Aira telah siuman dan sekarang semua orang sangatlah senang karena setelah 1 minggu tertidur atau lebih tepatnya kritis sekarang Aira sudah bisa tersenyum manis seperti biasanya.
"Mama..... Aira haus," ucap Aira dengan lemah bahkan terdengar seperti bisikan bagi bu Rahma.
Rahma yang tadinya sedang melakukan memikirkan keadaan putrinya sekarang kesadaran kembali ke dunia nyata dan menatap Aira dengan mata berbinar senang .
"Kamu haus nak?" tanya Rahma.
"Iya.. Mama..." Jawab Aira dengan suara pelan.
Dengan cepat Rahma mengambil air yang telah tersedia dimeja sampingnya itu dan membantu Aira untuk minum secara perlahan.
"Mama sangat senang kau telah sadar nak, jangan pernah berkata-kata lagi bahwa kau seakan-akan ingin pergi meninggalkan Mama." ucap Rahma sambil menggenggam pelan tangan Aira yang tidak terpasang selang infus.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ma...., ini Rara bawain makan siang dan mukenah buat Mama." ucap Kanaya yang belum menyadari bahwa Aira telah siuman.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, letak diatas meja saja terlebih dahulu nak." ucap Rahma dengan lembut.
Setelah meletakan beberapa barang bawaan Kanya kemudia menatap kearah Aira yang sedang tersenyum manis padanya walaupun wajah nya masih pucat.
"Aira.... kau sudah sadar?" katakan padanya bagian mana yang sakit aku kan segera memanggil kan dokter?" ucap Kanaya yang senang sekali panik akan keadaan Kakak perempuannya itu.
"Aku baik-baik saja kan selama ini ada Mama dan Adik ku yang menjaga ku." ucap Aira dengan pelan sambil tersenyum.
"Iya kau benar kami semua tentu akan selau mejaga mu, dan yang paling semangat menjagamu adalah Kak Arka. Dia bahkan selalu mengunjungimu setiap pagi, siang dan sore, dia baru saja pulang 1 jam yang lalu karena dipaksa oleh bang Ray untuk mandi kalau tidak mungkin dia akan sangat betah mununggu putri tidur ini terbangun."ucap Kanaya sambil terkekeh.
"Benarkah? tapi bukanya dia harunya kekantor?" tanya Aira.
"Dia rela membolos di perusahaannya sendiri demi menjaga putri tidur yang telah nyaman tertidur selama satu mingu ini." ucap Kanaya menaik turunkan alisnya karna melihat kakak perempuan nya itu yang tampak sedikit malu karena fakta ini.
Tiba-tiba pintu terbuka dan terdengar suara sapaan lembut dari seorang pria berjas putih yaitu dokter Adam datang untuk mengecek kondisi pasien nya atau lebih tepatnya kondisi Aira.
"Permintaan saya akan pengecek keadaan pasien." ucap Adam dengan ramah.
"Silakan dok", ucap Rahma sambil tersenyum.
"Dek Aira baru saja siuman ya? apakah ada bagian tubuh yang terasa sakit?" tanya Adam.
"Kepala saya sedikit pusing dan perut saya rasanya agak sedikit sakit." ucap Aira dengan jujur.
"Hal itu normal karena dek Aira baru saja siuman dan memerlukan waktu untuk istirahat yang lebih banyak dan sebaiknya juga segera makan dan minum obat, " ucap Adam setelah selesai memeriksa keadaan Aira dan kemudian menulis resep obat.
"Ini resep obatnya dan keluarga pasien bisa mengambil pada suster bagian resepsionis. saya izin pergi memerisa pasien lain." ucap Adam sambil tersenyum manis.
"Terimakasih dok, saya akan mengambil obat nya segera," ucap Kanaya dengan mantap.
Dokter Adam hanya mengangguk tersenyum manis dan kemudian meninggalkan ruangan itu.Tidak lama setelah kepergian Dokter Adam Arka datang membawa buah-buahan dan makan lain untuk sepeti bubur dan nasi untuk Aira dan Rahma.
"Assalamualaikum." ucap Arkan yang baru saya membuka pintu.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab Rahma, Kanaya dan Aira secara bersamaan.
"Aira alhamdulilah kamu telah siuman, tadi ibu tela buatin bubur buat kamu tentang benar kamu telah siuman." ucap Arka.
"Alhamdulilah ka.." ucap Aira.
"Oh iya, ibu juga bawai makan untuk tante dan Kanaya juga, Mama minta maaf gak bisa jenguk Aira sekarang karna Mama karena telah membuat janji dengan temanya tadi." ucap Arkan.
"Terimakasih Arka, sampai ucapan terimakasih Tante ke ibu kamu juga ya. gak papa kok lain kali aja kamu ajakin ibu kamu kesini ya," ucap Rahma tersenyum ramah.
"Hemmmm...., ada yang lagi bahagia nie.... pujaan hatinya datang." ucap Kanaya tersenyum menjahili Aira yang dari tadi terus menatap Arkan.
Aira yang sadar pun langsung mengalihkan pandangannya dari Arkan dengan pura-pura menendang benda lain.
"Apaan si Aurora... aku cuma liatin buah apel yang dibawa Arka itu kelihatan nya enak banget." ucap Aira mengalihkan pandangannya pada keranjang buah yang dibawa Arkan itu.
"Oh ini emng buat kamu kok, mau aku kupasin?" tanya Arka.
"Aira harus makan bubur dulu ya baru nanti makan buah setelah itu." ucap Rahma mengingat pesan doktor beberapa hari yang lalu.
"Aira juga pasti mau kok disuampin Kak Arka makan bubur...., Aku izin mengambil obat dulu...dah..." ucap Kanaya yang kemudian pergi meninggalkan tempat itu karna melihat Aira memelot kesal padanya.
"Tante boleh kan kalo Arka yang nyiapin Aira makan bubur nya?" tanya Arka meminta izin.
"Boleh dong nak. Oh iya Aira Mama mau keluar sebentar untuk menghubungi Papa dan Kakakmu untuk memberi tahu bahwa kau telah sadar dan baik-baik saja." ucaprahma yang kemudian meninggalkan ruangan itu.
"Ayo sekarang buka mulut!" ucap Arkam yang ingin menyuapi bubur buatan ibu nya tadi pada Aira.
Aira hanya menurut dan menerima suapan demi suapan dari Arka belum sampai 4 sendok Aira sudah merasa kenyang.
"Sudah cukup Arka..., aku sudah kenyang." ucap Aira.
"Tapi kamu baru saja makan 3 sendok ayolah satu sendok lagi." ucap Arkan meminta Aira.
karna tidak tega denga muka memelas sahabatnya itu Aira pun memakan bubur di sendok ke empat.
"Terimakasih aku sudah sangat Kanaya." ucap Aira yang tersenyum sambil menepuk pelan perutnya yang terlihat sangat rata.
Di kantin rumah sakit Kanaya membeli air minum terlebih dahulu karna merasa sangat haus dan tiba ada laki-laki yang mengambil botol bekas minumannya dan meminum air mineral sisa Kanaya tadi sampai habis, ya laki-laki itu adalah Al.
"Pak kenapa anda harus meminum air milikku, kenapa tidak beli sendiri?" ucap Kanya drngan kesal karna masih merasa sangat haus usai menjahili Aira dan Arka tadi.
"Kalau ada yang geratis kenapa harus beli?" tanya Al sambil menaikkan turunkan alisnya.
"Dasar bos pelit....." ucap denga spontan.
"Saya ini tidak pelit, saya hanya mau lebih dekat dengan kamu. Kamu mau beli apa ayo kita belanja apapun yang kamu mau sekarang." Ucap Al dengan santai sambil tersenyum memandang wajah kesal Kanaya yang sangat mengemaskan baginya.
"Sana pergi... saya gak butuh uang bapak, Sani ini bukan cewek matre!" ucap Kanya yang bertambah kesal dan kemudian meninggalkan Al pergi dari tempat itu.
"Sayang kamu salah paham, aku gak pernah ngangap kamu cewek matre..." ucap Al sambil mengejar langkah kaki Kanaya yang berjalan sangat cepat.