Shopia telah menghubungi keluarga korban tabrak lari di pasar tadi, bahkan Polisi telah mengurus dan menyelidiki kasus tabrak lari itu apakah direnakan atau tidak disengaja.
"Ibu Shopia kan, dimana ruangan Mama saya Bu?" tanya seorang pria muda yang tampa dengan raut muka cemas.
"Mari saya antarkan nak." ucap Shopiah. kemudian mereka berjalan menuju ruangan dimana disana ada dokter Rabia dan Kania.
"Dokter bagaimana kondisi Mama saya?" tanya laki-laki tanpan itu.
"Ibu anda memerlukan banyak darah dan akibat benturan keras dikepalanya menyebabkan ada gumpalan darah yang harus di angkat, Kami telah berusaha semaksimal mungkin tapi stok darah Golongan A habis, sepertinya darah yang disumbangkan oleh saudari Kanaya tidak cukup, Kami harus meminta persetujuan anda sebagai keluarga agar operasi segera dilakukan dan kalau tidak nyawa beliau akan terancam." ucap dokter Rabia menjelaskan.
"Saya dan adik perempuan bergolongan darah AB sama-sama seperti ayah saya, lalu bagaimana ini?" ucap laki-laki itu yang terlihat frustasi.
"Abang gak perlu hawatir saya akan bantu Abang, ucap Kanaya memenga punggung laki-laki yang nampak tidak menyadari kehadiran nya itu."
"Aurora ?" ucap laki-laki itu setelah mentap Kanaya.
Kanaya hanya memandang laki-laki itu dengan pandangan bingung.
"Maaf bang saya Kanaya, anak dari Uma Shopia." Ucap Kanya menjelaskan.
"Wajah mu sangat mirip dengan adik ku yang hilang." Ucap laki-laki itu yang menatap wajah Kanaya.
Shopia yang mendengar penuturan dari pria itu langsung menjadi cemas kalau saja benar Rara adalah adik laki-laki itu pasti Rara akan meninggalkan nya.
"Nak kamu salah Kanaya ini putri semata wayang saya." ucap Shopia yang bahkan langsung memeluk Kanaya sepeti orang cemas.
"Uma tidak perlu cemas, Rara akan selalu menjadi putri Uma dan bapak sampai kapanpun." ucap Kanaya yang menyadari kecemasan ibunya.
"Iya nak kamu memang anak Uma yang sangat pengertian." ucap Shopia menjadi tenang mendengar ucpan Kanaya.
"Uma bolehkah Rara bantuan ibu yang sedang sakit itu?" ucap Kanaya yang meminta izin pada Shopia.
"Tentu saja nak, Kau tidak perlu ragu dalam menolong orang dalam kebaikan." ucap Shopia membelai rambut anaknya denagn penuh kasih sayang.
"Terimakasih bu telah mengizinkan Aurora...., hemmm.. maksud saya Kanaya. Perkenalan nama saya Reyhan." ucap Ray memperkenalkan diri.
"Iya nak, Ayo sebaiknya kita mengambil tindakan cepat sebelum keadan kondisi Bu Rahma semangkin parah." ucap Shopia.
"Iya Bu". Ucap Rayhan.
Rayhan yang langsung mendatangi surat persetujuan akan Mamanya yang akan di operasi sedang Kanya akan ikut kedalam ruangan Operasi agar donor darah dapat dilakukan secara langsung sesuai anjuran dokter.
"Baik ayo segera kita mulai operasi nya, Saya sarankan agar keluarga pasien mendokan yang terbaik untuk kesembuhan Bu Rahma." ucap dokter Rabia didepan Ray dan shopia sebelum pintu ruangan UGD itu ditutup oleh suster.
"Saya akan selalu mendoakan yang terbaik untuk mama saya dok." ucap Rayhan dengan mata berkaca-kaca tanpa menatap dokter Rabia yang menguntungkan masker wajah itu.
"Nak maaf sebelumnya, kenapa suami dari Bu Rahma tidak datang?" tanya Shopia.
"Mama saya telah berpisah dengan Papa saya yang gila kerja itu Bu!" Ucap Ray Yeng terlihat emosi mengingat Papanya.
"Maaf ya nak. Jika saya terlalu lancang bertanya." ucap Shopia yang menyadari bahwa telah salah bicara.
"Ibu tidak perlu meminta maaf, Saya memilih untuk tinggal bersama ibu saya dan Adik-adik perempuan saya bersama ayah saya. Sayangnya Papa saya itu melarang ibu untuk bertemu dengan adik-adik saya ternyata penyebabnya salah satu adik perempuan saya hilang di bandara saat ayah saya melakukan perjalanan bisnis." Ucap Ray menceritakan kisah keluarga nya pada Shopia.
"Apakah adikmu itu hilangnya di bandara internasional Soekarno Hatta nak?" tanya Shopia yang penasaran sekaligus juga takut mengetahui fakta itu.
"Iya Bu, adik bungsu saya hilang disana." ucap Rayhan yang menatap kedua mata Shopia yang terlihat cemas.
"Apakah ibu mengetahui sesuatu?" tanya Ray yang mencurigai sikap Shopiah yang terlihat sangat cemas.
"Tidak nak.., tidak.. tidak, saya tidak mengetahui apa pun." ucap Shopia berusah untuk menutupi kepanikannya.
"Kenapa Ibu tiba-tiba terlihat cemas dan ketakutan seperti itu?" tanya Ray.
"Saya mau ke toilet sebentar." ucap Shopia yang kemudian meninggalkan Ray.
"Sangat mencurigakan sekali, apa mungkin Kanaya itu adalah Aurora adik bungsuku yang hilang?" tanya Rayhan pada dirinya sendiri.
Operasi yang telah dilakukan selama 4 jam. Ray dan shopia pun tampak menunggu didepan ruangan UGD itu dengan cemas dan tak lama kemudian dokter Rubia keluar dari ruang operasi.
"Bagaimana keadaan Mama saya dok?" ucap Ray yang mencemaskan ibunya.
"Alhamdulilah operasi berjalan lancar, kita tinggal menunggu pasien siuman. Seperti saudari Kanaya juga membutuhkan banyak waktu untuk pulih karna darahnya banyak diambil." ucap dokter Rabia menjelaskan.
Rayhan menjadi cemas duabkali lipat mengetahui bahwa Kanaya yang kemungkinan besar merupakan adiknya yang hilang itu.
"Tapi dok, Kanaya baik-baik saja kan?!" tanya Ray kembali.
"Insya Allah semua akan baik-baik saja. Sebaiknya saudari Kanaya juga harus banyak istirahat dan makan-makan yang bergizi untuk membantu darahnya bertambah dan stabil." ucap Rabia.
"Dok apakah boleh kami menjemuk mereka sekarang?" tanya Shopia yang sangat mengkhawatirkan anaknya.
"Boleh Bu, tapi tunggu nanti setelah keadaan pasien lebih stabil. Mereka berdua akan di pindahkan diruangan yang bersebelahan." ucap dari Rabia.
"Saya telah mengurus administrasinya tadi dok, tolong lakukan yang terbaik untuk mereka berdua. " ucap Ray dengan cemas dan khawatir.
"Anda tidak perlu terlalu khawatir atas izin Allah Bu Rahma dan saudari Kanaya pasti akan baik-baik saja." ucap Rabia yang tersenyum manis.
Senyum manis dari dokter Rabia mampu membuat Ray menjadi tenang, dan bahkan Ray secara tidak sadar memperhatikan dokter Rabia secara intens.
"Hemmm... maaf saya Bu, saya akan kembali keruangan ibu jangan cemas saudari Kanaya adalah wanita yang kuat." ucap Rabia pada shopia.
"Iya donk terimakasih" ucap Shopia yang lebih tenang dari sebelumnya.
Sementara Ray dari tadi terpaku akan persona dan kebaikan hati dokter Rabia yang tampak sangat cantik dengan balutan hijab pasmina biru itu.
"Nak sebaiknya kita ikuti saran dokter untuk menunggu keadaan pasien stabil, sebaiknya kamu makan siang dulu nak pasti dari tadi kamu belum makan." ucap Shopia.
"Nak, nak Rayhan?" ucap Shopia yang menggil-manggil Rayhan yang sepertinya sedang melamun.
"Iya Bu.." ucap Rayhan tersadar setelah kehilangan jejak dokter Rabia.
"Kamu baik-baik saja kan nak?" tanya Shopia.
"Iya Bu saya baik-baik saja" ucap Ray.
"Tapi nak Rayhan tidak mendengarkan saya tadi, mungkin nak Rayhan sedikit lelah dan lapar, sebaiknya bak Rayhan makan dikantin rumah sakit ini saja. Saya akan menjaga bu Rahma dan Kanaya sementara kita akan bergantian nanti." ucap Shopia.
"Iya Bu...," ucap Ray tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Fokusnya hilang karna memang belum makan sejak tadi pagi.