Chereads / Menikahimu / Chapter 14 - Ancaman Wanita Keriput

Chapter 14 - Ancaman Wanita Keriput

Gadis cantik yang baru dua hari menjadi pengantin ini terbangun dari tidurnya saat jam tiga, dia segera bangun dan melaksanakan shalat malam.

Setelah melaksanakan solat sunnah malam Anna membangunkan suaminya.

"Mas, Mas ...." panggil Anna menggerakkan kaki Andra, Andra malah menutup kepalanya dengan malas.

"Orang malas itu matanya dipipisi setan, telinganya juga, ih jorok, makanya jangan menuruti rasa malas," tegur Anna seperti biasa dengan kecerewatannya.

"Kamu itu heh ..." Andra bangun dengan meregangkan kedua kalinya seperti akan meremat istrinya, namun dia pergi ke kamar mandi dengan terpaksa dengan berat hati.

'Kenapa hanya dibegitukan rasanya sangat sakit. Bukankah rasa syukur harus dilakukan dengan sunnah dan wajib agar Allah selalu melindungi, eh dia malah marah-marah,' batinnya, dia mengambil ponsel lalu duduk menyendiri dan memejamkan mata di luar ruangan.

Andra melaksanakan solat, setelah solat dia melihat Anna yang merana duduk sindiri di malam yang sunyi.

"Apa aku bisa membuka hatiku untuknya? Saat ini saja melihatnya aku sudah enek, huhf ...." Andra membaca Alquran. Walau dia pemalas namun nasehat Omanya selalu dia amalkan.Membaca Ayat suci Alquran walau tujuh Ayat. Kebiasaan itu sudah mendarah daging.

Andra fokus mengaji.

Plok!

Plok!

Anna menepuk nyamuk lalu masuk dengan diam tanpa suara, sepertinya dia memilih diam dan langsung tidur.

Azan subuh berkumandang, Andra memanggil nama istrinya.

"Nah ... Nah ... solat!" Andra menguyurnya dengan segelas air. Anna bangun dan tidak berkata apa pun,ada rasa kesal namun dia memilih diam atas kekejaman Andra, dia tidak secerewet biasanya, dia hanya diam dengan terlihat kempas-kempis dengan mata yang memerah, mungkin dia menahan tangisnya.

Andra tiba-tiba merasa menyesal dia mengambil handuk, lalu mengusap rambut istrinya yang marah, Anna merunduk.

"Sudah ... tidak papa," ujarnya acuh lalu masuk ke kamar mandi. Tidak lama keduanya melaksanakan solat berjama'ah.

Setelah solat subuh, Andra olah raga Anna lanjut masak di dapur resto.

Drettt

Drettt

Andra mengambil ponselnya dari saku.

"Assalamualaikum Oma," sapa Andra sambil lari di tempat.

"Wa'alaikumsalam," suara Oma terlihat sangat acuh dan marah.

"Oma kenapa lagi?" tanya Andra menghetikan gerakan olah raga.

"Oma tau kamu pergi dari Bogor, sekarang di Bandungkan? Kalau gitu, Oma kirimin foto kamu mengecup pipi Anna, lalu pergi liburan naik kuda dan abadikan semua, semua foto harus ada seratus dan mesra kalau kamu tidak mau melakukan itu, kantor kamu Oma segel!"

"Wih... galaknya, ampun... oke ...." jawaban yang terdengar sangat malas.

"Andra ... Allah itu memilihkan dia jelas adanya kebaikan yang kamu tidak akan tau untuk saat ini, memang Oma sebagai pelantara dan sangat memaksamu, tapi kembali lagi Oma sama kamu ya, tetap belajar, lihat dia dari kelebihannya pasti kekurangan akan tertutupi." Mendengar ocehan Omanya Andra malah menggletakkan ponselnya di atas meja, sambil meregangkan otot tangan.

"Saat Oma kamu tidak mendengarkan, lebih baik Oma pergi saja, masih hidup yang kamu harapkan?" mendengar Omanya, Andra segera merespon.

"Jangan Oma ... baik, lihat ini... matiin dulu telponnya, Oma maunya aku berbuat apa?" tanya Andra sambil berjalan cepat ke dapur mencari istrinya.

'Padahal dengan sikapku si cerewet mulai diam, dan harapanku dia minta cerai, eh malah Oma yang bertindak,' batin Andra sedikit kesal.

"Muahc di lihat," pinta Oma, Andra menghentikan langkah saat melihat

Anna sedang asik bicara sama mantan pacarnya dan yang lain, Andra menutup telpon segera ke aplikasi, dia mendekat, menarik pinggang Anna sangat cepat adegan itu.

Krik!

Setelah berhasil mendapatkan jepretan yang sempurna Andra pergi, Anna tidak berkutik seketika dia masih syok dengan tindakan Andra, bola matanya masih membulat, dia masih tercengang dan chef pun ikutan baper.

Anna masih merasakan sesuatu di situ, dia merasa malu ketika semua mata tertuju padanya, Anna segera berlari mencari suaminya setelah mematung beberapa menit.

Andra sudah berhasil mengirimkan foto itu ke Oma, Anna datang dengan wajah merah karena marah.

"Kamu memperlakukanku sesuka hati,

aku bukan boneka, kamu egois makanya mantan pacar kamu tidak betah sama kamu," ucapan Anna membuat Andra mengangkat tangan hendak menggampar Anna.

"Kenapa mau tampar? Tampar!!!" Anna mencondongkan pipinya, Andra mengecup pipi sambil memotret, lalu pergi tanpa ekprsi dengan memanggil Oma dengan Vidio.

"Lihat ... sini sayang," panggil Andra. Anna muak dan kesal, dia menghela napas lalu berjalan dan mendekat karena Oma.

"Halo Oma, Assalamualaikum," sapa hangat gadis itu.

"Wa'alaikumsalam, katakan dengan jujur ​​kamu dipaksakan? Kamu sama Andra dipaksakan?" pertanyaan Oma membuat Andra melotot ke Anna.

'Semoga si Anna mau ngibulin Oma, aduh bahaya kalau Oma sampai serangan janting, eh jantung,' cemas Andra dalam hati.

"Dia sangat romantis Oma, masa mengecup di muka umum, kan malu," kata Anna menutupi kemarahannya.

"Kalau cinta satu malam sudah belum?" pertanyaan Oma yang aneh membuat Anna dan Andra berpikir, Anna melihat ke arah suaminya, Andra menaikan alis.

'Aduh ... semoga Anna mau bohong dikit, tolong ... demi ... demi ...' batin Andra berharap istrinya berbohong.

"Maaf Oma belum," jawaban Anna membuat Andra pasrah. "Soalnya aku sedang datang pulau merah, Oma ..." imbuh wanita itu, Andra tidak menduga dia tersenyum setelah merasa dilindungi.

"O ... ya sudah, sana gih liburan naik kuda, pergi ke tempat-tempat romantis, kalau Andra kasar bilang sama Oma, kalau Andra kejam bilang," belum selesai.

"Oma ... cucu Oma aku," jelas Andra menyahut.

"Kalau gitu kecupan lagi, di bibir dua menit baru boleh aku matikan, kalau kalian tidak mau pasti semua pura-pura dan kebolongan," permintaan aneh itu berulang hanya, Andra dan Anna saling menatap.

Andra menarik Anna dengan tangan kiri dan tangan kanan Ansra mengangkat ponsel agar Oma melihat apa yang di lakulan, Anna merasa canggung kedua tangan yang kekar itu berada di depan dadanya. Ya, Andra memeluknya dari belakang.

Andra memberikan apa yang diminta Omanya, semua itu hanya keterpaksaan Andra tidak memihak kemistri sama sekali, dan Anna menikmati apa yang telah dilalukan oleh suaminya, Andra menarik perhatian dengan lembut.

Anna yang awalnya terpejam dia membuka mata, merasakan kesahduan yang diberikan suaminya.

'Apa dia sudah ada rasa? Apa dia merasakan getaran yang mendidih ini? Apa dia sudah menerimaku? Apa ini? Apa ini semua hanya keterpaksaannya? Aku akan merasakan sakit hati jika akhirnya aku tidak mendapatkan cinta darinya,' batin Anna menitihkan air mata saat memejamkan mata. Sstelah panggilan terputus.

Andra melepaskan dan melihat bulir bening itu melintas di garis pipi istrinya, Anna segera menyeka dan melangkah cepat.

"Terima kasih sudah mau pelan-pura," ucap Andra cepat, Anna hanya mengangguk lalu ke dapur.

"Dia menangis karena apa? Aku tidak menyakitinya, ah ... bodo amat," gumamnya lalu mendapat teks pesan dari Rafa.

[Mas pekerjaan menumpuk ini, kirimkan pdf filenya yang aku minta ya,]

Chat yang begitu banyak dari Rafa tentang pekerjaan kantor. Andra mengambil laptop lalu melihat file.

Dia mulai sibuk, suara langkah dari belakang, Anna membawakan banyak makanan.

"Mari makan bojo," ajak Anna, "Ah pasti diam," kata Anna menatap suaminya dan sudah berpikir pesimis.

"Aku tidak biasa sarapan, nanti jam delapan, aku akan makan, aku tidak suka makanan panas," jelas Andra sambil mengetik laptopnya.

Anna paarah, dia duduk lalu membuka ponselnya sambil chatan sama Oma tanpa diketahui Andra.

Bersambung.