Saat ini Kanya, Al dan Denis sudah berada di rumah Uma Shopia dan tentunya karna Kanaya dan Shopia akan sibuk maka Kanaya meminta kedua laki-laki bertubuh besar itu untuk salaing mengobati luka mereka bergantian dan saling meminta maaf.
"Ini kotak P3K kalian bisa saling mengobati luka kalian masing-masing dan saling meminta maaf." ucap Kanaya.
"Gak mau minta maaf Yang, salah sendiri mulutnya itu gak tau sopan santun itu." ucap Al sambil menatap sengit Denis.
"Eh.... Om, siapa juga yang mau minta maaf orang yang jelas-jelas bersalah itu Om. Ra... kamu aja yang ngobatin aku..., aduh kepala aku kayaknya sakit banget nie.... gara-gara terkenal pukul keras." ucap Denis yang mencari simpati Kanaya.
"Jangan banyak alasan saling minta maaf sekarang dan saling bergantian mengobati atau kalian berdua saya usir dari sini dan saya tidak akan pernah bicara lagi dengan kalian." ucap Kanaya dengan tegas.
Kanaya sudah tau kalau Denis hanya berpura-pura sakit karna Denis memeng hobi berkelahi dan jago beladiri bahkan Kanaya sendiri pernah melihat Denis lebih parahnya dari kondisi sekarang saat sedang tawuran dulu Denah Siswa lain di sekolah.
Tidak jauh beda dengan Denis yang jago beladiri bahkan tadi Al terlihat sangat lihai menghindari serangannya Denis dan Al terkenal pukul di dekat bibirnya karena terlalu fokus memperhatikan Kanaya yang terlihat khawatir. Kanaya memutuskan bahwa kedua pria bertubuh besar dihadapan nya itu hanya berpura-pura sakit.
"Sayang, tapi....," protes Al terputus karna kata-kata Karnaya.
"Saling minta maaf atau pergi dari sini!" ucap Kananya dengan tegas pada kedua laki-laki itu. Bahkan Kanaya telah memandang kedua laki-laki itu dengan tatapan garang.
"Baiklah Om, maaf?" Ucap Denis dengan setengah iklas mengurkan tangan kedepan Al.
"Iya, aku juga minta maaf." jawab Al setengah iklas juga.
"Yang ikalas dengan tersenyum manis dan pelukan donk!" ucap Kanaya setelah melihat dengan tatapan malas kedua laki-laki itu.
Denis dan Al tentunya terpaksa memasang sekum lebar dan saling berpelukan ala laki-laki demi untuk memenuhi permintaan Kanaya tentunya.
"Nah gitu.... donk kan liatnya damai, aku mau bantuin Uma masak dulu. Jangan lupa obatin luka kalian ucap Kanaya yang kemudian menit kedua laki-laki itu dengan 2 cangkir teh dan kue kering serta sekotak P3K.
"Apa kamu Liat-liat? obatin sendiri jangan manja." ucap Al dengan galak.
"Idih Om, kepedean banget. Saya cuman mau ingetin bahwa Rara pasti akan mengobati ku kalau bukan karena ada Om di sini." ucap Denis dengan sewot.
"Saya bukan Om kamu dan menjauh lah dari calon Ibu dari anak-anak ku!." ucap Al dengan menap Denis dengan tatapan dingin dan mematikan.
Tentunya Denis yang melihat tatapan Al sedikit merasa terintimidasi tapi tetap tidak akan menyerahkan dengan mudah tentunya.
"Saya bukan anak TK yang hanya akan takut akan hanya dengan tatapan aneh mu itu Om." ucap Denis dengan berani.
Kemudian Denis fokus mengobati lukanya sambil memengang cermin yang terdapat di dekat meja ruang tamu yang tidak ajauh dari mereka. Kalau bukan karna Kanaya cinta pertama nya mana rela Denis membiarkan dirinya di gebukin oleh Al, walaupun Al lebih tangkas dari nya tapi setidaknya Al tidak memukulnya di bagian wajah. Sekarang Denis menjadi bingung bagaimana nanti sikap ayah dan ibunya jika mengetahui dia berantem lagi bisa-bisanya semua fasilitas hidupnya akan di cabut oleh ayahnya.
"Kalau bukan karena ada Kanaya tadi pasti kau telah menghabisi mu..., Om tua...!" ucap Denis dengan jengkel karna melihat memar didekat pelipis kiri dan pipi kanannya.
"Itu hanya sebuah peringatan kecil, Kalau Kanaya tidak ada di tempat itu.... aku akan langsung melenyapkannya mu ditempat tanpa berpikir 2 kali." ucap Al tidak kalah kesal.
Saat kedua laki-laki berbeda usia itu saling asik memandang sengit dan penuh permusuhan. lalu tiba-tiba Kanaya datang dengan tersenyum manis yang menurut kedua laki-laki itu fokus pada senyum manis Kanya dan melupakan permusuhan mereka.
"Kanaya dan bunda suda selesai masak, ayo kita makan bersama." ucap Kanaya sambil tersenyum manis.
"Ayo..." ucap Denis dengan semangat dan menuju ke ruang makan terlebih dahulu. Denis memang sering main kesini dulu untuk sekedar belajar kelompok atau belajar bersama Kanaya. Jadi sudah hapal betul Diman letaknya ruang makan ruang Kanaya.
"Pak Al, mengapa melamun? dan lukanya belum di obati?" ucap Kanaya.
Al Hanya melamun kearah Kanaya dengan tersenyum manis. Karena meliat Al yang hanya diam akanaya mengambil inisiatif nya sendiri untuk mengobati luka Al terlebih dahulu baru kemudian akan mengajaknya makan bersama.
"Jika hanya dengan sedikit goresan kecil seperti ini membantu mu selalu perhatikan dan selalu di dekat ku, maka Aku tidak akan pernah ragu untuk terluka lagi." ucap Al dalam hatinya yang kemudian tersenyum manis menatap wajah Kanaya yang tampa mengemaskan mengobatinya.
"Mengapa kau menggelengkan kepalanya mu terus sayang?" tanya Al dengan heran.
"Emmm.... tidak apa-apa." ucap Kanaya sedikit gugup. Tidak mungkin Kanaya berkata jujur bahwa dirinya sedang membayangkan mantan bosnya yang tampan itu melakukan ciuman panas dengannya tentu saja hal itu sangat memalukan.
"Kau sangat terlihat cantik, baik dan mengemaskan. Terimakasih." ucap Al sambil menarik gemas pipi kanan tembem Kanaya.
"Sama-sama..., ayo kita makan." ucap Kanaya yang sedikit gugup setelah menyelesaikan mengobati luka Al. Saat ingin membalikan badan untuk pergi tapi Al keburu melakukan tindakan.
"Emmuach, ayo....," ucap Al yang tersenyum manis setelah berhasil mencium pipi kanan Kanaya.
Kanaya tentu nya hanya diam karna bingung harus bereaksi seperti apa, ada persaan senang, kesal, dan gugup secara bersama sehingga membuat nya menjadi bingung dan memilih diam saja sampai mereka berduaan sampai ke meja makan dan makan bersama Uma Shopia dan Denis yang sedang makan terlebih tapi belum selesai.
"Ra..., lama.... banget si....kalian, aku....aja...udah nambah 2 piring ni..." ucap Denis sambil mengunyah makanan lnya.
"Iya tadi aku ngobatin luka pak Al dulu." ucap Kanya dengan jujur.
"Dasar Om manja, aku aja yang luka lebih parah diobati sendiri." ucap Denis yang sebenarnya merasa iri pada Al.
"Udah selesaikan makanan dulu.... ngobrolnya nanti setelah makan. Nak Al ayo dimakan ini masakan Kanaya semuanya...." ucap Shopia.
"Kan kita masak bersama tadi Uma." ucap Kananya menambah penjelasan.
"Iya Uma cuma ngiris bahan-bahan dan masak nasi aja, karena sisanya Kanaya semuanya." ucap Shopia sambil terkekeh.
"Baik Bu... terimakasih." ucap Al yang kemudian langsung makan dengan lahap karna mendengar ini semua adalah masakan Kanaya.
Setelah menyelesaikan makan bersama, Denis membuka obrolan.
"Masakan mu tidak pernah berubah dari dulu..... selalu enak dan menjadi favorit ku." ucap Denis dengan sengaja ingin memanas-manasi Al dengan membuktikan bahwa dirinya telah mengenal Kanaya lebih lama dari Al.
"Kau saja yang terlalu rakus dari dulu." ucap Kanaya.
"Ibu... benarkah bawa dari dulu Rara sudah jago masak?" tanya denis pada Shopiah.
"Iya nak, kalian kan sudah bersahabat dari kecil dan saling mengenal sifat dan hobi masing-masing." ucap Shopia sambil tersenyum.
Al hanya memandang singit kearah Denis yang terlihat sangat sombong karnah telah mengenal Kanaya lebih dulu dari dirinya padahal Al lah yang telah bertemu dengan Kanaya terlebih dahulu bahkan saat Kanaya kasih cengeng dengan wajah tembem mengemaskan nancantik itu.