Chereads / I.O : ABIGAIL / Chapter 22 - 22. KUTUKAN ABADI

Chapter 22 - 22. KUTUKAN ABADI

"Kau hanya mencintai raga nya bukan hati nya. Tapi, saat kau ingin mencintai hati nya, raga nya perlahan menghilang untuk selama nya..."... NickName

xxxxxx

Beberapa Jam Yang lalu...

"... Aku akan pergi untuk beberapa hari ke depan. Aku rasa itu tidak akan menjadi masalah bukan?!" Ved seakan membuat pertanyaan untuk diri nya.

Tak ingin membuang waktu dia melanjutkan kembali kalimat nya... "Baiklah aku mengerti. Aku sudah menyiapkan semua keperluan mu untuk beberapa hari ke depan. Dan juga jangan lupa memakan makanan yang telah aku siapkan..." Ujar nya dengan sibuk memeriksa pergelangan tangan nya... "Oke ini waktu nya. Aku berangkat. Dan satu lagi, aku harap kamu bersedia keluar sebentar dari sini untuk melihat apa yang ada di rumah kita saat ini. Sampai jumpa" Dia hanya bisa diam sambil menatap lurus ke arah Ved yang sudah pergi tanpa berbalik lagi.

xxxxx

Dengan perlahan kaki jenjang milik nya menuruni satu persatu anak tangga. Mata nya sesekali menatap ke arah depan dan ke bawah kaki nya. Ingin sekedar memeriksa bahwa diri nya menapak dengan tepat di atas anak tangga berlapis Marmer berwarna gelap ini. Sesungguh nya itu tidak terlalu penting.

Kini fikiran nya melayang sejenak, mengingat kembali sudah berapa lama dia di sini. Tetapi tak pernah sekali pun kaki nya menginjak kan kembali tempat ini setelah hari kedatangan nya. Dia hanya sibuk mengurung diri nya sendiri di dalam kamar tanpa mengenal rasa bosan sekalipun. Entah karena ucapan Ved tadi yang membuat nya langsung melakukan nya. Atau ada hal lain yang dia tak tau apa yang akan di lalui nya nanti. Entah lah...

Sekarang dia sudah ada di anak tangga terbawah. Seperti tak ingin menunggu kaki nya langsung berjalan menjauh dari sana. Diri nya saat ini sudah sibuk melihat interior yang ada di sana. Mereka terlihat sama seperti rumah lama nya. Tak ada yang berbeda, kecuali satu. Tak ada lagi Lukisan besar yang biasa tergantung bersama foto lain nya saat ini.

Dia yang tak memperdulikan langkah nya dimana. Kini sudah berada di depan pintu kaca milik nya yang bergorden putih bersih. Di saat melihat ke arah ganggang pintu itu. Ada banyak keraguan yang di miliki nya untuk langsung membuka nya. Dia memejamkan mata nya sejenak dan menarik nafas dalam. Lalu di buang nya dengan kasar. Sekarang dia merasa lebih tenang, tangan kiri nya langsung mengalihkan gorden itu ke samping.

Saat sudah dibuka nya. Pandangan nya langsung di manjakan dengan pemandangan Laut Nanbiru di depan nya.

Bibirnya tersenyum simpul... "Ah... Hari ini sangat cerah. Sayang? Aku akan melihat nya dari dekat. Apa aku boleh?"...

Tanpa menunggu lagi, dia dengan segera melangkah keluar. Kedatangan nya langsung di sambut oleh Sang Angin dan Kicauan Burung Camar. Bahkan bau lautpun tak luput ikut di rasakan oleh nya.

Dia membuka tangan nya lebar. Ingin merasakan semua nya dengan tenang. Bahkan kali ini dia tersenyum lebih cerah dari sebelum nya.

"Sayang? Ini sangat menyenangkan. Aku akan membawa mu kesini. Lihat lah..." Dia menatap ke arah laut... "Mereka sangat indah bukan?"...

Di saat dia menikmati itu semua, tiba-tiba senyuman nya hilang. Ekspresi wajah nya berubah menjadi serius.

"Kau menemukan ku lagi?..." Suara nya terdengar datar.

Hening tak ada jawaban sama sekali.

Dia memutar bola mata nya kesal... "Jangan bersembunyi, Samael!!!" Dengan menekan nama nya seketika itu, seseorang langsung muncul tepat di samping kiri nya. Dia berpakaian serba hitam. Meskipun wajah nya terlihat tampan, tetapi tetap saja aura gelap di sekitar nya menutupi itu.

"Hah!!! Aku ketahuan ya... Hehehe..."...

Dia langsung melihat sinis ke arah lawan bicara nya. Di saat seseorang bernama Samael tertawa. Gigi taring milik nya langsung terlihat dengan jelas dan itu sangat menyeramkan bagi mereka yang tak biasa melihat nya.

"Berapa lama kau ada disini?" Dia berjalan menjauh dari nya.

Samael berbalik menatap kearah nya. Dapat di lihat nya Laki-laki bertubuh tinggi di depan nya sama sekali tidak berubah. Masih sama seperti dulu, tak menyambut nya dengan ramah... "Sangat susah mencari mu. Apa tidak ada pelukan rindu untuk ku?" Secara perlahan dia melangkah mendekat. Tetapi, tetap saja Samael memberi jarak untuk mereka.

Dia tak menjawab sama sekali. Ia menatap Laut di depan nya dalam diam. Mereka terlihat bersenang-senang dengan gulungan ombak kecil nya.

Samael tau, kedatangan nya tidak di terima. Tetapi, dia tak memperdulikan hal itu. Apapun cara nya, dia akan selalu mencari seseorang yang ada di depan mata nya saat ini.

"Apa kau masih mencari nya?" Pertanyaan Samael membuat nya berbalik. Dengan garang dia menatap ke arah Samael.

"Pertanyaan bodoh macam apa itu? Hah?..." Dia mengepal tangan nya marah.

Samael yang melihat reaksi nya tersenyum pelan... "Sampai kapan kau mau menjadi pemarah?" Batin nya... "Oke aku salah. Maaf atas pertanyaan bodoh ku..." Mencoba menenangkan. Meskipun dia tau itu tidak membantu sama sekali.

Masih dengan tatapan tajam nya... "Pergi... Anggap kita tidak pernah bertemu dan berbicara seperti ini..." Ia tak mau berurusan dengan Samael saat ini. Belum saat nya.

Samael menggeleng tak setuju... "Mau sampai kapan? Kau bahkan tidak pernah tidur setelah kejadian itu"...

Mendengar perkataan nya, dia tersentak. Benar sekali, entah sejak kapan itu dimulai. Dia tidak bisa tertidur sama sekali, seperti kutukan bagi mereka.

Samael yang melihat itu tak tega... "Kau bisa meminta bantuan ku atau..."...

Ucapan nya di potong cepat... "Tidak akan pernah sama sekali. Aku bisa sendiri dan juga Veddira masih bersama ku. Kau dan yang lain tak perlu ikut campur"...

Samael tau dia akan berkata seperti itu... "Kau masih sama seperti dulu. Buang rasa marah yang tidak ada guna nya itu"...

Dia mendengus dengan berbalik menatap Laut. Dada nya berdetak tak tentu arah. Fikiran nya mengingat kembali memori buruk itu. Di tekan kepala nya kuat. Dia benci ini... "AKHHH!!! SIAL!!!" Teriak nya frustasi. Suara nya membuat air Laut berubah menjadi tenang.

Samael diam tanpa dapat berbuat apapun. Ada perasaan bersalah di hati nya. Samael tau, itu bukan hanya kesalahan diri nya sendiri saja.

"Maaf kan aku. Harus nya aku..."...

"KAU DATANG DENGAN SEMUA OMONG KOSONG INI!!! APA YANG KAU INGIN KAN!!! HAH!!!" Hardik nya tanpa berbalik. Badan nya bergetar, semua yang ingin dilupakan oleh nya kini teringat kembali.

Kini rasa bersalah itu semakin besar... "Aku tidak bisa meninggalkan mu begitu saja. Maaf kan aku"... Samael menunduk sopan.

"Aku tak butuh belas kasihan dari mu..." Dia menjawab tanpa ekspresi... "Aku bahkan tidak akan pernah mati karena ini hahaha... Jadi? Apa yang akan kau cemas kan? Jangan membuat ku tertawa..." Dia mencibir dengan dingin.

Tentu saja Samael tau, dia tidak bodoh sama sekali... "Memang tidak akan pernah..." Ucap nya rendah... "Tetapi, kau akan memohon dengan -Nya cepat atau lambat. Bukan kah aku benar?"...

Hening. Sekali lagi itu benar. Jika dia tidak dapat menemukan nya. Dia akan memohon untuk itu. Di buang nafas nya kasar... "Kau tau? Aku menunggu hari itu tiba..." Dia tersenyum sambil menatap ke atas. Seakan-akan dia berbicara dengan yang lain juga.

"Aku tidak akan membiarkan itu" Samael menatap nya tajam.

"Hah!!!... Bukan kah kita membahas topik yang sangat membosankan? Hanya dia yang tau..." Seakan tatapan nya dapat tembus ke atas langit... "Apa yang sudah aku lewat kan selama ini. Hanya karena sekarang aku tidak menemukan nya, lantas aku akan menyerah? Tidak akan. Aku disini untuk mencari dia. Tetapi, "Dia" juga milik nya. Itu berarti, aku juga harus menemukan nya? Aku benar bukan?" Dia tersenyum sinis. Samael faham apa yang di katakan oleh nya.

"Maka aku akan membantu mu... Beri aku perintah, hanya itu..." Lagi-lagi. Samael tidak ingin menyerah sama sekali.

Lawan bicara nya menggeleng pelan. Kini dia tersenyum dengan manis... "Tidak... Kali ini aku akan menemukan nya. Mari kita bertaruh, aku akan membuka takdir yang baru untuk kami. Bukan begitu Raziel?"...

Samael membulat kan mata nya terkejut. Dia tak ingin ini terjadi. Kenapa dia harus menantang "Dia Yang Sudah Tau Akan semua nya". Walaupun Samael tak setuju, lagi-lagi dia tidak bisa berbuat apapun. Sekarang dia hanya bisa melihat perkembangan mereka dari belakang. Sampai hari dimana dia akan menyerah. Dan meminta bantuan nya.