"Asalamuaikum Sayang, gimana kabar....mu..?" kata Ayana yang baru saja memasuki rumah putra semata wayangnya itu.
"Waalaikumussalam, maaf nyonya, eh.. maksud saya Bu. Pak Al sedang di atas." kata Kanaya sedikit gugup karna pandangan dari perempuan paru Bayah itu seperti ingin mengulitinya.
"Sejak kapan putraku berani membawa anak perempuan orang kedalam rumahnya?" pikir Ayana yang mengoreksi penampilan Ayana dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Kau siapanya putraku?" kata Ayana menatap kedua mata Kanaya yang sepertinya merasa kurang nyaman.
"Maaf Bu saya hanya....". ucapan Kanya terpotong karna tiba-tiba Al datang berteriak dari lantai atas.
"Asalamuaikum ma..., kapan datangnya kok gak bilang-bilang si?" kata Al tersenyum sambil mencium tangan mamanya.
"Waalaikumussalam dasar anak nakal, gak pernah gasih kabar, sekarang malah bawa anak gadis orang kerumah sudah berapa lama kalian pacaran kan udah mama bilang langsung nikah aja pacarannya nanti habis nikah aja?" kata Ayana sambil menjewer kuping anaknya itu.
"Maaf Bu, pak saya izin kebelakang." kata Kanaya yang merasa kurang nyaman akan akan kondisi dan situasi yang sangat membingung kan ini.
"Eh, kamu kok malah kabur yang, bantuin aku jelasin ke mama dong, Ma..... lepas bentar telinga Al putis, sakit ni.... Al mau jelasin." kata Al sambil sebelah tangannya mengusap telinganya yang lepas dari jeweran Mamanya sedang tangan satunya untuk menahan Kanaya agar tidak kabur.
"Jelasin sekarang juga." kata Ayana yang telah meletakkan kedua tangannya didepan sambil memandang Al dan Kanaya dengan intensitas.
"Ma... dia ini Rara, gadis kecil yang sering Al bully dulu karna hanya ingin Rara lebih dekat dengan Al, sekarang Rara akan menjadi istri Al." kata Al yang tersenyum pada Mamanya.
"Rara.....?, emang Rara mau nikah sama Al?" kata Ayana dengan nada lebih lembut bertanya pada Kanaya yang mempunyai nama panggilan kecil Rara itu.
"Saya hanya..... teman masa kecil pak Al dulu, dan sekarang saya hanya asisten dan sekertarisnya saja." jawab Rara sambil tersenyum.
"Kenapa Rara tidak ingin menjadi istri Al?" kata Ayana yang tiba-tiba berwajah sedih.
Ayana sangat mengenal Rara atau Kanaya, yang dulu merupakan seorang bocah manis yang memiliki pipi tembem, Al menyukai Rara sudah lama bahkan ketika sakit pun Al sering mengatakan bahwa suatu saat nanti yang merawatnya adalah Rara karna hanya Rara yang akan menjadi istrinya sedangkan mama cukup merawat ayah saja, kata-kata Al atau Husi kecil masih begitu lekat di kepal Ayana.
"Maaf Bu, saya tidak bermaksud menolak tapi memang kami baru bertemu kembali dan pak Al tidak pernah bilang ingin melamar atau menikah dengan saya sebelumnya." kata Kanaya yang bingung dan tidak tega melihat wajah sedih dari ibu dari bos nya ini.
"Kau dengar itu Al?" kata Ayana yang memang anaknya yang terlihat hanya menggaruk kepala bagian belakangnya yang tidak gatal.
Al memang belum pernah bilang serius tentang akan melamar Kanaya karena Al pun baru saja menyadari bahwa Rara dan Kanaya adalah satu orang.
"Kalau begitu lupakan saja Al, ayo nak Rara bantu mama memeriksa makan apa yang bisa kita buat didapur rumah ini." Kata Ayana sambil menarik Kanaya kearah dapur dan mengabaikan putranya itu.
"hemmmm iya Bu, eh maksud saya iya Mama." ucap Kanaya setelah melihat Ayana kurang setuju dipanggil Kanaya dengan bu, dan kemudian Kanaya menganti panggilan itu dengan Mama, yang membuat Ayana tersenyum lebar padanya.
"Mama kok menculik Rara dari Al? Rara kan cuman milik Al aja!" kata Al yang mengikuti Mamanya dan Kanaya berjalan kearah dapur.
"Sejak kapan Rara milikmu, ngelamar aja belum pernah!" kata Ayana yang menatap sinis Al.
"Ooh iya rencana nya nati sepupu Al mau main kesini namanya Leon dan Lukas, Rara mau kan kenalan ama mereka mereka tampan loh." kata Ayana tersenyum pada Kanaya dan juga menjaili anaknya itu apakah masih akan membully Kanaya seperti dulu lagi jika ada laki-laki yang lebih menarik perhatian Kanaya.
"Kanaya gak masalah temenan ama siapa aja yang penting orangnya baik. Kanaya mau aja kenalan bahkan sahabatan ama siapapun Ma". kata Kanaya dengan tersenyum manis membalas senyuman Ayana.
"Gak boleh. Kanaya cuman milik Al." kata Al yang sudah mulai terpancing emosi.
"Mama kan gak minta pendapat kamu Al, oh iya kamu udah rapi gini gak jadi kekantor Al?". tanya Ayana pada anaknya yang terlihat marah itu.
"Gak Al gak akan pergi kemana-mana kalau gak sama Kanaya, Kanaya kan asisten sekaligus sekertaris Al ma jadi Al harus bareng Kanaya terus." kata Al yang ngeles tapi gak berani bilang aja mau deket Kanaya terus.
"Ya kan cuman sehari gak papa kalau Kanayanya mama pinjem bentar, kami mau cerita-cerita bareng. Lagi pula kamu biasanya juga sendiri kan gak ada masalah Al ?" kata Ayana yang ingin menjahili anaknya itu, ingin mengetahui sejauh mana Al akan mempertanyakan keras kepalanya saat dekat dengan Kanaya .
"Tapi ma itukan dulu sebelum Al bertemu dengan Kanaya, sekarangkan beda Al gak bisa jauh-jauh dari Kananya". kata Al yang bisa bersifat dingin bahkan acu tak acuh malah berubah menjadi ke kanak-kanakan karna Kanaya.
"Maaf pak sebaiknya bapak kekantor aja ya, biar Kanaya disini aja untuk nemenin Mama masak. Kanaya kan cuman masak dan gak kemana-mana masih tetap dirumah bapak." kata Kanaya dengan raut muka menyakinkan Al.
"Gak mau, Pokoknya kamu gak boleh jauh dari saya." kata Al dengan kekeh bahkan udah dihadapan Kanaya sambil memegang kedua tangan Kanaya .
"Belum muhrim jangan pegang-pegang." kata Anaya yang memukul tangan anaknya itu dengan galak.
"Aw, sakait tau ma." kata Al yang mengadu karena Mama nya dengan tega memukul tangannya dengan kencang.
"Ayuk kanaya kita bikin ayam balado, tumis kangkung, ama sup pentol sosis aja, abaikan saja dia." kata Ayana tanpa memedulikan anaknya yang tiba-tiba menjadi manja itu.
Al hanya duduk di kursi dekat dapur mandangin Kanaya yang ternyata sama-sama jago sepeti mamanya dalam hal memasak, Al rela tidak kekantor hari ini karna tidak rela pujaan hatinya itu digoda oleh kedua sepupu sengkleknya itu. Al sebenarnya sangat ingin membantu Kanaya memasak tapi karna pandangan mamanya yang dari tadi seperti laser seakan ingin membakarnya hanya dengan tatapan.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, tante.... keponakan tante yang ganteng ini udah datang membawa pesanan Tante." kata Lukas dengan suara berisiknya. sedangkan Leon hanya diam setelah mengucapkan salam berbarengan dengan Lukas tadi.
"Waalaikumussalam, ngapain Lo teriak-teriak dirumah gue, ini rumah bukan hutan." kata Al dengan memandang malas kearah sepupunya itu. Al tepat hanya memandang Lukas karna Al tau sifat Leon yang beda tipis dengan dirinya tidak suka berisik dan irit bicara jika tidak penting.
"Hay kak maaf aku telat". kata Lisa yang baru saja muncul di depan pintu.
"Dasar kayak siput loh dek, kelamaan dandan di mobil." kata Lukas dengan tampang malas nya.
"Apaan si kak Lukas yang namanya perempuan tu harus terlihat cantik, iyakan kak Leon?" kata Lisa yang meminta persetujuan kakak angkat yang lain.
"Iya." jawab Leon dengan singkat padat, jelas dan datar.
"Kalian mau pada masuk atau disini aja, aku mau kembali ke dekat sumber kehidupan ku dulu." kata Al yang langsung meninggalkan sepupunya itu.
"Kak Al tungguin Lisa ikut...," kata Lisa yang ngikutin Al karna rasa penasaran nya.
"Ya elah kok kita ditinggal sih?" kata Lukas, kemudian karna melihat Leon yang malah duduk di sopa yang fokus pada handphone, membuatnya juga fokus pada gemes dan duduk disamping kembar nya itu disopa.
Di dapur Kanaya sedang ngelamun.
flashback on
" Kamu Kanaya Sabnie Amora? kuliah di UI jurusan psikologi S1 IPK 4 ?". kata seorang pria yang tengah sibuk mengkoreksi data-data Kanaya yang akan di interview untuk dapat berkerja di perusahaan.
"Isya Allah saya siap pak." kata Rara sambil melihat gerak-gerik bosnya yang terlhat sangat teliti mengkoreksi berkas sampai tidak sempat melihat wajahnya.
"Kamu tidak cocok kerja disini!" kata laki-laki itu dengan nada datar.
"Artinya saya tidak diterima berkerja disini ya pak?" kata Kanaya dengan nada sedih.
"Tidak juga, karena nilai kamu yang lumanya bagus." kata Al dengan datar kemudian melihat foto pada dokumen wanita yang di interview nya itu dengan saksama Sepertianya wajahnya mirip dengan seseorang, kemudia Al memutuskan untuk menatap wajah wanita yang ingin melamar kerja sebagai sekertaris dikantornya itu dan wajahnya membuat Al syok karana wanita itu sangat sederhana dan cantik.
"Pak itu artinya saya diterma jadi sekertaris ya pak,.. pak...,pak....., pak?. kata Kanaya yang melambai-lambai tangan kearah bosnya yang hanya diam seperti patung yang terus menatapnya dengan pandangan kosong.
"Tidak." kata laki-laki yang diketahui oleh Kanaya bernama Al-Hussein dari meja yang terdapat ukuran namanya.
"Baik pak saya permisi." kata Kanaya yang baru saja ingin berbalik membawa berkas lamaran pekerjaannya yang gagal tapi ada tangan yang menariknya dan membuat berhenti.
"Kamu tidak hanya menjadi sekertaris saya jika dikantor tapi juga akan menjadi asisten saja pada saat diluar kantor." kata Al dengan nada datar karna menahan gugup akan tatapan Kanaya yang tadi bingung kemudia tersenyum manis padanya.
"Terimakasih pak, kapan saya bisa mulai berkerja?" kata Kanaya dengan semangat dan tersenyum manis. Hal itu membuat Al mematung karna senyum manis Kanaya sama persis dengan senyum manis wanita kecil pujaan hatinya dulu.
"Hemmmm... kamu bisa mulai kerja dari hari ini." kata Al yang berusaha menetralkan kegugupan nya yang menyebabkan suaranya terdengar sangat dingin.
Ya Allah ternyata bos hamba ingi sangat suka besikap dingin dan berpandangan aneh, kuatkan la hamba agar bisah betah kerja disini, hamba tidak mau terus menyusahkan orang tua hamba, suara hati Kanya setelah mendengar suara bosnya sangat dingin itu.
"Ini catatan dari sekertaris lama, kamu harus atur semu jadwal saya!" kata Al dengan tegas dengan tanpa memandang Kanaya. Sebenar nya Al bukannya tidak mau memandang wanita dihadapan nya itu Al hanya berusaha untuk menguatkan perasaan nya agar tidak langsung memeluk wanita yang sangat mirip dengan Rara nya itu. Al hanya ingin mencari bukti dulu untuk meyakinkan hatinya.
"Sudah jam makan siang ayo kita makan di cafe!" Kata Al yang lebih tepatnya memberikan perintah mutlak dari pada ajak dengan nada suara yang datar dan dingin.
"Tapi pak, saya kan kariawan baru belum kenal dengan kariawan lainnya kenapa saya gak makan di kantin aja biar sekalian bisa kenalan ama kariawan lain, dan bapak bisa mengajak kariawan yang lebih senior dari saya." kata Kanaya yang menonjok secara halus, sebenarnya Kanaya hanya memikirkan bayaran di cafe pilihan bos nya ini pasti sangat mahal sedangkan Kanaya tidak memiliki cukup banyak uang.
"Saya ingin bersama mu bukan mereka." kata Al dengan datar dan kemudian menap kedua mata Kanaya dengan tajam, yang tentunya membuat Kanaya sangat gugup .
"Baa..baik... pak." kata Kanaya karna terlalu gugup sampai-sampai membuatnya menjadi gagap.
"Tunggu apalagi." kata Al yang membuat Kanaya kembali terkejut dan langsung keluar ruangan. Sementara dari belakang Kanaya Al tersenyum melihat tingkah Kanaya yang sangat menggemaskan baginya, lalu memasang muka datar kembali saat keluar dari ruangannya.
"Eh liat, sepertinya perempuan itu berhasil diterima menjadi sekertaris lihat bahkan pak Al mengikuti nya dari belakang. Bukankah biasanya pak Al yang selalu berada didepan dan selalu diikuti banyak orang? sok kecantikan banget?" kata Kariawati itu menatap punggung Al dan Kanya yang mulai menjauh .
"Penampilan perempuan itu terlalu biasa untuk jadi sekertarisnya pak Al yang disiplin dan super dingin sifatnya itu mana mungkin peduli dengan gadis yang terlihat desok sepeti dia!" kata Kariawati lain yang merupakan ungkapan terakhir dari kariawan disitu yang dapat didengar Kanaya.
"Astagfirullah halazimmm." kata Kanaya yang beristigfar mengelus dada sambil memejamkan mata, kemudia masuk kedalam mobil bosnya itu.
"Jangan dengarkan mereka, mungkin hari karna hari ini adalah hari terakhir mereka berkerja dikantor saya." kata Al dengan datar. Sebenarnya entah perasaan dari mana Al bisa merasakan bahwa perempuan bernama Kanya ini bisa membuat suasana hatinya berubah-ubah hanya dalam hitungan detik.
"Baik pak, Tapi bapak tidak perlu memecat mereka. keluarga mereka pasti sangat bergantung pada mereka dan Anda." ucap Kanaya dengan lirih.
"Baiklah, akan kupikirkan nanti sekarang ayo kita turun." kata Al yang kemudian telah turun terlebih dahulu karna telah sampai. Kanaya pun hanya membuntuti Al dari belakang.
"Tulisan pesan mu." kata Al setelah menulis pesanannya.
Kanaya ingin menulis menu termurah karna takut uang tidak akan cukup.
"Jangan hawatir saya yang akan membayar tulisan makanan semua makanan yang kau mau." kata Al yang terdengar sedikit lembut.
Kanya tetap memesan makanan yang paling murah karna tidak ingin merepotkan bos baru nya itu.
"Kanaya, Hay sayang apakabar?" kata laki-laki itu yang tiba-tiba entah dari munculnya datang ingin memeluk Kanya tapi keburu ditarik oleh Al sehingga tidak jadi dipeluk oleh laki-laki yang merupakan mantan Kanaya.
Kanaya sontak kaget, kemudian membenarkan posisi yang tadi nya berada dipelukan bosnya itu.
"Kenapa kamu muncul disini kita tidak punya hubungan apapun, bukah harusnya kalian bersyukur aku tidak menuntut kalian berdua?" kata Kanaya yang ingin menangis di pelukan hangat dari bosnya itu mengingat penghianat dari mantan pacarnya ini.
"Satpam tolong usir orang ini dan pastikan untuk tidak pernah menginjakan kakinya lagi disini." kata Al dengan datar dan tegas. kemudian kedua satpam pin datang untuk membawa Laki-laki yang membuat Kanaya hampir menangis itu keluar.
flashback off.
"Dia baik banget si, ternyata sifat dingin nya bisa berubah hanya dalam hitungan hari." kata Kanya yang senyum-senyum sendiri mengingat tingkah Al.
"Kanaya... kamu gak papa kan nak? dari tadi mama panggil kamu diem aj?" kata Ayana yang menatap Kanaya dengan pandangan hawatir.
"Kanaya baik-baik aja kok Ma, maaf tadi Kanaya ngelamun." kata Kanaya yang tersenyum malu pada ibu dari bosnya itu.