubuhnya.
Di sisi lain. Daniel bersama dengan Rose-kekasihnya sedang menikmati barbeque di luar mansion. Tapi, tidak seperti biasanya Daniel terlihat murung dan tidak menikmati momen kebersamaan mereka. Hingga membuat rose pun kebingungan lalu bertanya.
"Sayang, kenapa kamu hanya diam saja? Ayo dong di balik-balik dagingnya. Ihhh ... kamu kenapa sih? Akhir-akhir ini di saat kita jarang bertemu kamu sudah terlihat cuek denganku. Apa mungkin kamu mulai menaruh hati kepada wanita itu?"
"Ah tidak, Sayang. Aku hanya sedikit kelelahan mungkin karena tadi aku sudah terlalu lama berdiri. Oh ya bolehkah jika kita cepat selesai di luar? Aku ingin istirahat," ucap Daniel.
"Ya-ya baiklah aku mengerti jika memang kamu kelelahan. Tapi, bolehkah aku menginap denganmu, Sayang? Kau tahukan jika aku setiap saat merindukanmu jadi aku sangat ingin bermalam denganmu," pinta Rose sembari mengerakkan tangan di dada bidang Daniel.
"Um, jangan, Sayang. Kau tahukan jika aku tidak bisa berhubungan terlalu jauh seperti itu dengan wanita? Meskipun nanti jika kita menikah aku akan berobat. Jadi tolong sabarlah. Aku tahu kamu wanita yang paling pengertian," sahut Daniel sembari merayu.
'Padahal sebetulnya aku tidak ada penyakit apapun, tapi aku hanya tidak suka jika tidur seranjang dengan wanita ini. Rose, kamu akan menerima pembalasanku setelah ayahmu menyakiti Ibuku dulu. Dan aku akan merebut semua hak yang seharusnya dimiliki oleh ibuku bukan oleh ayahmu,' batin Daniel.
"Yah ... sudahlah padahal aku sangat ingin bermanja-manja denganmu, Sayang," ucap Rose sembari menjatuhkan sebuah pelukan kepada Daniel.
"Bersabarlah, Sayang," jawab Daniel.
Flashback, beberapa tahun yang lalu. Di saat umur Daniel masih beranjak empat tahun. Maminya bersama dengan papinya pernah bercerai hingga akhirnya maminya menikah dengan seorang duda beranak satu. Namun, pernikahan itu tidak berjalan mulus lantaran suaminya itu memiliki selingkuhan sampai membuat Mami Daniel begitu terpukul bahkan sering mendapatkan perlakuan buruk dari sang suami. Hingga pernikahan mereka pun berpisah. Lalu dua tahun kemudian di saat kedua putra itu sudah bisa berpikir jernih hingga mereka merencanakan untuk membuat kedua orangtuanya kembali bersama. Sampai akhirnya membuahkan hasil dan orang tua mereka kembali rujuk.
Hingga akhirnya di saat Daniel mulai beranjak dewasa ia mencaritahu siapa keluarga dari mantan ayah tirinya itu. Lalu kebenaran terbukti hingga dia mengetahui jika ayah tirinya memiliki seorang putri bernama Rose. Sampai sekarang pun dia memang berniat untuk membalaskan dendam meskipun Rose sendiri sudah jatuh hati kepada Daniel. Walaupun Rose tidak mengetahui jika Daniel adalah mantan dari kakak tirinya. Hubungan itu tidak ada yang tahu bahkan Hardiem sendiri tidak mengetahuinya. Tapi, Daniel terus saja mengulur waktu untuk membalas dendam di saat ia mulai melihat kebaikan hati Rose saat mereka hidup bersama.