Masih bertahan dan belum dilepaskan dan Andra, semakin kuat. Dia menaikan wajah menatap istrinya yang berlinangan air mata.
Andra tidak peduli dengan kepedihan yang dirasakan Anna saat berhubungan. Andra memberi kecupan hangat di bibir istrinya, walau sangat sakit Anna berusaha menikmatinya, tangannya membelai punggung yang mulai berkeringat. Andra mengangkat kepala Anna dan diletakkan kepala itu di lengan kirinya, tangan kanannya membelai rambut Anna.
Andra semakin menekan lalu keluarlah. Puas, lelah lalu lemas dia menindih lemas di atas tubuh Anna, setelah mengeluarkan cairan cinta. Andra melepasnya lalu berbaring di samping Anna dengan terpejam rapat.
Anna merasakan nyeri dia hendak berdiri dan ingin segera membersihkan diri, namun Andra menarik tangannya sampai dia terjatuh di atas lengan kekar suaminya, Andra tidak melepas dan tidak memberi ruang dia semakin mendekap lalu mengecup pipi Anna berkali-kali, Anna senang namun juga sedih.
'Ya Allah ... jika dia melakukannya dengan sudah ada rasa cinta maka aku tidak akan segelisah ini, aku merasa dia masih atau ... terpengaruhi sesuatu, apa ini rencana Oma?' batin Anna yang melelehkan air mata, dia tersiksa karena Andra belum tulus kepadanya.
Tangan Andra terus membelai kepala istrinya, walau matanya terpejam rapat bibirnya terus menempel di pipi istrinya.
'Terima kasih Na ...." bisiknya, hati Anna terunyuh dia semakin terharu walau dari tadi suaminya diam membisu akhirnya ucapan sederhana itu dapat menenangkan hati Anna, Anna tersenyum lalu mengecup cepat bibir suaminya. Dia memandang dan tidak melepaskan dia sangat bahagia. Tidak bisa digambarkan bahagianya Anna dia menelan ludah. Lalu kembali menatap suaminya.
Andra terpejam namun sepertinya dia kurang puas dalam permainan walau sudah beberapa jam dan sudah mengeluarkan air cinta. Andra semakin mendekap lalu mengecup lama bibir istrinya, Anna akhirnya menikmati itu, kelembutan dan kehangatan.
Tidur di atas lengan suami adalah hal yang istimewa, walau suaminya sangat dingin, acuh tak peduli, tapi hal istimewa yang baru saja dilakukan Andra adalah ucapan terima kasih. Keduanya tidur lelap dalam bungkusan satu selimut.
Dringgg
Dringgg
"Ayo ... solat ...." suara alarm dari ponsel Anna berdering. Anna selalu mengatur waktu solat agar tidak terlambat.
Keduanya terbangun mengriyipkan mata, Andra terkejut dengan kondisinya.
'Apa aku sudah melakukannya? Aku tidak sadar ....' batin Andra sambil mengingat-ingat, dia merasa sangat kesal dengan tingkahnya. Anna menarik selimut hendak bangun, melihat bercak darah di atas ranjang membuat Andra menyesal.
'Hah ... aku sudah menjebol gawangnya, kok bisa ya?' batin Andra yang masih belum percaya dia melihat ke bawah.
"Benar, tidak salah lagi aku sudah melakukannya. Tapi ... kok aku sampai tidak sadar ya, gila ... ceh ... kalau begini mana tega aku meninggalkannya nanti, aku sudah melukainya dan itu adalah sesuatu yang selama ini dipertahankan oleh wanita suci," gumamnya dengan menekuk kepala lalu meremat rambut dengan kedua tangan.
Dia beranjak dan sesekali karna masih belum percaya dia mengecek bau dari ranjang.
"Yah ... kenapa aku tidak terkendali." Itulah ucapan penyesalan, diapun teringat kejadian tadi bagaimana dia bermain di atas ranjang itu.
Dengan perasaan yang belum seimbang Andra melihat istrinya keluar dari kamar mandi, Anna sudah berpakaian lengkap namun handuk melilit rambutnya. Andra salah tingkah mondar-mandir lalu ssgera mengambil handuk, dia segera pergi ke kamar mandi.
"Apa Mas Andra merasa menyesal? Ya Allah ... aku harus tanya ke Oma, apa Oma yang merencanakan ini semua?" gumam Anna bertanya-tanya dia merasakan nyeri. Anna mengambil ponsel lalu keluar ruangan sedang Andrq melaksanakan solat di Musola Resort.
Tutttt
Tutttt
"Assalamualaikum cucu menantu Oma," suara Oma sangat senang.
"Wa'alaikumsalam Oma, aku boleh bertanya," Anna menggigit bibir sisi kiri.
"Soal obat kuat?" tanya Oma, Anna terbelalak mendengar itu.
"Aku sengaja melakukannya karena aku tau kamu akan melindungi dan berbohong demi suamimu, lagian kata ustadz tidak papa kalau niatnya menyatukan pernikahan, lagian kamu tau selama ini Oma tuh ragu, ragu kalau Hanan benar-benar laki-laki, tapi ... Oma kali ini sangat yakin, hehehe," imbuh Oma tertawa puas. Anna bingung hendak berkata apa.
"Bagaimana kuat berapa jam dia?" tanya Omanya, Anna sangat terkejut.
"E ... berjam-jam," jawab Anna pelan sambil menutup mata malu.
"Ahai ... aku berhasil sebentar lagi buyutku dua," ujar Oma kegirangan, lalu menutup telpon.
Anna kembali ke kamar lalu bercermin, dia melihat lehernya yang merah-merah.
Drettt
Drettt
Suara ponsel milik Andra.
"Rafa ...." Anna membaca kemudian menggeser gambar hijau.
"Assalamualaikum," jawab Anna.
"Wa'alaikumsalam Kakak ipar, Mas Andra ada? Ada hal penting," ujar Rafa.
"Jangan dimatiin aku cari dulu ya, tadi solat di Musola sih," jelas Anna berjalan cepat, langkahnya sangat cepat dan matanya terus mencari sosok suaminya.
"Alhamdulillah mau solat jama'ah," ucap sukur dari Rafa tidak menyangka Kakak pertamanya menjadi soleh. Anna mencari tetapi tidak ada, dia berjalan ke caffe, langkah kakinya terhenti saat tau Andra menyuapi Nayla.
"Fa ... penting banget ya?" tanya Anna dengan suara pecah, Anna menelan ludah.
"Penting Mbak soal poperti. Apa ada masalah? Aku yakin saat ini Mbak tidak baikkan?" tanya Rafa penuh curiga.
Hati Anna sangat hancur, baru saja dia bercinta dan kali ini, yang dilihat kedua matanya sangat menusuk hatinya.
"Tidak, ini sudah ada Mas Andra," ucapnya menyembunyikan kesedihannya. Anna melangkah ke suaminya yang sedang duduk dan saling suap dengan mantan kekasih.
"Ehm, Mas, Rafa telpon," kata Anna meletakkan ponselnya, Andra mengambil ponsel lalu pergi dengan cepat. Anna juga pergi dengan perasaan kacau. Wajah Andra biasa saja walau dipergoki Anna, tiada ekpresi terkejut ataupun menyesal. Nayla merasa bersalah diapun pergi dari situ saat Andra ngobrol dengan Rafa.
"Ada apa Fa?" tanya Andra.
"Ada masalah besar Mas, salah satu poperti di atas namakan orang lain dan uang perusahaan ada yang pakai, ini semua ulah Ferdian, aku juga tidak mengawasi karna aku ke Semarang, setelah selesai rapat dapat kabar itu, aku sudah mencari dan menyuruh tim mencari namun kemungkinan dia keluar Negeri Mas, dan total kerugian ada separuhnya, jika terlambat semua akan disita. Besok pagi ada klien penting, dia akan membangun salah satu hotel, dan Mas Faisal yang akan menjadi arsiteknya, hotel itu mencari chef handal, kalau kita bisa cari chef kita tidakakan bangkrut Mas," penjelasan Rafa panjang lebar.
"Oke ... kita pikirkan nanti, aku akan mengemas pakaian dan pulang ke Jakarta," jelasnya lalu menutup telpon, perutnya merasa keroncongan.
"Aku sudah makan, walau sedikit tapi rasanya tadi sangat tidak enak, malahan ingin mual. Masakan Anna memang enak. Ah ... aku harus segera pulang, Nayla ... aku harus pergi," gumamnya lalu berjalan ke kamar.
Andra sampai di kamar dia mengemas semua pakaian. Namun dia tetap tidak melihat Anna, tidak lama Anna datang dengan pudding coklat dan stroberry. Anna acuh dia diam sambil menikmati makanan yang dibuatnya.
"Kita harus pulang," ujar Andra sambil mengemas.
"Tadi solat dulu atau langsung pacaran?" tanya Anna, Andra terpaku menatapnya.
Bersambung.