Setelah mendapat kabar seperti itu. Rafi dan Dira kembali ke kantor, raut wajah Rafi terlihat cemas, dia terus menggerakkan jari-jarinya.
Keduanya saling tidak berbicara, saat di perjalanan. Mereka pun berpisah ketika sampai di kantor. Rafi segera menyelesaikan tugasnya.
Tubuhnya terasa lemas kepalanya pun mulai pusing. Matanya kunang-kunang ketika melihat gambaran yang ada di atas meja.
"Makan dulu jangan menyiksa diri," kata teman se kantornya.
"Wah ... terima kasih Pak Bagus," ujar Rafi segera makan. Untuk membuat pikiran tenang dia pun memutar lagu.
"Aku pernah berpikir tentang hidup ku tanpa ada dirimu. Ahg ... Ariana ...." gumamnya yang kembali teringat. Setelah belenggu itu datang, dia segera menepis dengan menyibukan diri.
Persegi panjang mulai di garisnya, dia menghitung secara detail berapa ruangan yang harus menjadi tempat. Setelah setengah jam, dia segera memberikan itu kepada Dira. Rafi pun bergegas ke ruangan Dira.