Ketiga cewek cantik yang kini tengah rapi dengan seragamnya masing-masing, siap untuk segera memulai rencana yang telah mereka susun.
Sampai di sekolah dengan mobil lamborghini Aventador merahnya, mereka kini menjadi pusat perhatian siswa siswi yang berlalu lalang di sekitar parkiran.
"Gila! lamborghini?!"
"Ini udah yang kedua kalinya gue lihat mobil kek gitu setelah mobilnya Kelvin"
"Apa itu Kelvin yah?"
"Bentar-bentar, kita liat siapa yang turun"
Sementara di dalam mobil, ketiga cewek itu sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ifa yang sibuk memastikan make upnya, Gaby yang sibuk memainkan gamenya, yah itu sudah termasuk kesibukan bagi Gaby:), dan Valen yang sibuk menyiapkan pisau lipatnya, salah satu benda yang masuk kategori wajib di bawa olehnya.
"Let's Go!" Sorak Ifa sambil membuka pintu mobil diikuti oleh Valen dan Gaby.
Melihat seorang Nadhifa turun, membuat sekitar mereka bertambah heboh. Pasalnya gadis cupu dan bahan bullyan mereka itu kini berubah menjadi sosok yang elegan nan cantik. Bahkan mereka juga terpanah dengan kecantikan Valen dan Gaby.
"Itu si cewe cupu?!"
"Omaygattt!! Mata gue gak lagi katarak kan?!"
"Apa seperti ini definisi seorang Dewi?"
"Kayanya posisi Sweet Girl bakal terlengserkan oleh mereka"
Begitulah kiranya suara-suara heboh yang memekikkan telinga ketiga cewek itu. Seolah terbiasa dengan pujian itu, mereka tetap berjalan dengan santai memasuki gedung sekolahnya.
Di sisi lain, terdapat empat cewek atau mungkin si pemilik julukan Sweet Girl, menatap Valen dkk dengan tatapan datar mereka.
"Apa benar itu si cewe cupu?" Tanya salah satu dari mereka, yang kerap di kenal dengan nama Olivia.
"Jadi selama ini dia pura-pura?" Di lanjut oleh Velika, dengan wajah dinginnya.
"Sepertinya dia merencanakan sesuatu" Sahut cewek lainnya, Milena.
Berbeda dengan ketiga cewek itu, salah seorang dari mereka, Nesha, ketua dari Sweet Girl, menatap dalam Valen yang dengan angkuh berjalan masuk ke dalam gedung.
"Tidak mungkin 'dia' kan" Batinnya sambil menggigiti bibir dalamnya.
"Bukankah kita harus menyambutnya?" Ucapnya akhirnya yang di balas anggukan antusias oleh teman-temannya.
Kembali dengan Valen dkk, mereka kini memasuki kelas baru mereka, kecuali Ifa tentunya yang memang disitulah kelasnya. Ahiya, karna sudah di urus oleh Mommynya, Valen akhirnya bisa sekelas dengan kedua sahabatnya.
Valen mengambil tempat duduk paling belakang dan tepat berada di dekat jendela. Mungkin ini adalah sesuatu yang klise, namun tak dapat dipungkiri, Valen sangat suka dengan herpaan angin sepoi-sepoi.
Valen dkk memulai kelas seperti biasa, hingga waktu yang di tunggu-tunggu pun tiba..
Kring.. Kring.. Kring..
Brak
"Yesss!!" Sorak Ifa yang kemudian di hadiahi jitakan gratis dari Gaby.
"Berisik!"
"Suka-suka gue dong, mulut gue juga"
"Yuk Val" Ajak Ifa dengan langkah semangat.
Sampai di kantin, Valen dkk menempati meja makan paling ujung dan yang paling dekat dengan penjual makanan. Kalo kata Ifa,
"Biar cepet makannya"
Valen hanya mengedikkan bahunya. Ia tidak terlalu peduli dengan tempat, toh sebenarnya ada hal yang paling ia tunggu.
"Mari mak--
BRAK
"Eh an*ing, eh..." Ifa seketika menabok mulutnya, "Gue ngomong kasar?!" Gumamnya yang setelah itu menoleh dengan kesal ke pembuat gebrakan itu.
Dan yang di tunggu Valen pun terjadi. Suara gebrakan meja membuatnya tersenyum penuh arti. Berbeda dengan Ifa dan Gaby yang sudah terperanjat di tempatnya. Harap catat baik-baik, Gaby sangat benci di buat kaget.
"Lo sengaja?" Tanya Gaby dengan suara tenangnya.
"Kalo iya, lo mau apa?" Tanya Olivia, dan di balas senyum mengejek oleh ketiga temannya.
"Lo sehari ga buat masalah keknya dah buat dunia kiamat yah" Ifa yang selama ini bersabar dengan pembullyan yang ia terima, mulai menantang mereka.
"Wah wah, lihat siapa ini, lo pikir dengan lo ubah penampilan, lo bakal terlihat lebih hebat gitu?" Sarkas Milena yang juga ikut maju menantang Ifa.
"Gue gak ngerasa hebat tuh, gue cuma ngerasa, ah ternyata gue itu jauh lebih cantik di banding lo" Balas Ifa santai.
Velika hendak menyiram Ifa dengan es teh miliknya, namun minuman itu malah berbalik menyirami wajahnya akibat dorongan tangan seseorang.
"Lo?!"
Gaby hanya membalas Velika dengan senyum mengejek seperti yang di tujukan padanya tadi. Bahkan tak cukup dengan itu, Gaby mengambil bakso yang belum sempat ia makan dan menyirami semua makhluk halus di depannya itu.
"Sorry. Sengaja. Lo mau apa?" Ucap Gaby yang menyerupai cara mereka membalas pertanyaannya tadi.
Dengan wajah merah padam, Olivia dkk maju dan menjambak rambut Ifa dan Gaby, kecuali Nesha tentunya, gadis itu masih setia memerhatikan ketentraman Valen, bahkan di saat ada keributan di sekitarnya.
Lain halnya dengan Ifa yang membalas jambakan Olivia dengan cakaran, Gaby dengan cepat menghabisi Milena dan Velika dengan bogemannya.
Tanpa mereka sadari, mereka sudah di kelilingi oleh siswa dari segala penjuru kantin. Namun, saat melihat adanya siswi yang mengangkat ponselnya, Valen berdiri dengan tenang hingga dengan santainya melempar ponsel itu.
"Lo gila?!" Umpat siswi itu, namun sedetik kemudian,
PLAK
PLAK
PLAK
Valen dengan kasar menampar pipi halus itu hingga tetesan darah mengalir.
"Jangan berteriak di hadapan gue" Ucapnya yang kemudian berbalik ke arah mejanya. Meninggalkan banyak pasang mata yang menatapnya ngeri.
"Hai Nesha"
"...."
"How are you… Fake?" Sapa Valen yang berbisik saat mengucapkan kata 'fake'.
Salah satu info yang Valen terima, Nesha anak dari adik angkat ibunya itu kini tengah bermain peran sebagai dirinya.
"Lo Al--
"Ada apa ini?!" Suara bariton yang menggema di penjuru kantin, membuat semua kerumunan itu bubar seketika hingga tak ada satupun yang tersisa.
Pak Bastian, guru BK yang terkenal dengan sebutan 'kiler'nya membuat banyak siswa memilih untuk menghindarinya.
"Huaaaa Pak, mereka bully kami Pak, lihat nih saya abis di cakar sama dia, tuh liat temen saya juga Pak, mereka juga senasib sama saya" Adu Olivia yang seirama dengan aktingnya, ia juga meneteskan air mata palsunya.
"Apa benar itu, Nesha?" Bukannya bertanya pada pihak Valen, Pak Bastian dengan halusnya bertanya kepada Nesha, ah atau lebih tepatnya calon tunangan dari anak pemilik sekolah.
"Perkataan Olivia benar Pak, kami cuma mau duduk bareng di meja ini tapi salah satu dari mereka malah menyirami teman-teman saya dengan kuah bakso, bahkan mereka juga memukuli teman saya seperti ini" Jawab Nesha dengan ekspresi andalannya.
Mungkin mereka lebih cocok dengan sebutan Drama Queen dibanding dengan sebutan Sweet Girl.
"Kalian ikut saya sekarang!" Pintah pak Bastian dengan suara tegasnya.
"Tapi--
Ifa hendak protes namun Valen mencegahnya dan mengatakan, "Tunggu dulu, permainan belum dimulai"
Dan merekapun mengikuti guru kiler itu dengan sangat santai. Karna mereka tau, Valen pasti telah merencanakan sesuatu.
🐾🐾🐾
Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk"
Ceklek
"Ada apa ini, pak Bastian?" Tanya seorang pria yang memiliki postur tubuh kokoh dengan kaca mata yang menghias wajahnya.
"Saya ingin melaporkan keributan yang telah dibuat oleh ketiga siswi ini"
"Apa kau sudah lupa jabatanmu?" Tanya pria paruh baya itu, atau bisa kita sebut sebagai Pak Witama Alexander, pemilik sekolah sekaligus menjabat sebagai kepala sekolah di sekolahnya itu.
"Yah?"
"Kamu itu guru BK, kenapa kamu harus membawa masalah kecil seperti ini kepadaku? Apa kau hendak berhenti dari jabatanmu?"
"Eh, ti-tidak Pak, mereka ini telah melakukan tindak kekerasan pada Nesha, jadi saya ingin persetujuan Bapak buat ngeluarin mereka dari sekolah ini" Jawab pak Bastian dengan antusiasnya.
"Apa benar itu?"
"Tidak sepenuhnya benar" Balas Valen dengan santainya.
"Saya tidak berniat menjelaskan semuanya, kalo bapak mau, bapak bisa menghubungi Mommy saya, Vanya Beatrice" Lanjut Valen, dan yah pernyataannya berhasil membuat kepala sekolah itu terbangun dari duduknya dengan raut wajah terkejut.
"Kamu putrinya Anya?"
Valen tersenyum manis membalas respon Pak Witama.
Plan one, done!
🐾🐾🐾
Sekedar info, Kelvin dkk bakal muncul di part selanjutnya 😆
Wajib ninggalin jejak 🐾