Setelah permintaan maaf Kanaya pada Shopia saat ini keadaan menjadi membaik karna bahkan Kanaya saat ini masih di rumah Uma nya yang tentunya di temani oleh Al.
"Sayang apakah sebelum kau bertemu dengan ku, harus ke pasar tradisional seperti ini tiap hari?" tanya Al.
Saat ini Al sedang ke pasar tradisional bersama dengan Kanaya lebih tepatnya Al yang telah memaksa untuk mengantarkan gadisnya itu pergi ke pasar tapi tidak terpikirkan olehnya bahwa pasar tradisional akan sepanas ini.
"Iya namanya juga pada tradisional ya kayak gini panas, berisik, bau, dan bermacam-macam ada di sini pak, jika anda keberatan anda bisa pergi pulang terlebih dahulu." ucapan Kanaya tanpa beban.
Tentu Al merasa sangat malu jika pulang tidak bersama dengan Kanaya nanti apa yang akan di pikiran oleh orang tuang angkatan Kanaya tentang dirinya yang takut dengan pasar tradisional yang panas dan sedikit berantakan ini.
"Tidak aku tidak akan meninggal mu...., tapi bisakah kita meninggalkan tempat ini secepatnya, maksud ku jangan terlalu lama pasti Uma dan bapak telah menunggu kedatangan kita di rumah untuk menunggu masakan mu sayang." ucap Al yang memberikan alasan.
Kanaya hanya menatap mantan bosnya ini dari ujung rambut sampai ujung kaki, setidaknya Kanaya merasa bersyukur laki-laki yang memiliki kebiasaan gila kerja ini masih memiliki pakaian santai seperti yang di kenakannya saat ini karena mungkin akan terlihat saat aneh jika berbelanja di pasar tradisional mengunakan pakaian formal.
"Jangan menatap ku seperti itu sayang, aku tau kalau Aku ini sangatlah tanpan dengan pakaian santai ini. Tapi sebaiknya kita segera berbelanja agar tidak terlalu lama di tempat ini." ucap Al tersenyum manis.
"Anda sangat percaya diri, ayo kita kesana sepertianya banyak ikan segar di sana." ucap Kanaya.
"Ikan....." ucap Al yang sedikit kaget. tapi sepertinya Kanaya lebih memilih menarik tangan Al agar terus mengikutinya.
Al sebenarnya sangat tidak menyukai bau amis pada ikan dan tentunya seumur hidup Al tidak pernah bermain seperti anak-anak pada umumnya karna waktunya di habiskan untuk belajar agar bisa mengurus perusahaan keluarga nya dengan baik.
"Mang ikan nila 1 kilo nya betapa?" tanya Kanaya.
"25 ribu aja neng, lagi murah ni neng biasanya sekilonya 35 ribuan." ucap sang penjual.
"kalau ikan gabus berapa kilo nya mang?" tanya Kanaya.
"30 ribuan aja neng, biasanya si 40 ribuan tapi buat neng cantik mamang kasih diskon deh." ucap sang penjual.
Al hanya memperhatikan interaksi Kanaya dan mamang pedagang ikan itu. Al sama sekali tidak bisa fokus ke yang lain selain fokus memperhatikan Kanaya yang sedang bertanya pada penjualan.
"Pak... jangan ngelamun dong, ni bantu bawain ikannya." ucap Kanaya memberi 2 pelastik ukuran sedang yang berisi ikan pada Al.
Sungguh jika yang melakukan hal ini bukan Kanaya pasti Al akan memilih mebuang 2 pelastik yang telah ada di tangannya saat ini karena tidak tahan dengan bau amis ikan tersebut.
"Mang jadinya ikan nila sekilo ama ikan gabus nya sekilo semuanya 50 ribu aja ya mang?" tawar Kanaya.
"Boleh de neng, lain kali belanjaan disini lagi ya tapi." ucap pedangan ikan itu.
"Siap deh komandan." ucap Kanaya sambil berpose lucu layaknya seorang prajurit yang sedang memberikan laporan pada atasannya.
"Hehhehehe..., bisa aja si emang ngelawak. selain cantik ternyata pinter ngelawak juga ya neng. Tapi pawangnya terlihat sangat ganas dari sini." ucap pedagang itu setelah melihat raut muka pria yang bersama pelanggan baru itu, yang sepertinya terlihat sangat tidak menyukai kedekatan nya dengan pembelinya itu.
"Hehehehe.... Mamang bisa aja, ya udah makasih ya Mang." ucap Kanaya yang kemudian pergi sambil menggandeng tangan Al tentunya agar Al tidak membuat keributan.
"Kok kamu berbagi senyum manis kamu ke orang itu yang...," ucap Al dengan nada memelas.
"Iya kan senyum itu ibadah pak." jawab Kanaya dengan santai.
"Iya tapi senyum nya jangan berlebihan tar kalo tu orang jatuh cinta dengan kamu gimana?" ucap Al.
"Mana ada jatuh cinta, Mamang itu bersikap ramah karna memang seharusnya seperti itu pembeli kan adalah ratu atau raja." ucap Kanaya asal.
"Yang..... tapi....." ucap Al yang terputus.
"Rara ya?" ucap seorang laki-laki yang mengapa Kanaya.
"Iya, siapa ya?" jawab Kanaya bingung.
"Denis kami lupa ya?, kita kan padahal udah sahabatan dari SMP." ucap laki-laki yang bernama Denis itu dengan raut wajah yang kecewa.
"Denis, tapi Denis kan pakaian kacamata dan badannya juga agak gendut." ucap Kanaya berpendapat.
"Iya dulu emang jelek tapi sekarang gue udah berubah dan gue pakaian softlens dan rajin olah raga." ucap Denis sambil tersenyum manis.
"Wah..., Lo sekarang jadi tambah tampan aja Den. Gue gak pernah nyangka bahwa Lo bisa berubah 180 derajat kayak gini." ucap Kanaya yang reflaks. Melepas tangan yang tadi mengandeng Al lalu memeluk Denis saking senangnya bertemu dengan sahabatnya itu.
Tentunya Denis membalas pelukan Kanaya dengan senang hati dan senyum manis. Al yang berada disamping Kanaya sudah mati-matian menahan emosi untuk tidak menghajar laki-laki yang bernama Denis itu karna telah membuat gadisnya itu lebih mementingkan laki-laki itu dari pada dirinyalah yang telah berkorban panas-panas an dari luar maupun dari dalam hati.
"Gak perlu pelukan terus juga." ucap Al dengan datar setelah memisahkan Kanaya dari laki-laki yang bernama Denis itu.
"Loh, kamu siapa berani-beraninya ngatur Rara?" tanya Denis dengan pandangan tidak suka pada Al.
"Gue calon suamainya." ucap Al datar dan memandang sengit Denis.
"Lo pikir gue percaya. Itu gak benar kan Ra?" tanya Denis pada Kanaya.
"Iya gue di jodohin ama dia," ucap Kanaya dengan jujur.
Tentunya Al tersenyum senang karna setidaknya Kanaya telah mengakui hubungan mereka di depan laki-laki yang masih bocah dan sangat songong padanya ini.
"Idih baru di jodohin aja bangga Lo..., Ra lokan bisa nolak kan?" tanya Denis.
Tentunya hal itu membuat Al sangat terbakar emosi dan melepaskan beberapa pukulan nya pada wajah mulus Denis.
"Duh... kok jadi berantem gini...," ucap Kanaya yang kebingungan.
Mereka terus saling memukul sampai Al mengalami sedikit luka di bibir di sebabkan karna pukul Denis dan Denis juga mendapatkan sedikit memar di pelipis kepalanya karna pukulan Al.
Saat Denis ingin membalas memukul wajah Al lagi dari jarak jauh Kanaya langsung menghadang dan membuat Denis menghentikan tindakan nya karna tidak ingin melukai Kanaya.
"Udah... cukup, jangan berantem lagi... Denis aku minta maaf karena Pak Al udah lepas kendali dan mukulin kamu. Ayo sekarang kita pulang dan obatin luka kalian." ucap Kanaya yang telah menarik kedua pria yang bertubuh besar itu untuk pulang.
Tentu kedua Pria itu mengikuti kemauan Kanaya dan juga membantu membawakan belanjaan untuk mendapatkan perhatian lebih dari Kanaya.