Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB. Raksha menutup laptopnya. Matanya ia edarkan ke sebuah kertas undangan mewah yang tergeletak di samping laptopnya. Siang tadi sekretarisnya memberikan sebuah undangan kepadanya dari salah satu pemilik dari hotel ternama Rafless Hotel. Pemilik hotel tersebut menginginkan jika Raksha datang ke acara malam ini. Karena Raksha adalah salah satu pebisnis muda yang sudah sangat terkenal berkat kelihaiannya dalam memenangkan tender besar dan juga memajukan perusahaan milik almarhum ayahnya.
Raksha mengembuskan napasnya pelan sembari menyandarkan tubuhnya di punggung kepala kursi. Sebenarnya Raksha tak ingin menghadiri acara tersebut pasti banyak orang-orang yang datang membawa pasangannya masing-masing. Entah dengan istrinya atau dengan kekasihnya. Sedangkan dirinya sampai sekarang saja masih menjomblo.
Raksha sendiri memang sangat sulit untuk membuka hati kepada sembarang perempuan, bahkan teman-temannya pun sudah menjodoh-jodohkan Raksha dengan seorang perempuan untuk menjadi istrinya. Namun pria berusia 28 tahun itu menolak karena Raksha begitu selektif dalam memilih istri. Ia tak mau yang asal dan bagi seorang Raksha ia harus memilih calon pendamping hidupnya yang sangat layak untuk melahirkan dan menjadi ibu untuk anak-anaknya nanti.
Untuk menghilangkan rasa kerisauannya, Raksha meraih ponsel yang tergeletak di atas meja dan membuka aplikasi chat. Selama setengah hari tak membuka pesan yang masuk karena begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikannnya, sehingga berderetan pesan masuk begitu saja, dari para klien, karyawan dan dari teman-temannya. Bahkan yang tak kalah heboh ketika Raksha membuka group chat dari teman-temannya yang membicarakan tentang pertemuan malam ini. Membuat Raksha tambah pusing.
Raksha pun menjawab pertanyaan dari para temannya.
"Sorry, kayaknya gue nggak bisa dateng deh," jawab Raksha yang langsung mengirim pesan tersebut. Walaupun hanya pura-pura.
Tak lama Adi, salah satu temannya menjawab. "Lo, nggak bakal ketemu besok, kalau nggak dateng, Sha." Jawabnya dengan emoticon tertawa.
Dan salah satu temannya pun menimpali. "Haha, iya bro. Gue denger-denger bakalan datang banyak cewek-cewek cantik. Lo, lo semua kan pada jomblo, haha, sekalian aja sambil nyari jodoh gitu, haha. Rugi kalau nggak datang," sahutnya ditambah dengan emoji tertawa lagi.
Raksha yang melihat jawaban-jawaban yang dilontarkan oleh teman-temannya pun hanya dibuat tersenyum.
"Lo, harus dateng, Sha. Lo kan pebisnis muda yang lagi naik daun. Awas aja lo kalau nggak datang, gue sate nanti," ancam Fino menambahkan emoji yang menyeramkan.
Daripada terus dibuat tertawa dengan kekocakan teman-temannya itu. Raksha pun segera menutup aplikasi chat dan mematikan ponselnya untuk bersiap-siap menghadiri acara tersebut.
***
Tiba-tiba saja Cecil harus menghentikan tagutan bibir yang sedikit lagi akan menempel dengan bibir pria yang sudah berada di hadapannya kini.
Sang pria terperanjat ketika akan melakukan pergulatan bibir harus terhenti sepihak oleh Cecil.
"Kenapa Cil? Kenapa lo hentikan ciuman kita?" Tanya pria itu yang tak mengerti.
Cecil memiliki alasan yang sangat jelas mengapa ia menghentikannya karena pesan-pesan sang ibu yang terus terngiang di dalam pikirannya. Walaupun Cecil berprofesi seorang model yang cukup terkenal namun nasehat sang ibu yang meminta putrinya agar tak melakukan hubungan fisik sebelum menikah. Termasuk dengan sebuah kecupan bibir. Bagi sang ibu, Cecil boleh melakukannya setelah menikah nanti dengan suaminya.
Cecil menyadari apa yang akan dilakukannya ini memang salah, namun nasib baik nasehat dari ibunya begitu saja terlintas sehingga menghentikan aksinya ini.
"Cil." Panggil pria itu kembali karena melihat Cecil yang terus terdiam.
"Gue nggak bisa ngelakuin hal itu, Ka."
"Tapi kenapa, Cil? Kita cuma ciuman bibir doang kok, nggak melakukan hal-hal yang lain. Gue janji cuma permainan bibir aja, Cil." Ajak pria itu yang masih tetap kekeh ingin melakukan permainan bibir dengannya.
Cecil mengarahkan pandangannya ke tempat lain. "Gue nggak bisa Azkandaru, gue nggak bisa melakukan hal itu sebelum gue menikah," ucap Cecil dengan polosnya mengikuti keinginan sang ibu.
Azka hanya dibuat melongo dengan penuturan dari Cecil yang terdengar begitu polos. Dan tak lama Azka malah tertawa.
Bahkan bagi Azka sendiri, ia begitu heran bukankah Cecil adalah seorang model yang cukup terkenal, dan foto-fotonya pun sudah banyak terpampang di beberapa majalah. Membuat para pria jatuh hati dan menginginkan Cecil untuk dijadikan istrinya, atau sebagai wanita simpanan. Namun dengan urusan ciuman bibir saja, Cecil enggan melakukannya bukankah itu hal yang begitu polos dan terdengar aneh.
"Lo model papan atas, Cil. Tapi pemikiran lo itu kolot banget, padahal cuma ciuman bibir doang, tapi nunggu sampe nikah dulu," ucap Azka yang terus merasa heran dengan pemikiran kolot Cecil, padahal zaman sudah benar-benar canggih.
Drtt ...drtt …
Tiba-tiba ponsel milik Cecil bergetar sebuah panggilan masuk untuknya. Dengan cepat Cecil mengambil ponsel di dalam tasnya dan melihat jika yang menelponnya adalah Jassie, salah satu temannya. Tanpa menunggu lama bagi Cecil menjawab panggilan dari Jassie.
"Hallo, Jassie…!
"Sekarang?"
"Ah, baik deh gue mau siap-siap sekarang."
"Tunggu, di mana tempatnya?" Tanya Cecil sembari mengeluarkan sebuah pulpen dan kertas kecil untuk mencatat nama tempat yang akan ditemuinya malam ini.
"Hotel Rafless, oh maksud gue Rafless Hotel.
"Ah iya, makasih yah, Jassie. Gue ke sana sekarang."
Cecil menutup sambungan teleponnya dari Jassie yang tak lain hanya memberitahukan jika ia harus datang ke salah satu acara di sebuah hotel berbintang di kawasan Jakarta Selatan. Jassie mengatakan akan ada pemotretan mendadak dan mengharuskan Cecil untuk datang ke tempat itu. Bahkan Cecil tahu jika hotel tersebut selalu menjadi tempat untuk pertemuan para pengusaha dan konglomerat yang merajai perbisnisan di negeri ini.
"Gue harus pergi, Ka. Karena tiba-tiba aja ada pemotretan mendadak yang harus gue jalani malam ini," ucap Cecil yang sedang bersiap-siap untuk segera pergi.
Terdapat raut wajah kekecewaan dari Azka saat menatap wajah Cecil yang akan pergi.
"Ke mana? Biar gue yang antar."
" Nggak usah, Ka. Lagian gue nggak mau ngerepotin lo," ujar Cecil.
Tanpa bertanya lagi pada Cecil, Azka menarik begitu saja pergelangan tangan Cecil.
"Gue nggak mungkin ngebiarin lo pergi sendiri, Cil. Jadi gue yang nganter lo sekarang," ucapnya yang tak bisa dibantah.
Pergelangan tangan Cecil ditarik begitu saja oleh Azka menuju luar ruangan kantor Azka.
Azka adalah seorang CEO di salah satu perusahaan besar di negeri ini, yang merupakan salah satu cabang Perusahaan dari Realtek. Perusahaan Realtek sendiri sudah memiliki cabang di mana-mana yang tersebar di seluruh kota-kota besar di Indonesia.
Dan perusahaan pusat Realtek dipimpin oleh kakak kandungnya sendiri yang bernama Raksha. Bahkan sang Presdir dan pemimpin utama Perusahaan Realtek sedang bekerja sama dengan investor asing untuk mendirikan cabang perusahaan tersebut diluar negeri.
Namun beredar kabar diluaran jika kedua kakak beradik ini sangat berbeda karakter. Ketika Raksha, sang kakak memiliki sifat yang baik walaupun sedikit dingin terhadap perempuan karena Raksha begitu selektif, dan ia pun terkenal sangat workaholic dan menyayangi sang ibu. Sifat itu berbanding terbalik dengan sang adik Azka yang lebih suka dengan kehidupan yang bebas tanpa aturan. Hal itulah yang membuat keduanya tak pernah akur.
To be continued...
Masukkan ke Rak, yah.
Untuk spoiler & visual cast lihat di highlight instagramku :@Aishimazaki30
SANKYUUU...