Chapter 14 - Trauma Air

Bell witch itu tertarik pada pesona Sadam karena begitu banyak memori indah yang ia miliki. Tak hanya bersama Serell, namun juga dengan keluarganya. Sadam pribadi yang bebas, dia menyukai alam terbuka. Sadam banyak bergaul dan berteman dengan orang baru. Dia mudah akrab dan membaur.

Sebab itulah, bell witch itu ingin menahan Sadam. Menjadikan Sadam sebagai budaknya untuk membantu mencari mangsa. Semua serba kebetulan karena tuannya -Aristian, juga membutuhkan kemampuannya yang dapat berubah wujud untuk menghancurkan keluarga Karsten.

Pagi hari, saat sarapan bersama. Serell memeriksa sekali lagi tas bawaannya karena dia harus membawa pakaian ganti untuk pelajaran renang siang nanti. Dia bukan seorang yang mahir karena trauma saat sekolah dasar disebabkan terpeleset lantai pinggiran kolam.

Kejadian dulu itu cukup membuatnya takut pada kolam yang terlalu dalam sehingga dia hanya mampu berenang di kolam kecil untuk pemula. Tapi bagaimana pun, pelajaran renang wajib diikuti sebagai dasar penilaian ujian praktek bulan depan.

Ayahnya sudah meminta izin pada pihak sekolah untuk memberikan dispensasi pada Serell agar mendapatkan keringanan saat ujian renang nantinya. Pihak sekolah menyetujui hal tersebut dan tidak memaksa Serell untuk berlatih di kolam dalam.

Serell berangkat dengan bus sekolah. Masih tak enak hati dengan Morish, dia merasa gengsi jika merengek pada kakaknya. Itu sebabnya dia mempercepat makan paginya dan bergegas lari menunggu bis sekolah datang.

"Sadam is nothing ... Sadam is nothing ... Sadam is nothing ..." berulang kali didengungkan kata demi kata tersebut untuk mensugesti akal pikirannya sendiri. Berharap dia mampu bersikap biasa saja saat bertemu dengan Sadam di sekolah.

Pelajaran teori berlangsung membosankan seperti biasa. Jihan beberapa kali menguap, begitu pula dengan Margin. Keduanya saling tukar pandang ketika mengetahui Serell justru tengah serius mencatat poin demi poin materi yang dipaparkan oleh sang guru kelas.

"Pstt.. J, lihat Serell! Apa dia sedang demam?" Margin berbisik pada Jihan karena masih tak percaya dengan penglihatannya.

Jihan mengucek kedua matanya bersamaan, berusaha membuka netranya lebar-lebar, namun pemandangan luar biasa memang benar sedang terjadi -Serell serius menyimak. Ini aneh dan tak lazim. Bukankah Serell lebih suka mencoret-coret halaman belakang bukunya dengan gambar-gambar absurd.

Jihan mendorong punggung Serell dengan ujung penanya. "Hei, salah makan kamu?"

Serell tersenyum menoleh sejenak, kemudian kembali sibuk dengan pelajaran.

"Luar biasa, Serell ingin jadi juara kelas rupanya," cibir Margin dengan suara berbisik dan kepala sedikit dimajukan mengarah pada Jihan.

Usaha Serell melupakan kelakuan Sadam salah satunya adalah dengan fokus belajar. Dia tak ingin sedetik pun waktunya disusupi pemikiran tentang kekasihnya itu lagi. Oh -apakah Sadam masih kekasihnya, mengingat dia sudah diabaikan.

Pelajaran renang akhirnya tiba. Berlangsung selama satu jam di jam akhir sebelum bel pulang berbunyi. Semua siswi mengganti pakaian dengan baju renang one piece lengan panjang warna hitam dengan garis pink di pinggang sesuai ketentuan sekolah. Sedangkan para siswa mengenakan setelan one piece yang sama berwarna hitam pula namun dengan lengan pendek dan garis strip biru.

Tiga kelas bergabung menjadi satu, dengan dua instruktur senam. Para siswa dilatih oleh instruktur pria, sedangkan para siswi dilatih oleh instruktur wanita. Antara siswa dan siswi dipisah di kolam berbeda dan terdapat pembatas berupa loster panjang sehingga masih dapat melihat satu sama lain.

Tak ada yang menarik terjadi. Serell sesekali mencelupkan kedua kakinya bermain air di tepian kolam dalam. Dia berusaha melawan traumanya perlahan sekaligus sebagai upaya mengalihkan pikiran dari Sadam.

Dia melihat Sadam di barisan siswa di kolam sebrang. Tak ada tanda-tanda bahwa Sadam akan menghampirinya dan meminta maaf. Sadam tampak fokus dengan pelajaran renang dan seperti sudah sangat lupa akan kehadiran Serell. Bagi Serell, semakin hari sikap Sadam semakin aneh. Namun dia belum menceritakannya pada kedua sahabatnya itu.

"Ser, gak coba masuk?" tawar Jihan sembari mengulurkan tangannya dari dalam air.

Serell menggeleng sambil terus menyibakkan kedua kakinya perlahan. Dia mungkin akan tertarik pada tawaran Jihan jika ada ban atau pelampung di sekitarnya. Sayangnya, ini adalah pelajaran renang yang serius sehingga tak mungkin ada ban di dekatnya. Dan lagi, semua temannya bisa berenang dengan lihai.

Jihan berusaha menggapai pegangan tangga untuk naik menemani Serell. Dia menyudahi latihannya karena dirasa dirinya kurang pemanasan pula. Selain itu, dia tampak aneh dengan sikap murung Serell yang tak biasanya.

"Kamu ada masalah? Apa ribut dengan Sadam? Dari tadi ... oh bukan, dari kemarin aku tak melihat kalian bicara. Apa benar?" cerca Jihan.

Serell hanya menanggapinya dengan senyuman. Dia tak tahu harus menceritakan masalahnya seperti apa. Sedetik kemudian, Jihan menoleh ke belakang.

"Wah, baru aja diomongin ... datang tuh!" tunjuknya dengan sedikit memajukan dagu ke arah kedatangan Sadam.

Seketika hati Serell berbunga-bunga. Dia yakin, pasti Sadam tak akan bisa mendiamkannya terlalu lama. Sadam sangat mencintainya, dia percaya itu.

Antara Serell dan Jihan saling bertukar pandang sebentar. Seolah Jihan sudah tahu, akar penyebab murungnya Serell adalah karena Sadam. Untuk itu, dia bermaksud memberikan waktu pribadi bagi keduanya. Jihan beranjak dari duduknya dan melompat kembali ke dalam air. Meliukkan badannya berenang menjauh.

"Latihanmu sudah atau belum?" tanya Serell membuka obrolan. Dia berdiri menjejeri Sadam dengan rambutnya yang basah. Serell tersenyum sendiri melihat kekasihnya datang dengan sedikit tetesan air dari ujung rambut yang disibaknya ke belakang. Menurutnya, itu seksi.

Masih dengan tatapan mata kosong, si dingin Sadam hanya menatap Serell lekat tanpa menjawab apapun. Dia berdiri mematung tak bergerak sedikit pun.

"Hei, kamu kedinginan?" Serell menempatkan dua tangannya di bahu Sadam lalu menggoncangnya perlahan. Masih belum ada jawaban.

Serell dibuat kesal karena sikap Sadam yang masih tak sesuai harapannya. Dia mendengus kesal lalu berbalik meninggalkan kekasihnya karena tak ingin semakin emosi karenanya.

Sesaat Serell melangkah menjauh, Sadam yang diam dari tadi meliriknya. Masih belum disadari, bahwa jiwanya sedang terkurung, digantikan jiwa lain oleh bell witch yang memanfaatkannya.

Dalam jarak dua langkah, Sadam yang dikiranya akan diam saja secara cepat mendorong tubuh Serell hingga terjerembap jatuh masuk ke dalam air kolam dalam. Dia yang tanpa ekspresi, meninggalkan Serell menjauh yang berteriak minta tolong dengan mengangkat tangannya.

"Tolong! Haaa ... Bllppp.. Tolong ...!"

Teriakan minta tolong Serell sontak ditanggapi oleh beberapa teman lainnya yang berjarak tak jauh darinya. Dia beramai-ramai mengusung dan menggiring tubuh Serell yang gemetar itu menuju tepi lalu disusul banyak teman lainnya yang telah berkerumun menyambut Serell untuk diangkat keluar kolam.

"Kamu bagaimana bisa hampir tenggelam? Kamu sengaja lompat gara-gara Jihan menawarimu berlatih bersama?" tangis Margin memeluk Serell, bersyukur temannya itu tak cedera.

Serell hanya diam. Dia tak ingin kedua temannya termasuk murid lainnya tahu bahwa Sadam telah mendorongnya ke dalam kolam. Semua tahu trauma Serell terhadap air, bahkan kekasihnya sudah pasti hafal itu. Jika Serell mengatakan yang sesungguhnya maka Sadam bisa mungkin mendapat skors sedangkan bulan depan rentetan ujian akan dimulai. Serell menggeleng lembut diiringi senyum untuk menyudahi kekhawatiran teman dan gurunya.

***