Chereads / VALENCIA / Chapter 4 - Part 3

Chapter 4 - Part 3

Setelah bersiap, Valen dkk akan memulai hari kedua mereka di Alexander School. Dan seperti biasa, Gaby yang akan membawa mobil Lamborghini milik Valen. Tidak seperti kemarin, kali ini Gaby membawa mobil dengan sangat santai bahkan saat jam sudah menunjukkan pukul 08.10, tentu ini adalah perintah Ifa, karna dia tidak mau berumur pendek.

Saat hendak ingin memasuki gerbang, jalan mereka tertutupi oleh segerombolan siswa-siswa yang sedang tawuran.

"Tawuran pagi-pagi?" Dengan wajah melongonya, Ifa hanya geleng-geleng kepala melihat keributan di depannya. Sungguh perusak mood, batinnya.

"Sapu rata aja" Ucap Valen yang masih sibuk dengan ponselnya, itu bukanlah pemandangan yang bisa menarik perhatiannya.

"Oke" Balas Gaby antusias.

"Eh tung-- Kyaaa!!" Ifa yang sangat tidak suka di bawa ngebut, hanya bisa memegang erat sabuk pengamannya.

Di tempat lain, seorang siswa yang tengah kewalahan membalas pukulan demi pukulan yang ia terima.

"Gue baru tau Carlos ternyata selemah ini" Remeh salah seorang yang mungkin adalah pemimpin dari geng yang menyerang itu.

"Carlos gak lemah bang*at!! Giliran tim inti gaada lo semua malah main keroyokan, yang lemah itu geng lo anj*ng!!" Balas seorang siswa yang kini telah menjadi samsak gratis oleh para anggota geng lainnya.

"Lo bil--

BRUMM.. BRUMM..

Semua pasang mata yang sedang tawuran itu kini menatap mobil mewah yang melaju dengan sangat cepat, hingga menyadari tak ada tanda-tanda berhenti, mereka langsung membuka jalan dan sedetik kemudian mobil itu melaju kencang di tengah-tengah mereka.

CKITTT

"GABY LO SINTING!!!" Pekik Ifa saat Gaby dengan tiba-tibanya memberhentikan mobilnya secara mendadak.

"Fuck!" Bahkan Valen yang tadinya tenang-tenang saja, juga ikut mengumpat.

"Bukan salah gue. Ga mungkin gue nabrak gerbang kan?" Balas Gaby sembari menunjuk gerbang yang sudah tertutup.

"Woy keluar lo!" Suara ribut dari luar mobilnya, membuat Valen menatap kesal mereka. Moodnya sudah benar-benar buruk sekarang.

PRANG

Tak cukup dengan berteriak heboh, bahkan mereka dengan berani menghancurkan kaca spion mobilnya.

Valen menetralkan nafasnya guna menahan emosi. Dia tidak boleh membunuh seseorang di tempat terbuka seperti ini. Berbeda dengan Gaby dan Ifa yang sudah keluar dengan raut kesalnya.

"Anj*ng gue kira Kelvin"

"Pasrah deh gue pasrah"

"Cewe?"

Beberapa siswa yang kini wajahnya sudah tak terbentuk lagi, hanya bisa menghela nafas dengan pasrah. Padahal mereka tadi berharap yang datang adalah Kelvin dkk.

"Lo gabisa bawa mobil?!" Bentak Arga, pemimpin geng Marlos, yang menyerang Alexander School.

"Jalanan itu buat dilewati kendaraan bukan di jadiin tempat tawuran, otak di pake makanya" Balas Ifa sambil mendorong kepala Arga dengan telunjuknya.

Gaby langsung memutar tangan Arga saat melihat hendak ingin memukul Ifa. Namun karna ada bantuan dari geng Marlos, Gaby dengan cepat di buat mundur oleh pukulan-pukulan yang menyerangnya. Sedangkan Ifa sudah tak berkutik saat di jadikan sandra oleh salah satu anggota geng itu.

"HUAAA… VALENNN" Rengek Ifa sambil meneriaki sahabatnya yang masih setia di dalam mobil.

Setelah merasa pisau yang ia bawa cukup, Valen dengan perlahan tapi pasti, membuka pintu mobilnya.

Semua pasang mata itu sempat tercengang dengan wajah cantik Valen, namun ekspresi itu berganti seketika saat Valen melempari pisau cantiknya ke arah tangan yang melingkar di leher Ifa. 

"AHHH!!" Pekik orang itu sambil melepas pisau yang tertancap di tangannya, membuat Ifa dengan gercep langsung berlari ke belakang Valen.

"Valennnn, gue udah kena virus dari mereka, huhu" Adunya sambil membersihkan lehernya dengan tissue basah miliknya.

Valen menatap tajam mereka yang kini hendak menyerbunya. Sedetik kemudian senyuman manis melekat di wajahnya, sepertinya sudah lama ia tak bersenang-senang.

"Lo akan kehilangan senyuman lo itu" Ucap Arga yang langsung memberi aba-aba untuk menyerbu Valen.

Geng Carlos hendak ingin membantu Valen, namun langkah mereka terhenti saat melihat Valen dengan lihainya membabas semua musuh dengan kedua pisau cantiknya.

Banyak darah yang terciprat bahkan sampai mengenai wajah mulus Valen. Bagaikan sedang menari, Valen mengakhiri semua aksinya dengan senyuman puasnya. Mengabaikan banyaknya pasang mata yang menatapnya ngeri. Termaksud geng Carlos yang langsung kicep saat Valen berjalan melewati mereka. Sedangkan gang Marlos sudah lari terbirit-birit sejak tadi.

"Ayo" Ajak Valen yang kemudian diikuti oleh Gaby dan Ifa. Bagi mereka pemandangan seperti itu sudah biasa, bahkan aksi Valen tadi masih terbilang lebih 'normal' dibanding aksi Valen yang biasa mereka lihat.

PIIPPP

Hanya dengan sekali klakson, pak satpam dengan sigap membukakan gerbang, bisa-bisa ia juga senasib sama geng yang tadi.

Tak jauh dari tempat mereka, seseorang menurunkan ponselnya saat merasa rekamannya sudah cukup, dan setelahnya ia mengirimkannya kepada seseorang.

🐾🐾🐾

"Sepertinya kita sudah tidak perlu membalas serangan mereka" Ucap salah seorang yang sedang mengendarai mobilnya, Delvin Darmian, atau biasa di kenal dengan nama Dede.

"Maksud lo, kita biarin mereka gitu aja?" Sahut Ardian Adhlino, yang kerap di panggil Ardi.

"Gaada kata ampun di kamus gue" Lanjut sang ketua, Kelvin Alexander, yang sering di panggil dengan nama Kelvin.

"Bukan gitu maksud gue elah. Udah ada yang balas serangan mereka" Ucap Dede sambil memutar sebuah video di layar dashboard mobilnya. 

Kedua temannya menatap malas pada video itu, awalnya. Tapi saat bagian Valen yang menyerang geng Marlos, Ardi tercengang dengan keahlian cewek itu, bahkan Kelvin tampak tak mengalihkan perhatiannya pada video itu.

"Gue baru lihat ada murid seperti itu di Alexander" Sahut Ardi saat video yang ia tonton sudah selesai.

"Dia anak baru"

"Dan dia udah buat heboh sekolah dalam dua hari ini" Lanjut Dede. Memang jika menyangkut informasi, Dede lah yang paling update.

Ardi mengangkat sebelah alisnya, menandakan bahwa ia penasaran dengan perkataan Dede.

"Baru masuk tapi dia udah cari sama sama gengnya Nesha" Dede sempat melirik Kelvin, namun yang di lirik hanya diam dengan mata terpejamnya.

"Gue cuma tau itu. Itupun dari Raka" Lanjut Dede menyebut nama salah satu sahabat mereka, yaitu Raka Rafardhan. Ketua OSIS di Alexander School.

🐾🐾🐾

Tepat jam 10.00, atau juga tepat jam istirahat, Kelvin dkk baru saja sampai di sekolah. Kalo kata Dede,

"Yang punya sekolah mah bebas"

Kedatangan tiga mostwanted itu langsung menghebohkan seantero sekolah. Bahkan pembahasan tentang Valen tadi langsung terganti saat melihat datangnya pujaan hati mereka.

"Itu cewe yang tadi bukan?" Tanya Dede saat mereka baru menginjakkan kakinya di Kantin, ekor matanya langsung menemukan keberadaan Valen dkk yang sedang menikmati makanannya di ujung kantin.

"Kayanya kita memang di haruskan untuk bertemu dengan mereka" Balas Ardi saat melihat seluruh meja kantin yang penuh, kecuali meja Valen yang masih menyisakan 5 kursi.

Ketiga mostwanted itu kini berjalan dengan angkuh ke arah meja Valen dkk, bahkan sudah banyak yang terpekik saat melihat arah tujuan pujaan mereka itu.

"Inikah yang namanya persatuan antara Pangeran dan Putri?" Sahut salah satu dari mereka.

"Mereka gak sedang jalan ke meja kita, kan?" Ifa yang tak sengaja mendengar pekikan para siswi, membuatnya menoleh ke arah Kelvin dkk yang berjalan ke arah mereka.

"Omaygattt!! By, muka gue gak belepotan kan? Masih cantik kan?" Lanjut Ifa yang langsung memperbaiki gaya duduknya, berbeda dengan Gaby yang hanya memutar bola matanya.

Hingga Kelvin datang,

"Kami boleh gabung kan?" Tanya Dede yang langsung di persilahkan oleh Ifa.

"Boleh boleh, duduk aja" Ucapnya.

Kelvin dkk mengambil tempat duduk di hadapan Valen dkk, hingga pesanan mereka datang, mereka pun saling menikmati makanannya.

"Btw makasih karna udah bantu anggota gue tadi" Ucap Dede yang mencoba memecahkan keheningan.

Mendengar itu, Valen mengangkat kepalanya, dan seperkian detik matanya tak sengaja bertemu dengan mata Kelvin, hingga tatapannya kini beralih ke Dede.

"Gue cuma membalas mereka yang berani ngusik ketenangan gue" 

"Lo gaada niat gabung di geng kami?" Bukan Dede, tapi Ardi yang mengajak Valen.

"Lo ngajak cewe gab--

"Gak. Gue gak berminat gabung dengan geng yang lemah" Balas Valen yang menekankan kata lemah. Sebenarnya dia sudah tau kalau anggota yang tadi itu hanyalah anggota baru, dan dia juga sangat tau kalau geng Carlos itu adalah geng remaja yang sangat di takuti. Yah dia cuma iseng aja.

"Lo?!" Dengan gemas Dede melayangkan garpunya ke depan wajah Valen. Yah hanya sekedar melayangkan.

"Kelvin?" Panggil seseorang yang langsung membuat mereka semua menoleh, kecuali Kelvin tentunya. Dia sudah sangat hapal dengan suara hama itu.

"Kalian ngapain gabung sama mereka?" Tanya Nesha yang langsung menatap tajam Valen dkk. Bukannya dia sudah di keluarkan? Batinnya kesal.

"Suka-suka kami dong, apa hak lo coba ngatur tempat makan kita" Balas Dede.

"Kelvin itu tunangan gue. Dan gue gasuka liat dia dekat-dekat dengan mereka" Balas Nesha yang menekankan kata tunangan. 

"Yaudah lo tinggal tutup mata aja kan" Lagi Dede membalas perkataan Nesha, mengabaikan tatapan sinis perempuan itu. 

"Kelvin ayo. Kamu jangan mau duduk bareng pembunuh" Lanjut Nesha sambil menarik halus lengan kokoh Kelvin.

Mendengar sebutan itu membuat Valen mengeratkan genggamannya pada pisau yang ia pegang. Tidak, dia tidak mengelak sebutan itu, dia hanya tidak suka sebutan itu disebut oleh orang yang paling ia benci. Karna ia tahu arti pembunuh dari mulut kotor itu.

Valen berdiri dari tempatnya dan langsung berjalan ke depan Nesha.

"Lo bilang apa tadi?" 

"Pem.bu.nuh" Jawab Nesha sambil mengeja kata-katanya.

"Ternyata lo udah lupa ajaran gue, pembunuhan yang sebenarnya itu seperti apa" Dengan lembut, Valen mengelus leher putih Nesha dengan pisau mengkilapnya.

Ifa dan Gaby tidak terlihat ingin menarik Valen karna mereka tau, tidak ada yang bisa menghentikan Valen jika sudah marah. Sedangkan Dede dan Ardy hanya bergidik melihat langsung Valen memainkan pisaunya.

"Hentikan" Suara seseorang membuat Valen menoleh sebentar, mendapati Raka Rafardhan, sang ketua OSIS Alexander School.

"Gausah ikut campur" Balas Valen dingin.

Nesha sangat mengerti maksud pernyataan Valen, dan jujur ia sempat ketakutan, tapi tidak mungkin Valen beneran melukainya, kan?

"Ajaran? Gimana yah, yang gue tau tentang lo cuma satu. Seorang anak yang membunuh ibunya sendiri" 

Khkkk

Cukup. Valen sudah tidak bisa menahan diri lebih dari ini. Dengan satu tangannya yang kosong, Valen mencekik leher Nesha hingga wajah perempuan itu memerah.

"Valen hen--

TSAK

Valen mengayunkan pisau di satu tangannya, melukai Raka yang hendak menarik Valen. Sudah di katakan bukan? Tidak ada yang bisa menghentikan Valen jika sudah marah.

"Sepertinya gue harus ngajarin lo lagi, seperti apa itu membunuh" Ucap Valen yang siap melayangkan pisaunya,

TSAK

Darah segar terciprat di wajah Valen yang terlihat terkejut.

"Apa yang lo lakuin!!" 

🐾🐾🐾

Wajib ninggalin jejak 🐾