"Apa yang lo lakuin?!" Bentak Valen ketika Kelvin menahan pisaunya dengan tangan kosong. Tidak, Valen tidak khawatir, tapi dia marah karna Kelvin melindungi orang yang ingin ia bunuh.
Kenapa? Kenapa Nesha selalu di lindungi? Kenapa semua orang berpihak pada perempuan itu? Kenapa dirinya selalu menjadi orang jahat? Kenapa selalu Nesha yang benar? KENAPA?!!!
"FUCK!!" Dengan sekali hentakan, Valen melepas cekikannnya dan hendak berlalu meninggalkan tempat itu, namun…
"Don't touch me!" Ucap Valen dengan penuh penekanan.
Bukannya melepaskan genggamannya, Kelvin menarik paksa tangan Valen meninggalkan kantin. Meninggalkan banyak orang yang masih terdiam mencerna apa yang telah mereka saksikan.
Berbeda dengan Gaby, ia sudah sejak tadi memesan bakso dan teh panas yang kemudian dengan santainya ia siram ke arah Nesha yang masih mematung. Setelahnya ia juga berlalu meninggalkan kantin diikuti oleh Ifa.
"Aww! Panas.." Nesha yang masih syok, langsung tersadar saat air panas menyengat kulitnya.
"NESHA?! APA YANG TERJADI?" Pekik seseorang yang di ikuti oleh teman lainnya, Olivia dkk. Mereka yang tadinya masih menyalin tugas di kelas, kini terkaget dengan penampilan Nesha yang sangat mengenaskan. Dan saat itulah suasana kantin kembali heboh, seakan mereka semua telah tersadar dari aura yang mencekam tadinya.
"Gila! Bulu kuduk gue berdiri semua"
"Sumpah gue takut banget tadi"
"Untung gue belum buat masalah sama Valen"
Begitulah kehebohan yang terjadi di kantin. Membuat Olivia dkk yang sedang membantu Nesha berdiri jadi tau siapa yang membuat Nesha jadi seperti ini.
"Kita harus aduin jala*g itu" Sahut Velika yang di balas anggukan oleh yang lainnya.
Sedangkan di tempat lain, Valen yang entah sudah keberapa kalinya membentak Kelvin yang sedang menghalangi jalannya.
"Lo gak ngerti bahasa manusia?!"
"MINGGIR anj*ng!"
"Lo mau gue bunuh di sini?!"
"Ah shit!"
Kelvin dengan telinga tebalnya, berbalik mengunci pintu dan setelahnya ia berjalan dengan santai ke atas kasur bernuansa hijau muda itu. Yah mereka sedang berada di UKS sekarang.
Sungguh Valen ingin sekali merobek-robek wajah itu dengan pisau cantiknya. Tapi saat menarik Valen ke sini, Kelvin sempat membuang semua pisau itu di tempat sampah yang mereka lewati. Menyebalkan bukan? Terlebih Valen tidak bisa mengalahkan fisik Kelvin.
"Lo mau apa sebenarnya?" Tanya Valen yang juga sudah kesekian kalinya menetralkan deru nafasnya.
"Gue udah bilang kan? Lo yang ngasi luka, jadi lo juga yang harus obatin luka itu" Balas Kelvin yang dengan santainya duduk bersilang kaki di hadapan Valen.
"Gue juga udah bilang kan? Gue cuma bisa ngasih luka tapi tidak mengobati" Valen memang sudah terbiasa memainkan pisaunya, tapi dia sama sekali tidak pernah mengobati luka yang ia buat. Buat apa dia harus membuat luka jika harus di obati, bukan?
"Kalo gitu lo gak bakalan bisa ninggalin tempat ini" Lagi Kelvin tetap dengan pilihannya.
Sebenarnya Kelvin juga tidak tahu kenapa dia harus bersikap seperti ini. Saat menghalangi pisau Valen, Kelvin tidak berniat melindungi Nesha melainkan dia mencoba melindungi Valen, karna Kelvin tau sekali kelicikan keluarga Nesha. Kelvin merasa seperti ada sesuatu yang menarik dibalik dinding kokoh Valen. Entahlah.
"Oh damn!" Maki Valen yang akhirnya mengambil kotak P3K dan membawanya ke dekat Kelvin.
"Siniin tangan lo!" Dengan kasar Valen mengambil tangan Kelvin, bahkan saat ingin membaluti tangan Kelvin dengan kain kasa, Kelvin dengan cepat menahannya.
"Bersihin dulu lukanya!"
"Ish!"
"Gimana caranya!" Tanya Valen yang bingung harus membersihkannya dengan apa dan menggunakan apa.
"Lo ambil kain dalam lemari itu" Tunjuk Kelvin ke arah lemari yg tak jauh dari mereka.
"Trus lo basahi dengan air hangat" Lanjutnya.
Dengan kesal Valen menuruti arahan Kelvin. Harap di catat baik-baik, Kelvin adalah satu-satunya orang yang berhasil memerintah Valen.
Akhirnya setelah banyak perdebatan, luka Kelvin kini telah terbungkus rapi dengan perban putih.
"Siniin kuncinya!" Valen yang merasa tugasnya telah selesai, meminta kunci pintu agar ia bisa cepat keluar.
"Beberapa menit kedepan lo bakal di panggil ke ruang Kepsek"
"Bodo"
"Lo mungkin bakal terancam DO"
"Ish! Itu urusan gue, gak ada hubungannya sama lo! Jadi kasi kunci itu sekarang!" Kesal Valen sesaat, hingga sebuah ide terpancar di otaknya.
Aha!
Kelvin sedikit menyerngit saat melihat Valen yang tiba-tiba tersenyum sambil menatap dalam dirinya. Dan kemudian perempuan itu juga ikut duduk di samping Kelvin. Apa lagi yang ia rencanakan?
Mereka duduk bersampingan dalam diam. Valen yang sibuk mengatur rencananya. Kelvin yang entah sedang memikirkan apa. Hingga suara pengumuman menyadarkan mereka.
"Kepada Valencia Beatrice agar segera ke ruang kepala sekolah sekarang"
"Ayo" Ajak Valen yang langsung menggandeng tangan Kelvin.
"Lepasin tangan lo" Ucap Kelvin yang langsung menepis tangan Valen. Namun kembali digandeng oleh Valen,
"Ga ada yang gratis di dunia ini. Lo harus balas kebaikan gue yang udah ngobatin tangan lo" Balas Valen yang kemudian mengambil kunci langsung dari kantong celana Kelvin. Dan ia terus menggandeng tangan Kelvin hingga memasuki ruang kepala sekolah. Mengabaikan bisik-bisik orang tentunya.
"Hello everyone!" Sapa Valen heboh saat memasuki ruangan itu.
Ah, sepertinya Valen perlu menandai hari ini sebagai reuni pertamanya. Pasalnya, di hadapannya kini sudah ada mantan Papanya dan istri jala*gnya itu, tak lupa dengan Nesha yang juga sedang memainkan aktingnya.
"Pemb-- tidak! Lepasin tangan kotor kamu dari calon menantu saya!" Ucap Diana, wanita jal*ng yang dimaksud Valen.
"Kenapa saya harus menuruti anda. Kelvin gak keberatan kok aku gandeng" Balas Valen dengan senyuman manisnya.
"Valen" Suara berat dari Witama Alexander, pemilik sekolah, membuat Valen hanya mengedikkan bahu.
"Apa benar kejadian pagi tadi, yang katanya kamu menyerang anak sekolah Jawara dengan senjata tajam. Dan kejadian tadi, yang katanya kamu mencekik Nesha bahkan hampir menusuknya dengan pisau, dan menyiraminya dengan air panas?" Tanya kepala sekolah itu, yang menyebutkan semua perbuatan Valen, kecuali pernyataan yang terakhir. Dia tahu kalo itu ulah sahabatnya.
"Mhmm saya jawab yang mana dulu nih pak?" Valen dengan ekspresi berpikirnya itu membuat sepasang suami-istri yang melihatnya mengepalkan tangan dengan perasaan kesal. Sejak kapan anak cengeng yang mereka kenal menjadi seberani itu?
"Jelaskan semuanya dari awal"
"Mhmm, jadi semuanya itu benar!" Heboh Valen sambil menepuk-nepukkan tangannya. Seolah bangga dengan apa yang telah ia lakukan.
"VALENCIA!" Bentak sang kepala sekolah, sungguh dia tak habis pikir kenapa Vanya membesarkan anaknya seperti dirinya?
"Ah! Saya baru sadar, sebenarnya hanya sebagian saja yang benar pak" Ucap Valen dengan raut wajah kaget yang dibuatnya.
"Saya tidak menyerang anak dari sekolah lain. Saya hanya membalas mereka yang berani merusak mobil saya, toh kalo saya suruh ganti rugi juga mereka gak akan bisa ganti. Dan mereka juga telah menyerang teman saya, jadi alasan saya membalas mereka sudah benar kan?"
"Dan kejadian yang tadi,... Saya hanya memberikan Nesha sedikit pelajaran karna telah memfitnah saya" Lanjut Valen menatap jengah Nesha yang terus menunduk ketakutan. Percayalah, itu hanya akting.
"Itu tidak benar! Saya tidak pernah memfitnahnya Pak, dia langsung menyerang saya secara tiba-tiba. Kalo bapak tidak percaya, bapak bisa tanyakan itu kepada semua siswa yang ada di kantin tadi" Nesha dengan wajah sembabnya itu kini kembali tersedu setelah membuka suaranya. Valen yakin, Nesha pasti sudah menutup mulu para siswa. Cih.
"Itu benar Pak Witama, anak saya tidak mungkin memfitnah perempuan itu. Saya yakin, perempuan itu pasti akan melakukan hal yang sama lagi jika dia tidak di keluarkan dari sekarang" Sahut Farhan membela Nesha.
"Kalo Nesha pakai seluruh siswa untuk jadi saksi, saya cuma punya satu saksi yang bisa meyakinkan bapak"
"Kelvin Alexander, pacar saya, dia yang akan jadi saksi kalau Nesha beneran telah memfitnah saya" Lanjut Valen yang seketika membuat suasana di ruangan itu menjadi pecah.
Pemandangan yang lucu,
"Dasar jala*ng sialan! Sudah cukup kau membuat putri ku seperti ini, dan kau berniat merebut tunangannya?!" Bentak Diana yang handak menjambak rambut Valen jika saja tak ada Kelvin yang menahannya.
"Kelvin? Apa yang kau lakukan? Dia ini orang yang menyakiti tunangan mu!"
"Bu Diana harap tenang! Saya tidak memanggil anda untuk membuat keributan!" Sahut Pak Witama, yang langsung membuat Diana terdiam dengan wajah merah padamnya.
Oh, jangan lupakan Nesha yang kini menatap tajam Valen. Sungguh respon yang sangat lucu, batin Valen.
"Apa benar itu Kelvin?"
"Iya" Jawabnya tanpa mengelak apa yang di lontarkan Valen. Biarlah itu menjadi urusannya nanti dengan perempuan itu.
"Hahhh… Tapi Valen, kamu tidak harus membalasnya dengan keji seperti itu" Lanjut Witama menatap Valen.
"Trus saya harus membalasnya seperti apa? Menegur? Apa dengan begitu mulut kotor itu tidak akan mengulanginya lagi? Hah, bapak harus buka mata pada aturan dunia ini, tidak ada masalah yang bisa selesai tanpa kekerasan, bukan begitu pak Farhan?"
Farhan mengerti maksud dari Valen. Karna dulunya ia selalu memberikan kekerasan padanya. Sehingga Farhan hanya diam sambil berdehem.
"Terserah bapak mau memberikan saya hukuman apa, biarpun itu adalah hukuman DO. Tapi satu hal yang perlu bapak ingat, Mommy saya juga perlu mengeluarkan pendapatnya"
"Kalo gitu saya pamit" Lanjut Valen sambil menarik tangan Kelvin untuk keluar ruangan. Namun, saat hendak membuka pintu, Valen terhenti sejenak dan kembali menoleh ke belakang, tepatnya ke arah Nesha.
"Akting lo bagus" Ucapnya yang akhirnya berlalu.
🐾🐾🐾
Valen membawa Kelvin hingga sampai di taman belakang sekolahnya. Oh jangan lupakan Valen yang menyempatkan dirinya mengambil kembali pisaunya di tempat sampah:'). Baginya pisau itu adalah harta berharga miliknya. Dan saat sampai di taman, barulah ia melepas tangan yang sejak tadi ia pegang.
Sedangkan Kelvin? Ia diam saja di tarik kesana kemari.
"Apa maksud lo barusan" Tanya Kelvin,
"Apanya? Ah yang gue bilang kita pacaran?" Balik bertanya, Valen memainkan rambutnya yang terurai bebas.
"Lo gak suka? Hm?" Lanjut Valen sambil mendekatkan dirinya ke Kevin, yang kemudian mengelus lembut rahang kokoh milik Kevin menggunakan pisau tajamnya sambil menampilkan senyuman manisnya.
"Gue harap lo gak menyesal nantinya" Balas Kevin yang juga tersenyum. Bukan senyuman manis tentunya, melainkan senyuman evilnya.
"Menarik" Batinnya.
🐾🐾🐾
Wajib ninggalin jejak 🐾