Chereads / Sang Pelindung : Persaudaraan Harimau Putih / Chapter 13 - Bell Witch Peliharaan Aristian

Chapter 13 - Bell Witch Peliharaan Aristian

Sosok perempuan itu menyeringai, menuntun tangan Sadam, dan terus mengayunkan ke atas. Kakinya yang gemulai, membelok ke depan dan belakang, keduanya menari dalam gelap. Kemudian menghilang ke dalam semak, dan Serell membatu karenanya.

***

"Adu domba, berhasil sekali lagi, Tuan. Perempuan bernama Serell itu sudah kehabisan kesabaran menghadapi kakaknya. Dan laki-laki ini, aku terlanjur jatuh cinta padanya. Akan ku tahan dia di kamarku, ku jadikan budak untuk melayaniku. Bagaimana Tuan ... Aristian?"

"Hahaha ... ya ya, kau ku ijinkan memelihara dia sesukamu. Sekarang tinggal bagaimana caranya menghancurkan Karsten dan Sarah."

Aristian tinggal bersama dengan istri dan kedua anak lelaki kembarnya yang masih berusia lima tahun. Dia menempati sisi belakang rumahnya yang dekat dengan kandang domba, sedangkan bagian induk rumahnya disewakan untuk para turis yang hendak menginap. Usahanya bangkrut dan Aris tak dapat bangkit lagi. Kala itu dia mencoba meminjam sejumlah uang pada kakaknya -Karsten, namun ditolak. Hal itu membuat Aris sakit hati sebab kakaknya tak mau membantu perekonomian keluarganya yang sedang sulit. Sakit hati Aris juga dilimpahkan pada Sarah karena bagaimanapun pasti Karsten dipengaruhi oleh istrinya itu.

Suatu hari, Aristian menemukan batu delima sebesar mata kucing dari dalam tanah saat dia menggali lubang untuk menanam pohon Soka Merah di taman sudut dekat kanal. Tanpa berpikir panjang, disimpannya batu delima itu dalam sebuah kotak kayu berukir yang ia dapatkan dari rumah ayahnya -tuan Hackwood. Tanpa ia ketahui, kotak kayu berukir itu ternyata memiliki penunggu yang sejatinya telah lama terkunci di dalamnya. Dengan dia meletakkan batu delima itu di dalamnya, penunggu kotak kayu itu memiliki kekuatan berlebih untuk dapat menyerupai wujud orang lain dan bertindak sesuai perintah tuannya, yakni tuan Aristian.

Bagai mendapatkan segunung emas, Aristian sangat senang dengan penemuannya itu. Dia awalnya merahasiakan keberadaan batu delima sakti itu dari istrinya.

Suatu hari, istrinya, Alinda naik ke loteng rumah dan menemukan kotak kayu berukir itu tergeletak begitu saja. Dia membuka isinya kemudian terkejut dengan luar biasa ketika keluar sosok mirip roh Bell Witch mendadak terbang mengitari dirinya.

Dengan cepat, Alinda mampu menguasai diri berkat ilmu kanuragan yang pernah ia pelajari saat masih muda. Sama dengan Alinda, Morish pun di sekolahkan dan ditempatkan pada asrama yang sama saat Alinda bersekolah dulu. Paman Darius, kakak tertua Karsten melihat bakat yang luar biasa dalam diri Morish, itu sebabnya dia menyekolahkan Morish di sana ketika Karsten menitipkan anak sulungnya pada keluarganya di George Town.

Alinda memperhatikan wujud Bell Witch yang terbang itu. Dia mirip rumbai hitam yang tipis dan melayang-layang. Aroma tubuhnya busuk yang tak dapat dia artikan karena dia lebih menyengat dari pada sampah di penimbunan sekalipun.

"Siapa kamu?" tanya Alinda setelah beberapa menit lebih tenang.

"Kkkrrr ...." makhluk itu tak menjawab, terus melayang-layang dengan memamerkan taringnya. Dari rongga mulutnya, seperti penuh dengan darah hingga dia tak dapat menutup dan terus meneteskan cairan kemerahan.

"Aristian yang memanggilmu?" Alinda masih ragu jika suaminya adalah pemilik makhluk kotor itu.

Dia terbang rendah, masih melayang berputar-putar mengitari Alinda. Setelah beberapa putaran, kain rumbai tipis yang menjuntai itu berhenti tepat di hadapan wajah Alinda. Dia menapakkan kakinya yang tanpa jari itu ke lantai loteng seraya menganggukkan kepalanya. Mulutnya masih menyeringai dengan cairan merah kental yang tak hentinya menetes. Anehnya, lantai kembali bersih sedetik setelah terkena tetesan darah darinya -seperti tak pernah terjadi apa-apa.

"Oh, kau mutiara ... sungguh kau penyelamat keluarga kami. Aku ingin memberimu sebuah nama sebagai penghormatan atas pengabdianmu pada suamiku." Alinda mengatupkan kedua tangannya di dada sembari memejamkan mata.

Dia tengah memikirkan sebuah nama yang pantas untuk peliharaan Aristian itu. Pasti suaminya akan senang jika dirinya memberikan dukungan.

Seperti paham apa yang dimaksudkan Alinda, makhluk itu menelungkup di lantai, melipat kakinya yang hitam, dan menjulurkan tangannya. Dia menyembah Alinda, kemudian mencium ujung jari kaki sang nyonya.

"Wendig! Aku beri nama kau, Wendig!"

Alinda memekik keras, berulang kali dia serukan nama wendig dengan mengangkat kedua tangannya. Bell witch itu tak menjawab apapun, dia masih di posisinya semula, menyembah Alinda.

Teriakan Alinda membangunkan sang suami yang sedang tidur di lantai bawah. Dia tergopoh menyusuri tangga menuju loteng. Pikirannya dipenuhi kecemasan bahwa piarannya akan dianiaya atau bahkan dibuang oleh istrinya. Dia mendengar Alinda berteriak, "Wendig! Wendig!" dan itu membuatnya panik. Alinda memiliki kemampuan mantra untuk melenyapkan makhluk bell witch seperti yang ia simpan dalam kotak itu.

Aristian membuka pintu kamar dengan kasar. Bell witch itu kini terbang mengitari istrinya dengan rumbai hitamnya menyapu seisi ruangan. Aneh, Alinda nampak senang, dia mengikuti kemana pun bell witch itu terbang.

"A -Alin ... apa ... yangg.. yanggg ..."

Alinda menoleh dengan cepat ke asal suara, suaminya menatap keheranan.

"Aris! Mulai sekarang dialah penolong keluarga kita. Kau tak perlu mengurungnya dalam kotak kayu lagi. Itu akan menyiksa dirinya. Biarkan dia bebas ... menghuni kamar ini ... menghuni rumah ini. Kita akan kaya, Aris. Kita bisa punya banyak harta. Lebih banyak dari Karsten yang sombong itu. Hahahaa ..." tawa Alinda memenuhi seluruh rumah, diiringi lengkingan suara bell witch itu.

"Oh, sayangku. Aku kira kau akan marah jika tahu aku memelihara bell witch itu. Aku mengurungnya dalam kotak, setelah dia menjalankan tugas dariku. Aku khawatir kau tak bisa menerimanya."

"Aku? Aku sangat menerimanya. Aku berdansa dengannya. Aku bernyanyi dengannya. Wendig! Wendig! Dia ku beri nama Wendig! Selamanya dia akan mengabdi pada kita ... hahaaa!"

Setelah selebrasi singkat antar suami istri itu, Aristian tak pernah mengurung Wendig lagi. Dia membiarkan makhluk itu berkeliaran sepanjang waktu. Loteng adalah tempatnya, rumah si Wendig.

Wendig mampu berubah wujud menjadi sosok yang dia inginkan. Suatu hari dia menyerupai seorang tua penjual bunga, lalu berdiri memelas di pinggir jalan. Dua remaja mendekatinya karena iba, dan jalanan mendadak sepi. Dia menghisap memori baik dua remaja itu dengan memegang puncak kepalanya. Dua remaja itu pingsan dan wendig membiarkan tubuh mereka tergeletak. Tak berapa lama dua remaja itu sadar ketika ditolong oleh beberapa orang, dan mereka tak ingat apapun -bahkan namanya sendiri.

Untuk mengurangi kecurigaan warga karena adanya bell witch yang berkeliaran di pemukiman, dia akan menghisap memori dari hewan ternak jika dia lapar. Akibatnya, hewan ternak itu akan lemas dan esok paginya mati membiru.

Bell witch itu tertarik pada pesona Sadam karena begitu banyak memori indah yang ia miliki. Tak hanya bersama Serell, namun juga dengan keluarganya. Sadam pribadi yang bebas, dia menyukai alam terbuka. Sadam banyak bergaul dan berteman dengan orang baru. Dia mudah akrab dan membaur.

Sebab itulah, bell witch itu ingin menahan Sadam. Menjadikan Sadam sebagai budaknya untuk membantu mencari mangsa. Semua serba kebetulan karena tuannya -Aristian, juga membutuhkan kemampuannya yang dapat berubah wujud untuk menghancurkan keluarga Karsten.

***