"Rara ayo nak hari sudah mulai siang, Rara jadi ikut Uma ke pasar gak?" tanya Uma yang dari tadi telah siap untuk ke pasar.
"Iya Uma, Rara udah siap kok." ucap Kanaya setelah keluar kamar dengan membawa tas selempang kecil.
"Bapak selalu pergi pagi-pagi banget ya Uma kalau pergi kesawahnya?" tanya Kanaya.
"Iya nak karna kalau semangkin siangkan panas nak, bapak selalu pergi pagi agar siang Nanti bisa langsung istirahat. " jawab Shopia.
"Mang, mang, angkot!" Ucap Uma menyetop angkot.
Setelah angkot berhenti Kanaya dan Uma shopia pun naik angkot dengan duduk bersebelahan bersama penumpang yang lain.
"Uma pasarnya selalu rame ya dari dulu?" tanya Kanaya.
"Iya nak yang namanya pasar pasti selalu rame, emang Rara jarang ke pasar ya kalau disana?" tanya Shopia.
"Iya Uma. Rara lebih suka ke Indomaret atau Alfamart aja karna pasarnya lumayan jauh." ucap Kanaya sambil tersenyum.
"Pantesan anak Uma ini sampai heran dengan pasar yang selalu ramai ternyata gak pernah ke pasar selama di tanah rantau." ucap Shopia.
"Hehhehehhehehehheheheh...., iya Uma Rara jadi anak manja di tanah rantau." ucap Kanaya.
Tiba-tiba angkot berhenti menandakan telah sampai ketempat tujuan. Rara dan Uma berserta penumpang lain pun langsung turun dari angkot dan mencari berbagai keperluan di pasar.
"Uma itu ada onde-onde nati kita beli ya Uma." ucap Kanaya yang bersemangat.
"Iya nak kita sekarang cari sayur dulu aja ya, beli onde-ondenya nati aja." jawab Uma Shopiah sambil tersenyum melihat anaknya yang masih sangat menyukai onde-onde sejak kecil.
"Siap Uma." ucap Kanaya sambil tersenyum dengan posisi tangan hormat.
"Kamu ini ada-ada saja nak," ucap Shopia yang tersenyum meliat tingkat anaknya.
Setelah memilih beberapa sayuran, buah dan ikan Uma dan Kanaya pun pergi makan siang diwarung sate ke sukaan Kanaya.
"Buk Sumi Assalamualaikum." ucap Kanaya pada pedagang sate langganan ibunya dari dulu itu.
"Waalaikumussalam, neng.. eh." ucap buk Sumi yang bingung.
"Satenya dua porsi mbak." ucap umi Shopia.
"Baik.... Mbak..., tapi perempuan bersama mbak ini siapa?" kata Bu Sumi yang bingung.
"Ya Allah mbak, ini Rara anak saya masak mbak lupa si?" ucap Shopia.
"Nak Rara udah sebesar ini?". Ucap Bu Sumi yang memegang wajah Rara.
"Iya buk, kok bisa-bisanya ibu lupa Ama Rara?" ucap Rara dengan muka pura-pura cemberut.
"Buk sum gak lupa kok nak, buk sum cuman gak nyangka aja nak Rara yang sering makan sate belepotan disini dengan pipi bakpao nya Sekarang tambah cantik dan langsing aja." ucap buk Sumi spontan.
"Rara biasa aj kok buk sum, Rara cuman jarang makan di tanah rantau untuk menghemat uang agar bisa buat biaya kuliah." ucap Kanaya dengan senyum Pepsodent.
"Rara udah lapar banget ni Buk sum... " ucap Kanaya memenangi perutnya yang keroncongan.
"Oh iya nak maaf, buk sum lupa. Buk sum akan bikin sate spesial buat nak Rara." ucap buk sum sambil tersenyum menuju tempat pemanggang sate.
"Yey...., Rara tunggu buk sum." ucap Kanaya yang bersemangat.
"Kamu tidak pernah berubah nak." ucap Shopia sambil menggeleng-ngelengkan kepalanya karna karna melihat tingkah anaknya yang bersikap kekanak-kanakan.
"Rara memeng tidak pernah berubah Uma, Rara masih suka makan banyak." ucap Rara sambil tersenyum.
15 menit kemudian Bu Sumi datang membawa 2 porsi sate, 1 porsi sedang untuk Uma shopia dan 1 porsi jumbo untuk Kanaya.
"Wah...wah... buk sum memang yang terbaik." ucap Kanya yang tersenyum melihat seporsi sate jumbo yang telah hadir dihadapan nya.
"Iya nak, kalau habis buksum bikin lagi kalau nak Kanaya belum kenyang." ucap Bu sum.
"Yang bener buk sum...," ucap Kanya dengan mata berbinar.
"Iya donk nak Rara yang manis." Ucap Bu Sumi sambil tersenyum menyubit kedua pipi Kanya.
"Habiskan dulu nak, gak baik berlebihan. Makanlah secukupnya!" ucap shopia mengingatkan anaknya.
Karnaya seporsi sate jumbo itu berisi 50 tusuk sate, shopia tidak yakin anaknya bisa menghabiskan 1 porsi sate jumbo itu.
"Hemmm... baik Uma." ucap Kanya.
"Haiklah mbak dan nak Rara selamat makan saya mau ke dapur dulu." pamit Buk sum.
Kanya susah payah menghabiskan sate jumbo itu, dan benar kata umanya Kanaya sangat merasa kekengan sekarang padahal baru setengah porsi.
"Udah kenyang nak?" tanya Shopia.
"Iya Uma, perut Rara udah gak muat " ucap Kanaya.
"Yaudah di bungkus aja bawa pulang ya" ucap Shopia.
"Iya Uma..." ucap Kanaya sambil tersenyum.
"Mbak satenya sisa ini tolong dibungkus ya Ama bakso satu porsi lagi tolong di bungkus ya," ucap shopia.
"Okay mbak" ucap buk sum.
brakkkkk... duaaaar...
"Wah sepertinya itu ada orang yang ketabrak, dan yang nabrak malah lari." ucap salah satu pelanggan buk Sumi di warung itu.
"Wah iya keluhannya ibu-ibu, ayo kita kesana memeriksa keadaan korban tabrak lari itu...," ucap pelanggan lainnya.
Kanaya dan Shopia yang merasa penasaran dan kasih pun juga turut melihat kondisi korban tabrak lari itu.
"Ya Allah, kepala ibu itu berdarah?" ucap Kanya yang sedang membatu memangku korban tabrak lari tersebut yang tidak sadarkan diri.
"Ayo nak sebaiknya kita bawa ibu ini ke rumah sakit." ucap Uma shopia.
"Saya bersedia mengantar ibu menuju rumah sakit menggunakan angkot saya." kata salah satu super angkot.
"Ayo pak langsung aja, kasihan ibunya." ucap Kanaya yang tiba-tiba menjadi panik karna wajah wanita paru baya yang di pangkuan nya itu bertambah pucat.
Beberapa orang membatu menggotong wanita paruh baya itu naik ke angkot. Kanaya dan Shopia mengatakan dan mengurus wanita paruh baya yang tidak sadarkan diri itu.
"Keluarga pasien?" ucap dokter Rabia yang menangani korban tabrak lari itu.
"Keluarga pasien belum datang dok, ibu saya sedang berusaha menghubungi keluarga korban tabrak lari ini." ucap Kanaya dengan cemas.
"Baik lah sekarang waktunya tidak banyak pasien mengalami koma, karna penentuan di kepalanya dan pasien juga kekurangan darah dan harus mendapatkan donor darah A positif secepatnya jika tidak nyawanya tidak akan tertolong. Rumah sakit ini kehabisan detik darah A, mungkin keluarga pasien bisa membantu pasien" jelas dokter yang bernam tag Rabia itu pada Kanaya.
"Dokter bisa mengambil darah saya saja dok kebetulan darah saya Bergolongan A , tapi saya tidak tau negatif atau positifnya dokter bisa memeriksanya dengan cepatlah agar nyawa ibu itu bisa tertolong." ucap Kanaya mendapatkan solusi.
"Baik, ayo ikut saya." ucap dokter Rabia.
Kanya di periksa beberapa menit dan ternyata darah Kanya cocok dengan pasien tersebut dan dokter mengambil darah Kanya sekitar 3 kantong.