Dosen senior dan Laila yang melihat itu menghadang dengan pertanyaan.
"Mau kemana kamu, Yasa?"Tanya salah satu dosen senior dengan kemeja putih.
"Saya mau kesana bentar pak."Tunjuknya pada warung Tono.
Para dosen senior itu mengangguk dan membiarkan Yasa pergi, tapi tidak lama Laila pun mengikuti setelah ijin pada dosen senior itu. Mereka kemudian menoleh bersamaan untuk melihat dosen muda yang masih sama-sama sendiri itu, mulai berkomentar dengan nada menyayangkan.
"Mereka itu sama-sama masih sendiri, kenapa nggak jadi-jadi juga. Padahal kita udah sering comblangin, tapi nggak ada juga yang berhasil."Kata dosen dengan kemeja putih itu.
Yang lain mengangguk menyayangkan, sedang ada satu orang yang diam saja sebab tau jika Yasa bukan lagi seorang diri. Dia sudah punya istri dan sebelum ini dia mendapatkan kabar jika istrinya keguguran.
Yasa berkaki panjang tentu melangkah lebar meninggalkan Laila yang mencoba mengejar, dia ingin berlari tapi tidak mau terlihat begitu dekat dengan Yasa karena tidak menginginkan rumor tidak enak antara keduanya. Yasa sendiri mana peduli dengan pikiran Laila, yang dia inginkan adalah membuat istrinya menyadari kehadirannya, langkahnya hampir sampai di meja sang istri.
Tapi tangan bedebah sialan itu, sudah hinggap di bibir istrinya, mengusap sambil berkata.
"Ada sisa capuccino di bibir kamu."Yasa bisa mendengarnya dan orang di meja itu berucap 'cie' dengan keras.
"Kasih tau aja, biar gue bisa bersihin sendiri."Jawab Kayla yang wajahnya memucat, karena gerakan spontan Dhika dia langsung merinding dan ketakutan tanpa sebab.
Ingat dia sudah menikah, hal seperti tadi itu tidak patut di lakukan. Tapi masalahnya, Dhika dan teman-temannya tidak tau kalau dia itu istri orang.
Lanang kemudian menimpali, tau jika temannya itu modus."Dia sengaja, Kay. Di liat-liat keaknya dia suka nih sama lu!"
Kemudian terdengar suara tawa renyah dari mereka semua berbanding dengan Kayla yang menunduk, dia malah merasa tidak senang akan perlakuan Dhika dan memilih diam saja. Tidak lama terdengar suara sapaan dari bibir Lanang dan juga Bambang.
"Pak, mau beli minum juga pak?"
"Iya."Jawabnya sambil melirik kearah Bella dan Rasya yang lebih dulu mendongak untuk ikut menyapa.
Sedang Kayla membeku, dia bergerak perlahan untuk melihat punggung suaminya sudah berjalan menuju warung Tono dan di sana dia pun melihat sosok perempuan melewati meja mereka juga.
"Bu, mau kemana bu?"Suara Lanang terdengar bertanya lagi.
"Itu, saya mau pesan minum ke warung yang sama kayak pak Yasa buat dosen senior."Jawabnya di angguki.
Mendengar itu Lanang langsung menunduk sambil berbisik."Dari gosip yang gue denger nih, katanya bu Laila sama pak Yasa ada hubungan gitu."
"Tau dari mana lu?"Tanya Bella bersikap defensif.
"Dari gosip, mulut ke mulut."
"Gosip murahan, tau aja belum. Dosennya aja nggak ada klarifikasi berarti bohong itu."Kata Bella kemudian menunduk lagi untuk memakan menu miliknya sendiri.
"Ya tapi, nggak bener juga gapapa jadi benerankan, mereka berdua cocok gitu."
Rasya memukul meja membuat terkejut,"lupa lu. Kalau bapaknya udah pernah bilang kalau dia udah married dan punya cincin nikah di tangannya!"
Semua orang di meja langsung diam, Dhika masih di dunianya sendiri memerhatikan Kayla yang wajahnya terlihat syok berat. Dia pikir jika itu terjadi karena gerakannya tadi mengusap bibir sisi bibir Kayla yang terdapat capucino, dia jadi merasa tidak enak. Sedangkan di dalam pikiran Kayla sendiri memikirkan hal lain, apa tadi suaminya melihat kakak tingkat di hadapannya ini mengusap bibirnya atau tidak.
Di warung itu Yasa memesan hal remeh, dia berpesan pada Tono setelah di tanya akan di kirim ke mejanya bersama dosen.
"Nggak usah kirim ke meja saya, kasih aja ke Kayla."Ujarnya setelah membayar dan Tono melongo menerima uangnya.
"Loh,"
"Dia istri saya, tapi jangan ribut. Kasih aja nanti dia paham sendiri. Kalau sampe ada yang tau dia istri saya, kamu urusan sama saya dan kemungkinan nggak bakalan dapet ijin jualan lagi di sini."Ucapnya membuat Tono memucat.
Yasa sendiri tidak begitu peduli akan Laila yang mengekor kini berada di sebelahnya, dia berpikir mungkin dia merasa tidak enak karena di tinggal duduk bersama dosen senior laki-laki yang kadang ucapannya begitu vulgar. Yah, mau bagaimana lagi dosen pun manusia. Walau begitu mereka hanya membahasnya di kalangan mereka para dosen saja yang sudah kenal dekat, jika tidak tentu mereka tau caranya menyesuaikan diri.
"Pak, nanti kita jadi untuk rapatnya?"
"Jadi, nggak mungkin di batalin dong."Jawab Yasa menunggu kembalian dan minumannya.
"Saya ikut ke mobil bapak boleh?"
"Waduh, saya nggak bawa mobil, bu. Saya juga ikut mobil pak Harto."Katanya sambil memikirkan jika dia bawa mobil terus istrinya akan menunggu di mana.
"Ini pak, pesanan satunya masih di buat."
"Oke, kamu kasih aja nanti. Nggak perlu bilang dari saya."
"Siap pak."Jawab Tono.
Laila malah mengernyit tapi tangannya tidak melepaskan pegangannya pada lengan Yasa, dia sengaja sebab melihat Yasa tidak begitu fokus dan terburu-buru ingin berbalik.
Dia berbalik dan mendapati istrinya mendongak, menatap kearahnya dengan mata marah. Sekarang gantian Yasa yang mengernyit bingung, kenapa tatapan sang istri seakan siap mencincang tubuhnya menjadi dadu.
Yasa tidak bisa mendekati Kayla dan berlaku seperti suami istri, kemudian bertanya kenapa dia terlihat marah. Jadi akhirnya dia cuman bisa berjalan melewati sambil balas menyapa mahasiswa di meja Kayla yang menyapanya, sampai begitu pun mata Kayla masih berani menatap dia begitu tajam sampai tidak menyadari jika tangan Laila berada di lengannya.
Saat sampai dosen senior segera berdiri dan berkata kalau sudah waktunya mereka berangkat, sebab bagian lainnya sudah berada di lokasi rapat.
Yasa mengangguk dan mengikuti, Laila melepaskan tangannya untuk menoleh sebentar kearah meja yang tadi mereka lewati. Tatapannya tidak dapat di artikan dan dia segera berbalik kembali mengikuti para dosen dan Yasa.
....
Singkatnya setelah Yasa selesai rapat, dia tidak mendapati sang istri di dalam mobil yang terkunci. Dia mengambil ponsel dan menelpon Kayla tapi tidak mendapatkan jawaban, dia berjalan menuju ke dalam kantor untuk melihat jika di sana kunci mobilnya masih ada. Dia akhirnya menekan kontak pembantu di rumah mereka, ketika di angkat dia segera bertanya.
"Bi, Kayla ada di rumah?"
"Ada pak, baru aja pulang bawa banyak barang."Jawab pembantunya yang dia pekerjakan setelah Kayla keguguran.