"Dunia itu penuh dengan misteri. Banyak hal yang kamu anggap sebagai sesuatu yang gak masuk akal, justru benar benar ada."
...
Siang tadi, Ella tidur dengan sangat nyenyak. Ia bahkan menganggap, mimpi yang dialaminya begitu nyata. Padahal, nyatanya memang seperti itu.
Beberapa saat lalu, gadis itu terbangun dari tidur siangnya. Kebiasaannya ketika bangun adalah melihat jam. Yup, ia suka melihat waktu. Tidak ada alasan khusus untuk itu.
Dan karena kebiasaannya itu, ada sesuatu yang membuatnya terkejut. Seperti saat ini, ketika ia mengetahui bahwa ia bangun di tempat yang sama.
Di tempat yang sama dengan mimpinya tadi.
"Jadi, tadi itu bukan mimpi?!"
Pupil matanya membesar. Raut wajahnya begitu terkejut, sampai sampai ia membeku. Terdiam sesaat, sebelum akhirnya Sera—gadis yang mengaku sebagai pelayannya datang bersama seorang laki laki paruh baya yang membawa sekotak alat medis.
Dia, tabib yang dipanggil oleh Sera.
"Nona, silahkan berbaring sebentar," pinta Sera yang langsung dituruti Ella dengan tatapan bingung.
"Memangnya aku kenapa?" Tanya Ella ketika tabib itu memeriksanya.
Sera menghela napas. "Nona baru saja jatuh ke sungai, pagi ini."
Dahi Ella mengernyit. "Sungai?"
Sera mengangguk. "Apa nona tidak ingat?"
Ella menggeleng. "Tidak. Aku tidak jatuh dari sungai. Aku ingat apa yang aku lakukan hari ini. Tadi aku–"
"Apa nona hilang ingatan?!" Pekik Sera terkejut.
Ella menatap Sera sinis, lantas berkata, "Enak aja! Aku ini gak amnesia, tau!"
Sera menatap bingung pada Ella. Begitu pula sang tabib yang baru saja selesai memeriksanya. "Am..apa?"
"Amnesia," ulang Ella.
"Ya, itu. Apa artinya, nona?" Tanya Sera antara bingung dan penasaran.
Ella menghela napas. "Hilang ingatan."
"Jadi, benar. Nona hilang ingatan?" Sera menatap Ella terkejut. Lalu, ia beralih menatap tabib yang tengah membereskan peralatannya.
Kemudian, tabib tersebut melirik Ella, lantas beralih menatap Sera yang terlihat sedang menunggu jawabannya.
"Huft." Ia menghela napas. "Nona baik baik saja. Hanya saja, melihat respon yang berbeda, sepertinya memang nona tengah hilang ingatan," jelasnya.
"Sepertinya itu efek dari benturan pada bebatuan di sungai."
Sera terkejut. Ia menatap Ella dengan tatapan cemas. Matanya berkaca-kaca.
"Syukurlah nona masih hidup." Katanya.
"Kalau begitu, saya pamit undur diri dulu." Pamit si tabib.
"Mari kuantar." Sera mempersilahkan si tabib untuk keluar, sembari mengikutinya dari belakang. Mengantarkannya hingga pintu gerbang.
Sesaat kemudian, Sera kembali. Namun, bukannya melihat nonanya yang seharusnya beristirahat, ia justru mendapati hal lain yang lagi lagi membuatnya terkejut.