Suasana sangat rame, Anna memandangi rumah besar itu. Dia turun dari mobil dan berpas-pasan dengan gadis berhijab yang sedang menjagang motor scoopy.
"Alhamdulillah ...." suara Oma sangat bahagia.
"Assalamualaikum Oma," kata Anna menghampiri dengan langkah cepat dan memeluk Omanya.
"Wa'alaikumsalam," jawab Oma mengecup pipi Anna. Andra meraih tangan Oma lalu masuk.
Gadis cantik itu berdiri di belakang Anna.
"Aisyah," ucapnya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.
"Anna." Anna menjabat tangannya dengan tersenyum hangat.
"O ... yang dibilang Rafa kan?" tanya Oma, gadis itu tersenyum. "Mari," ajak Oma berjalan lebih dulu. Anna melihat barang-barang yang belum diturunkan.
"Silahkan duluan Mbak," ujar Anna kembali ke mobil.
"Hehe, saya merasa canggung saya masuk sama Mbak saja," ujar Aisyah ikut membantu Anna, Anna tersenyum.
"Aku juga baru pertama kali datang ke rumah ini," ujar Anna menurunkan koper. "Baru menikah tiga hari yang lalu, kalau Mbak siapa ya?" imbuhnya bertanya.
"Hehehe, yang akan mengasuh Aidil," ucap Aisyah. Anna menutup bagasi mobil.
"O ... kita sama, jadi biasa saja ya," ujar Anna berbisik agar tidak merasa canggung.
Keduanya masuk sambil tersenyum.
"Heh Nah ... ayo ... sudah ditunggu," ujar Andra sambil menggigit apel. Dia berjalan melintasi Oma.
"Heh ... kamu tetap Nah manggilnya?" Oma menarik telinganya.
"Dia memanggilku Mbak Nah. Suami antik," bisik Anna ke Aisyah, Aisyah tersenyum.
"Ampun ... Oma stop deh," ujar Andra menurunkan tangan Oma.
"Ayo sayang ... gitu lo," tegur Oma memberi contoh sambil menginjak kaki cucunya.
"A ... sudah bercandanya. Duh ... kenapa pakaianmu seperti itu," ujar Andra setelah melihat kesederhanaan Anna.
"Kalau begitu pilihkan sana," titah Oma.
"Ayo cepat," titah Andra kembali ke kamar, Anna tersenyum lalu mengikuti langkah suaminya.
"Tante Isya ...." panggil Aidil langsung memeluk Aisyah. Gadis ini sangat cantik dan baik.
"Halo ... saatnya makan ya, ayo makan," ujar Aisyah sambil menggendong putra kecil Faisal.
"Oma juga saatnya makan," kata Ariana, mereka berbincang di ruang makan.
Sedang di dalam kamar Andra memilihkan baju untuk Anna. Jas ungu dengan celana komprang dan hijab senada sudah dipilihkan. Anna memakainya.
"Ayo ...." ajak Andra tanpa memandang Anna. Anna melangkah di depannya lalu membenarkan dasi suaminya.
"Kalau tidak rapi nanti yang dibicarakan aku, sudah ayo," tutur Anna memandang suaminya. "Aku cantik ya ...?" tanya Anna sambil mengembangkan bibir tipisnya.
"Hilangkan tuh kotoran coklat di gigimu." Andra menepis dan melangkah panjang, Anna mengikuti dengan bercermin.
"Tidak ada dasar tukang alasan," gumamnya. "Oma pamit ..." ujar Anna bergegas keluar, dan salipan dengan Rafi, Rafi hanya melihat mereka masuk mobil terburu-buru.
"Cuek amat Mas Andra. Mbak Anna lebih cantik dari pada mantannya, semoga Mas Andra segera mencintainya," gumamnya lalu masuk.
"Assalamualaikum Oma ...."
"Wa'alaikumsalam, dari mana saja? Sudah dua hari tidak pulang. Awasnya kalau membuat onar," tegur Omanya, Rafi sungkem matanya tetap memandang wanita yang sedang membuatkan makanan gizi untuk Omanya.
Tin tin ....
Sudah jelas itu klakson mobil Ayahnya, Aidil lari Aisyah mengikuti langkah Aidil lalu menggandengnya.
"Aidil ... Ayah kangen," ujar Faisal jongkok menyambut putra kecilnya dengan pelukan.
"Ayah ... muahc, muahc," Aidil mengecup semua wajah Ayahnya. Aisyah hanya tertunduk.
"Apa Aidil nakal? Kamu juga pasti lelah dia aktif banget," ujar Faisal berdiri.
"Tidak nakal, kan malah sehat kalau lincah," jelas Aisyah, mereka berjalan bersama hendak masuk ke rumah.
Drettt
Drettt
Faisal menghentikan langkahnya. "Ya Allah, maaf Dik, aku lupa, baik ... aku ke restoran sekarang," ujarnya.
"Ayah mau pegi lagi?" tanya Aidil yang merasa kecewa.
"E ... kalian ikut ya, nanti Ayah belikan mainan setelah rapat, Ayah rapatnya sebentar kok, lagian ada paman Rafa. Ayo Mbak Aisyah," ajak Faisal, "Kalian tunggu di mobil Ayah pamit dulu," jelasnya berlari ke Omanya.
"Oma ... aku baru datang Rafa telpon. Ini mau rapat doakan ya," jelas Faisal sungkem lalu bergegas.
"Semua cucu-cucu mempunyai kelebihan dan kekurangan, Andra memang dingin tapi dia sudah cukup disiplin dalam mendidik Adik-adiknya. Kalau Faisal sangat sopan dari dulu. Kalau Rafa walau dia culun dan pemuda beruang dia tidak menunjukkan kekayaannya. Kalau kamu Fi, sampai kapan kamu pengangguran. Lalukan hobimu yang sekiranya bisa membuahkan hasil gitulo. Kamu harus mandiri Cucuku. Oma sudah ngik-ngik kalau napas. Heh ... Oma hanya ingin melihat kamu serius tapi ya me jadi diri sendiri. Oma sayang sama kamu, Oma peduli," jelas Omanya ke Rafi. Rafi tidak nafsu makan.
'Malunya ditegur dihadapan wanita yang aku incar. Heh ... Oma tidak memihakku. Rafi ... sadar kamu memang perlu memperbaiki diri kalau mau mendekati Ariana.' batinnya.
"Oma aku hobinya trek-trekan, Oma tidak memperbolehkan, padahal bisa dapat uang dengan cepat," ujar Rafi, Omanya memegang dadanya.
"Oma yang tenang," ujar Ariana sambil menuntun mengatur napas. Lalu mengambilkan air putih.
"Maaf Oma, ini aku mulai otodidak, aku akan belajar terjun seperti Mas Faisal. Nanti maksudnya. Aku tidak akan ngetrek lagi, tapi kalau patah hati obatnya itu lo Oma," jelas Rafi, membuat Ariana tertawa kecil.
"Heh ... Oma mendukungmu Nan, eh Fi ... kalau trekkan nyawa juga. Jadi ya ... Oma tidak setuju. Kalau sakit hati memding makan tuh. Buatan Mbak Anna mu, pasti rileks," jelas Oma menunjuk toples.
"Mbak Anna itu sangat handal. Mudah-mudahan Mas Andra bisa membuka hati, " ucapan Rafi sedikit nyambung tidak seperti biasa.
"Aamiin, Alhamdulillah sedikit naral cucuku ini," ledek Oma, kedua mata pemuda dan pemudi itu menatap Oma.
"Ya Allah, aku nalar," ujar Rafi membuat Ariana yang menyimak hanya merunduk."Oh ya kemarin itu Rafa ditolak cintanya. Sekarang sekertaris songong itu tau kalau Rafa adik kandung Mas Andra, dia terus menempel Ma, tidak tau malu kan?" jelas Rafi, Oma menaikan wajah.
"Tapi ... Rafa bagaimana?" tanya Oma.
"Rafa sih ... tidak mau dengan wanita yang seperti itu. Orang pertama itu Rafa dibilang sadar diri, ngaca dulu. Dasar wanita matre itulah. Oh ya ... Mbak Ariana bagaimana kabarnya? Sudah dua hari tidak jumpa, ada ... yang berbeda," ujar Rafi menatap gadis itu.
"Apanya?"
"Semakin cantik." Rafi berbicara cepat.
"Jangan didengar dia pasti mau menggombal," sahut Omanya.
"Ya Allah gusti Oma, tau aja," ujarnya menutup mulut. Lalu Rafi melarikan diri.
"Sudah jangan dimasukkan hati Suster, dia memang seperti itu. Tapi ... bagaimana hubunganmu baikkan?" tanya Oma kepada Ariana. Ariana tersenyum.
"Alhamdulillah baik Oma," jelas Ariana singkat.
"Aku ini inginnya Rafi sukses baru deh boleh nikah. Aku takut kalau dia tidak mandiri, dia akan tergantung pada kekayaan keluarga, jadi ya ... harus membangkitkan rasa semangat dalam bertanggung jawab. Faisal memang menikah muda namun dia sudah mandiri sejak lama. Eh Suster Aisyah orangnya bagaimana?" tanya Oma.
"Baik Oma, sangat ... baik. Selama dua hari ini walau Aidil bertingkah dia sangat telaten dan sabar," jelas Ariana. Oma tersenyum entah apalagi idenya.
Bersambung.