"Ucapan itu doa. Dan setiap doa itu mengandung misteri dengan sejuta makna."
...
Sisa sisa air hujan masih menetes di atap rumah, atau tempat lain, membuat embun pagi terlihat lebih jelas dan dingin.
Pada salah satu kamar bernuansa biru, seorang gadis meringkuk di kasurnya. Mencoba mencari kehangatan tanpa harus bangun terlebih dahulu.
"Ella! Cepat bangun!" Teriak seseorang yang diduga ibunya, membuat gadis manis itu mendecak kesal.
"Ck! Ganggu aja,"
"Ella! Bangun atau ibu siram pake air?!" Teriaknya lagi membuat Ella mau tidak mau bangun dari tidurnya, dan segera pergi ke kamar mandi, daripada harus basah kuyup di atas ranjangnya yang nyaman.
"Selalu aja gini. Bisa gak, sih, sehari aja gak usah sekolah? Huft!" Dumelnya ketika memasukki kamar mandi.
Butuh waktu 15 menit, hingga Ella keluar dari kamar mandinya. Ia sudah rapi mengenakan seragam sekolahnya.
Kemudian, ia pergi ke depan cermin. Memberikan sedikit sentuhan pada wajahnya yang sudah indah agar lebih indah lagi.
"Oke, selesai."
Ia pun mengambil tas sekolahnya yang ada di dekat meja belajar sambil menenteng sepatu hitamnya.
"Bu! Ayo, sarapan!" Ajaknya.
Ia pergi ke dapur, tetapi tidak menemukan apapun. Hanya ada beberapa mangkok berisi lauk pauk yang telah ditutup oleh tudung saji. Segera, ia menelusuri seluruh penjuru rumahnya. Namun, nihil.
Ibunya tidak ada.
"Ibu? Ibu di mana? Jangan bercanda, deh! Gak lucu!" Gadis itu tetap mencari ibunya, sembari melontarkan beberapa kalimat dengan sedikit keras.
"Ini ada apa, sih? Aneh banget," gumamnya.
Jujur saja, hatinya mulai panik tatkala menit ke sepuluh hampir terlewati. Ia menunggu di meja makan, dengan kakinya yang tak bisa diam. Pikirannya melayang ke mana mana, membayangkan kemungkinan terburuk yang terjadi pada ibunya.
"Apa ibu diculik?" Batinnya bertanya. Namun, seperkian detik kemudian ia menggeleng pelan.
"Gak mungkin. Mana ada orang yang mau nyulik ibu."
"Hm, kalau bukan diculik, terus apa dong?" Gumamnya bingung.
Detik terus berjalan, sedikit demi sedikit menjadikan posisinya sebagai jam. Hingga hampir satu jam lamanya, ia tetap dalam posisi seperti itu. Sibuk memikirkan kemungkinan yang terjadi, tanpa memperdulikan sekolahnya yang sudah masuk sedari tadi.
"Tau, ah. Palingan juga ke pasar," gadis itu melirik jam dinding, "udah jam segini. Yeay! Gak sekolah."
Begitulah Ella, bukannya pergi mencari ibunya. Ia justru malah pergi ke kamarnya, melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda.