"Dasar pria gila"
Alice mendesis kesal, wajahnya jadi merungut-rungut marah karena sikap pria-pasangan-kencan-butanya tadi itu.
"Sialan. Aku benar-benar kesal saat ini" teriak Alice frustasi sembari mengacak-acak rambutnya.
Berulang kali dirinya mendecakkan lidah, membuktikan bahwa ia tak bisa memadamkan rasa kesal di dalam dirinya yang masih menggelora.
"Sudahlah. Lupakan saja" ujar Kei santai.
Alice lalu memberi Kei tatapan tajamnya, mengerutkan alis dalam-dalam.
"Apa kau sendiri bisa melupakan kejadian tadi?" tukasnya sengit.
Kei jadi seperti sasaran amukan Alice. Kei tertawa agak keras namun sedetik kemudian mengadu kesakitan karena jahitan luka di perutnya terasa seperti bergesekan.
"Kau tak apa?" Alice jadi cemas dan khawatir karena Kei yang tiba-tiba meringis menahan sakit.
"Aku baik-baik saja. Tadi juga sudah minum obat" balasnya.
Alice masih tampak khawatir, seolah-olah Kei menyembunyikan kenyataan bahwa lukanya itu teramat perih.
