Kayla tidak segera mendongak ketika Bella lagi-lagi menyenggol bahunya, sebelum akhirnya dia merasa terusik dan melihat jika banyak pasang mata melihat kearahnya.
"Maafin temen gue, dia emang gila kalau udah depan hp suka ketawa-ketiwi gak jelas. Kerasukan setan gepeng dia!"Sindir Bella.
Kayla tertawa kecil, dia sedikit malu dan hal itu di perhatikan oleh ketiga orang di depannya. Tapi untuk Lanang dan Bambang mereka semua langsung menunduk paham, sedangkan Dhika dia seakan terpaku terpesona pada senyum yang tadi baru saja terbersit di bibir mungil Kayla.
Mata kagumnya tidak bisa berbohong, kornea matanya membesar dengan gembira. Kayla sendiri membuang pandangan ke sisi sahabatnya, dia malu dan tidak enak karena ketahuan kebiasaan buruknya tertawa atau tersenyum saat memandang ponsel. Apalagi kalau dia sedang baca novel online, biasanya banyak ekspresi yang dia perlihatkan.
Sedang Yasa melihat Dhika, alarm siaganya langsung berbunyi di kepala. Dia sangat tau pesona istrinya yang dia sendiri tidak bisa menolaknya, bukan tentang kecantikan yang berbadan tinggi, kurus dan putih. Tapi ada sisi lain dari istrinya yang susah di tolak oleh pria, dulu pun dia begitu ketika sudah mengenal istrinya. Dan dia paham dari pandangan Dhika, hal itu seperti cerminan dia dulu ketika jatuh cinta pada Kayal pertama kali.
Tanpa sadar bibirnya bergemeletuk, dia tidak suka ini. Ada yang terbakar dan rasa panas di dadanya terasa tidak nyaman.
Sedang yang di tatap tidak menyadari, dia masih dengan dunianya. Mereka mengobrol dan sampai di satu sisi ketika topik pembicaraan mereka telah habis, Bambang tiba-tiba buka suara.
"Saya mau minta maaf sama kamu, maaf karena nendang kamu sampai masuk rumah sakit dan terima kasih mau kasih bantuan ke orang miskin kayak saya."Kata Bambang sambil menatap kearah Kayla yang terkejut.
"Kamu minta maaf buat apa?"Tanya Kayla tidak mengerti.
"Makasih banyak udah bantu saya dan adik saya, karena bantuan kamu juga saya nggak di DO dari kampus. Adik saya dapat keadilan dari bantuan pak— maksud saya, saya berterima kasih atas bantuan kamu."Bambang segera meralat ucapannya dengan cepat.
Semua mata memandang kearah Kayla kemudian berganti kearah Kayla yang malah wajahnya terlihat seperti mengatakan 'kayaknya lo salah orang deh'.
Lanang sudah mengerti, dia mengangguk sambil memakan cemilan yang baru saja di lahap sedangkan Dhika memerhatikan ingin tau. Sebab memang sedikit aneh ketika ayahnya, pemilik kampus tempat dia menimba ilmu mau membantu Bambang yang tidak memiliki koneksi apapun dengan keluarga mereka. Kemudian menendang tersangka pelecehan yang benar-benar biadab, hanya karena di tolak cintanya oleh wanita yang lebih rendah ekonominya dia tidak terima.
Itu tidak masuk akal dan terlalu berlebihan, dunia sepertinya mulai lelah dengan sikap dan sifat manusia jaman sekarang yang di luar nalar.
Bella sendiri memilih menunduk tidak mau bereaksi, sedang Rasya menyenggol bahu Bella di sisinya. Seriusan kenapa situasi mereka jadi begini.
"Tapi saya nggak bantu—"
"Uhukk!Uhuukkkk! Uhhhukkkk!! Air! TONO AIRR!!!"Teriak Bella mengehentikan ucapan Kayla yang akan membuat sebuah kehebohan fatal.
Kayla dan Rasya juga Lanang langsung bangkit untuk mengambil air, wajah Bella memerah karena dia tersedak oleh makanan yang dia makan. Padahal awalnya berniat bohongan saja tapi dia jadi beneran tersedak sampai perih tenggorokannya. Dia mengurut lehernya sambil mengusap air di sudut matanya, beneran sakit pemirsah.
"Lu gimana sih, padahal makan nggak sambil ngobrol bisa sampe keselek gini!"Ujar Rasya mengurut tengkuk temannya itu.
Sedangkan tiga laki-laki di hadapan mereka melihat dengan wajah masih menyisakan kejutan, bahkan ada keringat di pelipis Lanang setelah dia bergerak dengan grasak grusuk mengambil gelas air di warung Tono.
Seharusnya ada aqua gelas di meja kantin, mungkin Tono lupa menaruh jadi membuat mereka sibuk mencari air minum.
"Tadi gue mikirin sempak kakak lo di kosan—Uhukk! Kok gue di pukul!"
"Ya situ jangan ngomongin sempak dong!! Nggak liat di depan ada pemakai sempak apa?!"Jawab Rasya membuat tiga lelaki di hadapan mereka memiliki rona merah malu.
Kayla memutar matanya jengkel, teman-temannya ini kalau berantem bahasnya jadi kemana-mana. Yang tersedak itu Bella, kenapa Rasya marah. Kemudian Bella malah jawab hal tabu pula, sudahlah mulut Rasya yang begitu akan tersulut untuk membalas dengan berani.
Kayla mengalihkan matanya untuk menatap kearah ketiganya, terutama Dhika yang ada di hadapannya penuh rasa maaf. Harus menjadi penonton di antara dua perempuan belangsak yang suak sekali ngomong seperti orang rimba, mereka bedua kalau di satukan sudah seperti satwa liar dan Kayla adalah pawangnya.
"Maafin mereka, ya. Mereka kalau ngomong sumpai lupa pake filter androit."
Lanang tertawa, dia sudah bisa mengendalikan rasa malunya. Dia jadi tergoda untuk ikut menimpali, Bambang hanya tersenyum canggung sedang Dhika malah menatap Kayla dengan lekat. Kesempatan karena yang di perhatikan dari tadi akhirnya mau menatap dia secara langsung tepat di matanya, Kayla malah bingung dan jadi merasa aneh karena di tatap begitu.
"Kamu kenapa liatin aku begitu, ada belek di mata aku, ya?"Tanya Kayla yang membuat Lanang menoleh untuk melihat Dhika yang wajahnya berseri-seri menggeleng.
"Nggak ada,"
"Terus kenapa liatin aku terus?"
"Cantik,"
"Hah?!"
"Kamu cantik, makannya aku liatin."
Segera orang di sisi meja mereka juga orang yang ada di meja mengheningkan cipta untuk menoleh perlahan bersamaan melihat ketua BEM kampus yang most wanted ini bisa memuji seorang perempuan, parahnya lagi perempuan itu tidak cantik, tidak langsing, tidak juga memiliki keahlian sebagai seorang mahasiswa pintar ataupun terkenal di suatu organisasi.
Hal itu membuat Yasa yang berada jarak satu meja, mengernyit bingung. Dia melihat jika para mahasiswa di dekat meja sang istri terdiam sedang Kayla sendiri terlihat menutup wajahnya seperti malu dalam persepsinya dari penglihatan, kemudian lelaki yang dia cap sebagai predator tertawa masih dengan menatap sang istri penuh bahagia.
Ini, kenapa ada bara yang semakin panas di dadanya ya?
Dan bagaimana bisa, dia tiba-tiba saja mendengar kalimat memuji kepada sang istri dengan pandangan mata kagum, bermuatan jika 'aku suka kamu, kalau kita lebih dekat boleh?'. Kepalanya sudah menjurus ke hal buruk kalau anak muda itu sudah pasti akan mengincar istrinya, spontan dia berdiri dan berjalan menuju ke meja sang istri.