"Percayalah, sedekat apapun kamu dengan seseorang. Belum tentu kamu mengetahui semua rahasianya dengan baik."
...
"Ella!" Teriak seorang wanita paruh baya dari tempatnya berada. Badannya menghadap anak tangga yang mengarah pada salah satu kamar di atas. Kedua tangannya diletakkan di pinggulnya.
Ia berkacak pinggang. "Ck! Mana, sih, anak itu."
"Ella!" Panggilnya sekali lagi dengan raut tak sabarnya.
Hampir lima menit ia menunggu, akhirnya ia memilih menghampiri anak gadisnya satu satunya itu. Diketuknya pintu dengan papan nama gadisnya.
"Ella!"
"Ella!"
Tak ada sahutan. Membuat dahi wanita paruh baya itu mengernyit. Aneh, pikirnya.
"Ella?" Panggilnya sekali lagi, yang tentunya tetap tak ada balasan.
Hal ini membuat pikiran negatif ibu dua anak itu bermunculan. Mendadak, ia menjadi cemas dengan keadaan anaknya.
Lalu, ia mencoba membuka pintu yang ternyata sedari tadi tidak di kunci.
Jika kalian bertanya, mengapa tidak dari tadi saja. Jawabannya adalah, sudah menjadi peraturan di rumah bahwa ketika ingin masuk ke kamar orang lain 'wajib' mengetuk pintu terlebih dahulu. Alias, tidak boleh masuk sembarangan.
Termasuk, orang tua mereka.
Begitu dibuka, ia mendapati sesuatu yang luar biasa, sekaligus membuat dirinya terkejut setengah mati.
"Kamu kenapa?!"
•••
Saat ini, Ella tengah duduk melamun di kursi belajarnya. Tangannya menggenggam sebuah pensil, sementara di depannya sebuah buku kecil berwarna biru terbuka. Menampilkan beberapa coretan kecilnya.
Itu adalah buku diary-nya.
Ia menuliskan semua kejadian yang ia alami di tadi pagi. Ketika ia tiba tiba terdampar di dunia antah berantah yang terkesan kuno.
[Flashback]
Sera pergi mengantar tabib keluar. Ia meninggalkan Ella yang kebingungan di kamarnya sendirian.
Saat sosok Sera dan tabib sudah tak terlihat, Ella menghembuskan napas pelan. Ia menatap bingung dan juga heran pada semua hal yang tidak masuk akal ini.
Kemudian, ia beranjak dari ranjangnya. Ia meneliti setiap sudut kamar yang ditinggalinya. Ada beberapa barang aneh yang tak dimengertinya, juga motif dengan pola menyerupai bintang di dinding kamarnya.
Secara keseluruhan, kamar ini lumayan bagus, tapi terkesan klasik, dan misterius. Ya, entah mengapa ia merasa setiap sudut kamar ini memiliki rahasia tersembunyi.
Matanya tak berhenti menelisik semua barang yang ada di kamar. Sampai sebuah benda berbentuk seperti bintang menarik perhatiannya.
Benda itu bentuknya persis seperti bintang yang biasa kita lihat di langit, sementara warnanya putih menyala. Ella tidak mengerti mengapa benda itu bisa menyala, seakan mencoba mencari perhatiannya.
Ella memegang benda yang berukuran sebesar telapak tangannya itu. Ia membolak-balik benda itu, meneliti setiap sudutnya. Mencoba mencari tau, benda seperti apakah itu.
Saat ia tengah berpikir, tiba tiba benda itu memancarkan sebuah cahaya yang amat terang. Karena silau, spontan Ella memejamkan matanya. Cukup lama, sampai akhirnya ketika ia membuka mata. Ia mendapati ibunya yang tengah menatapnya khawatir.
"Ella!" Pekik ibunya dengan tatapan cemas. Spontan, ia memeluk Ella dengan erat.
"Ada apa sama kamu? Kok tiba tiba tiduran di sini kayak orang mati. Kamu gatau ibu khawatir?!" Marahnya pada Ella sembari mengusap air matanya yang tiba tiba mengalir.
Ella yang kebingungan, menatap ibunya heran. "Emangnya aku kenapa?"
Sang ibu menepuk pundak Ella dengan sedikit keras. "Gak usah pura pura gak tau! Awas aja kalau kayak gitu lagi. Bikin ibu jantungan aja." Ujarnya kesal.
Kemudian, sang ibu berdiri. Ia menepuk pelan pakaiannya yang kusut akibat berjam jam duduk di samping ranjang anaknya, Ella. "Ibu pergi dulu. Kamu jangan lupa ganti baju, terus turun. Makan."
Ella mengangguk. Ia menatap punggung ibunya yang perlahan menghilang dibalik pintu. Kemudian, ia menunduk sembari memikirkan kejadian tadi. "Apa yang sebenarnya terjadi?"
Diam diam, sang ibu yang tengah berjalan ke kamarnya menghembus napasnya pelan. Ekspresinya tampak khawatir. "Semoga itu hanya prasangka-ku aja." Gumamnya pelan.
•••
Matahari tengah bersiap siap. Ia memancarkan sinarnya yang mulai meredup. Perlahan, ia pergi. Menyampaikan salam perpisahan untuk sesaat sebelum besok kembali menyinari. Meninggalkan bekas pemandangan indah yang tak akan dilupakan oleh siapapun yang melihatnya.
Saat ini, Ella tengah berbaring di atas kasurnya. Ia berganti posisi terus menerus. Berguling ke kanan dan ke kiri, mencoba membunuh rasa bosan yang hinggap di hatinya.
"Duh, enaknya ngapain, ya?"