Cecil terus dihantui rasa takut dan trauma, walaupun belum sempat Devin menyentuh tubuhnya sama sekali, namun yang membuatnya trauma adalah terjadi perkelahian antara Devin dengan pria yang telah menolongnya.
Bahkan belum sempat Cecil berkenalan dengan pria tersebut karena pria itu sedang pergi ke kamar mandi untuk menghilangkan cairan merah yang keluar dari mulut dan juga hidung. Cecil tak bisa membayangkan keadaan pria itu sekarang, pasti wajahnya sudah memar-memar karena hantaman pukulan dari Devin, sedangkan si pria brengsek itu sudah pergi melarikan diri.
Cecil mengedarkan matanya ke samping, sudah terlihat cairan merah yang menempel di sprei, sedangkan dirinya masih merasakan rasa ketakutan, dan terus menutupi tubuhnya dengan kedua tangan, karena ada sedikit sobekan di dress yang dipakainya ini.
"Jessie, tega banget lo ngelakuin ini ke gue. Gue bener-bener nggak nyangka," isaknya yang merasa sakit hati karena orang yang telah menjebaknya adalah temannya sendiri yang bernama Jessie.
Raksha masuk ke dalam kamar, melihat dan mendengar jelas suara isakan dari Cecil. Cecil langsung menghentikan isakannya ketika mendapati Raksha yang sudah kembali. Raksha melihat jika Cecil terus menutupi tubuhnya karena pakaian yang dipakainya sedikit sobek membuat Raksha untuk tak melihat ke arah Cecil.
Raksha segera membuka jas yang tersemat di tubuhnya, dan diberikan kepada Cecil. "Pakailah untuk menutupi tubuhmu itu." Suara baritone keluar dari mulut Raksha, dan dengan jelas Cecil mendengar suara maskulin dari pria yang sedang berada di hadapannya.
Secara perlahan Cecil mendongakkan wajahnya ke arah Rakhsa, namun pria itu malah melengoskan pandangannya ke arah lain.
"Nggak usah, dengan lo …" Cecil menghentikan perkataannya secara mendadak . "Nggak usah, dengan kamu menolong aku tadi pun itu udah lebih dari cukup. Kamu udah menyelamatkan hidupku dari si brengsek itu," ucap Cecil yang mengganti kata 'lo' menjadi 'kamu' bahkan Cecil pun merasa aneh dengan kata-katanya itu karena jarang dipakai.
"Tapi kamu nggak mungkin pulang dengan keadaan baju yang sobek seperti itu, kamu nggak mau kan hal ini terjadi lagi. Jadi pakailah jas nya supaya menutup tubuh kamu dari pandangan para lelaki yang berniat jahat," titah Raksha karena memiliki niat yang baik untuk Cecil.
Cecil tak dapat membantah lagi perintah dari Raksha, dan segera memakai jas pria itu. Namun Raksha segera keluar dari kamar hotel. "Kamu rapikan penampilan kamu terlebih dahulu, dan saya tunggu kamu di luar," ucapnya yang langsung pergi keluar.
Cecil memandang kepergian Raksha. "Dingin banget sih tuh orang, terus ngomongnya juga irit," kesal Cecil kepada Raksha. Namun teringat jika Rakhsa adalah orang yang telah menolongnya dari Devin. "Nggak boleh gitu, Cil. Kalau nggak ada tuh cowok lo mungkin udah abis malam ini sama si Devin. Tapi …gue nggak tahu namanya siapa," ucap Cecil yang bertanya-tanya.
Setelah memakai jas milik Raksha, dan tidak terlalu memamerkan tubuhnya. Cecil segera beranjak dan menyusul pria itu.
Sesampainya di luar, Cecil melihat jika pria itu sedang berdiri menyandar di dinding dan Raksha melihat penampilan Cecil yang tidak terlalu terbuka. Sehingga aman baginya untuk melihat ke arahnya.
"Oh, iya nama kamu siapa?" tanya Cecil menyiratkan senyuman di wajahnya dan menadahkan tangannya di depan Raksha. Namun Raksha hanya menatapnya dingin dan enggan membalas salaman dari Cecil.
"Saya Rakshandaru, kamu panggil saya Raksha saja," jawabnya dengan suara dingin dan benar-benar tidak membalas salaman dari Cecil. Dengan cepat Cecil menarik kembali lengannya karena merasa malu, bahkan baru kali ini ada seorang laki-laki yang menolak ajakan salaman tangan darinya.
"Sombong banget si," gerutu Cecil dengan suara yang pelan. Namun kegerutuannya itu terdengar oleh Raksha.
"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Raksha yang menatap tajam Cecil.
"Nggak kok, kamu salah denger kayaknya," elak Cecil yang melengoskan pandangannya ke arah lain.
"Kamu pulang bareng saya, biar saya yang antar kamu," ucap Raksha yang berjalan terlebih dahulu.
Dengan sepatu heels yang digunakannya, Cecil mencoba mengejar langkah kaki Raksha yang cepat.
"Tapi pasti di bawah ada wartawan atau paparazi, gimana kalau mereka melihat kita berdua Pak Raksha," ucap Cecil memberitahu namun memelankan nada suaranya ketika memanggilnya dengan sebutan 'pak' membuat Raksha pun menghentikan langkah kakinya, karena apa yang diucapkan oleh Cecil memang benar adanya.
"Sulit memang jika berhubungan dengan seorang MODEL, pasti kehidupannya akan terus diliput oleh PAPARAZI," tegas Raksha yang tidak suka.
Cecil hanya terdiam sejenak.
"Emangnya kenapa dengan seorang model, apa ada yang salah?" tanya Cecil menampilkan wajah polosnya di hadapan Raksha.
"Karena saya nggak suka dengan profesi itu," ungkap Raksha jujur.
"Lah, kenapa?" Cecil terus bertanya-tanya.
Hampir saja Raksha akan mengatakan jika calon istrinya pun berprofesi seorang model dan meninggal dengan cara yang tragis.
Namun Raksha berhasil untuk tidak mengungkapkannya kepada Cecil, untuk apa baginya membicara kan masa lalu kepada perempuan yang baru dikenalinya, seperti tidak ada kerjaan saja. Baginya masa lalu dirinya dengan Yashinta, calon isterinya yang sudah lama meninggal tidak boleh ada orang yang tahu.
"Kenapa Pak Raksha? Aku boleh minta alasannya kan."
Raksha mendekatkan jarak tubuhnya ke arah Cecil dengan kedua matanya yang membulat tajam, membuat Cecil memundurkan kakinya karena merasa takut dengan tatapan dingin dari Raksha.
"Karena perempuan yang berprofesi sebagai model lebih rentan dilecehkan oleh seorang laki-laki yang tidak bertanggung jawab, karena foto-fotonya terpampang di setiap majalah, sehingga menimbulkan fantasi liar dari laki-laki tersebut," tegas Raksha yang memberitahu alasan yang jelas mengapa ia tidak menyukai perempuan yang berprofesi sebagai seorang model. Karena banyak pria hidung belang yang tergoda dengan perempuan yang seperti itu. Dan juga rasa trauma mendalam dengan peristiwa kelam yang terjadi di masa lalu menimpa calon istrinya karena berprofesi sebagai seorang model.
Dari situlah Raksha mencap negatif seorang model.
Cecil benar-benar tak bisa membantah dengan ucapan Raksha. Pria itu benar-benar memiliki alasan dan pendirian yang kuat, dan salah satu laki-laki yang sangat menyebalkan yang pernah ditemui dalam hidupnya.
"Terus gimana, kita nggak mungkin terus berada di sini." Cecil mendapatkan ide untuk menelpon seseorang. "Aku akan menelpon sahabatku, mungkin dia bisa ngebantu aku," ucapnya yang langsung merogoh ponsel untuk menelpon Miley, salah satu sahabatnya dari zaman sekolah menengah sampai sekarang.
Panggilannya pun terhubung.
"Miley, tolong gue cepat," ucap Cecil kepada sahabatnya yang bernama Miley.
"Di Raffles Hotel, gue dijebak sama seseorang. Entar gue jelasin ke lo, siapa orang yang telah menjebak gue. Jadi tolong gue sekarang."
Cecil menutup sambungan teleponnya setelah Miley mengiyakan dan akan segera datang untuk menolongnya.
"Kamu tenang saja, Pak Raksha.
Karena sahabatku akan datang sebentar lagi, jadi Pak Raksha nggak usah mengantarku pulang. Sekali lagi aku mengucapkan banyak terima kasih sama Pak Raksha, mungkin kalau bapak nggak ada, aku nggak tahu apa yang akan terjadi pada hidupku."
"Nggak usah panggil saya Bapak, itu terlalu ketuaan. Karena saya nggak setua itu," jawab Raksha tegas.
Namun tak disadari oleh keduanya jika di arah kejauhan sudah berdiri seorang paparazi yang sedang memotret Cecil dan juga Raksha. Walaupun jarak keduanya tidak terlalu dekat. Namun sang paparazi tersebut sudah mendapatkan informasi dari keduanya untuk dijadikan sebuah berita utama yang pasti akan viral dan trending. Cecil yang seorang model dan Raksha seorang Presdir dari perusahaan Realtek, siapa yang tidak kenal dengan sosok pemimpin perusahaan besar nan elit itu.
"Pak Rak …" Cecil kembali menghentikan ucapannya karena keceplosan menggunakan kata 'pak' lagi, padahal dengan ada embel-embel menggunakan kata 'pak' tanda sebuah hormat kepada seseorang.
"Maaf, tapi aku nggak bisa manggil kamu dengan sebutan nama saja. Kata 'pak' itu kan untuk sebuah tanda hormat," ungkap Cecil karena melihat penampilan Raksha seperti seorang yang berwibawa dan terhormat.
"Terserah."
Cecil memanyunkan bibirnya mendengar jawaban dari Raksha yang begitu singkat dengan nada suara yang dingin.
"Pak Raksha pulang aja, nanti temanku juga bakal datang," ucap Cecil sedikit ketus.
"Saya bukan orang gila yang ninggalin seorang perempuan di hotel sendirian, bahkan dengan kejadian tadi yang menimpa kamu. Saya akan pulang kalau teman kamu sudah sampai di sini," tegasnya.
Ketika Raksha yang sedang berbicara tiba-tiba saja handphonenya berbunyi. Dengan cepat Raksha merogoh handphone di dalam saku celananya. Terlihat jika nama Fino lah yang menelponnya. Mata Raksha terbelalak ketika ia melupakan pertemuan dengan pemilik dari hotel ini. Pak Rafael Atmaja.
"Hallo, Fin."
"Lo, dimana Sha?" tanya Fino yang tak melihat keberadaan Raksha, lo masih di kamar mandi?"
"Ehm …" Raksha mencari alasan, karena terlupa memberitahukan teman-temannya.
"Gue udah pulang duluan, Fin. Sorry banget yah, tadi nyokap gue nelpon gue karena ada urusan yang penting banget," ucap Raksha yang berbohong kepada Fino karena keadaan yang membuatnya harus berbohong.
"Oh, gitu. Ya ampun gue kira lo diculik tante-tante, karena ngilang tanpa kabar setelah ke kamar mandi haha." Terdengar suara cekikian dari Fino.
"Yaudah kalau gitu, tadi lo ditanyain emang sama Pak Rafael. Tapi kalau urusan lo lebih penting yaudah."
"Hehe, sorry yah gue nggak pamit dulu sama lo maupun sama Pak Rafael."
"Nyantai Sha, gue ama anak-anak juga mau pulang kok sekarang," ucap Fino yang memberitahu.
Cecil benar-benar memperhatikan pembicaraan Raksha dengan lawan bicaranya itu, bahkan perkataan-perkataan yang dilontarkan oleh Raksha begitu santai dan gaul. Berbeda kepada dirinya yang begitu dingin dan menakutkan.
To be continued…
Untuk spoiler & visual cast, lihat di highlight instagramku : @Aishimazaki30
SANKYUUU…