Chereads / Menikahimu / Chapter 16 - Tertawa

Chapter 16 - Tertawa

Langit mendung kelabu suara guntur menggelegar, hujan turun begitu derasnya. Andra berdiri melihat hujan yang begitu deras.

"Nih kopi," kata Anna menyodorkan secangkir kopi, Andra menatap aneh lalu mengambilnya, mereka duduk di atas anyaman bambu dan menikmati hujan itu. Tiupan angin menerpa dengan sepercik air langit membasahi wajah ayu Anna.

Andra sama sekali tidak melihat kecantikan itu, mereka saling diam dan menikmati suara deras dari hujan. Anna mengambil napas dalam-dalam lalu mengeluarkan, Andra tetap acuh, mereka meletakkan cangkirnya.

'Aku duduk bersama orang yang pendiam, dia terbungkam seribu bahasa seperti tidak punya suara. Mas ... Mas, kalau terlanjur cinta memang rasanya sangat menyakitkan, walau aku belum tahu rasa apa untuknya, tapi namanya diabaikan ya tidak enak lah, apalagi dia acuh, aku juga sudah kehabisan trik,' batin wanita cantik itu.

"Katanya kamu ada usaha roti, aku melihat kamu santai-santai saja," ujar Andra akhirnya membuka suara.

"Kan mereka yang mengerjakan semuanya, aku sih santai-santai saja, nanti kalau ada resep baru, baru aku sibuk memberi resep itu ke mereka," jawaban Anna tidak seperti biasa, jawaban singkat.

"Oooo."

"Bulat," sahutnya cepat. "Rafi tadi kenapa?" tanya Anna hendak mengambil cangkir, Andra juga namun salah tangan Andra menumpuk di punggung tangan Anna. Mereka saling menatap sebentar, Andra melepaskan lalu menyibakkan rambutnya kebelakang menutupi rasa nerfesnya.

"Ciye ... salah tingkah," ledek wanita cantik itu dengan senyuman yang sangat manis, Andra tersenyum miring lalu membuang wajah sambil meneguk kopinya.

"Ciye ... senyum-senyum," ledek Anna.

"Jangan mulai cerewet aku males," ujarnya. "Rafi memang seperti itu, suka dugem tadi kena jebakan temannya, dia dituduh mengonsumsi narkotika, Oma mengarahkan pekerjaan ke Rafi, namun Rafi, ceh, susah diatur, ya ... karena kurang smart, smartnya kalau menggoda cewek, bisa smart kalau giat, kalau Faisal ya ... setelah istrinya meninggal dia sedikit pendiam hanya fokus dengan Aidil, niatnya aku menolak menikah denganmu agar kamu menikah dengan Faisal, huh ... Oma itu banyak trik walau sudah tua idenya masih brilian, sebelum hari pernikahan rencananya sewa Rumah sakit untuk menjebakku, walau aku tau itu pura-pura aku tetap tidak bisa menolak, aku tidak bisa menyakiti Oma," jelasnya menoleh ke Anna yang sedang minum.

"Apa kamu tidak tertekan, aku acuh, dingin, dan tidak peduli, aku tidak bisa mencintaimu Anna."

"Akhirnya ... walau tidak sengaja kamu memanggilku Anna nggak pakai Mbak, seneng deh. Cinta datang kalau hatimu bisa terbuka. Hanya perlu sabar dan waktu yang menjawab," ucap Anna malah bahagia, Andra merasa aneh, lalu beranjak.

"Tunggu Mas, semua butuh jalan agar tidak tersesat, cinta juga seperti itu, pelan-pelan pasti bertemu di jalannya, saat ini kamu masih merasa semua ini keterpaksaan, karena kamu merasa hatimu kosong, cobalah sesekali kamu mengingat kekonyolanku, cerewetnya aku, pasti tanpa disengaja kamu memikirkanku. Lalu merindukanku," jelas Anna, ikut berdiri.

"Heh, aku tidak mengerti," ujar Andra lalu pergi tanpa pamit, meninggalkan Anna sendiri, dia jalan-jalan.

Langkahnya cepat menelusuri lorong.

'Andra kita saling cinta kan, kalau begitu kita harus berjanji sehidup semati, terus bersama dengan apa pun yang akan terjadi nanti. Andra aku sangat cinta, aku sangat cinta, aku cinta kamu,' ingatan Andra tentang janji Nayla.

'Aku tidak bisa melupakanmu Nayla, walau berkali-kali kamu menyakitiku, aku meminta dan masih berharap suatu saat nanti kamu akan memintaku untuk kembali kepadamu, itu harapan yang aku impikan.' batinnya.

Wanita berseragam melihat Andra, dia segera berjalan cepat dan tersandung, namun Andra tidak peduli saat wanita itu jatuh di hadapannya.

Andra sudah puas berkeliling dia kembali ke kamar, tidak ada Anna di kamar itu, sedang hujan masih cukup deras, suasana alam yang terbuka di tempat yang dia sewa, membuat angin dan hujan membasahi tirai dan berkas-berkasnya berserakan.

Anna datang dengan membawa piring saji. "Kamu itu bodoh?! Apa memang tidak berguna sih! Lihat, pergi tidak menutup, kan jadi bigini, hih!" seru Andra marah, Anna merasa kesal, dia tidak berbicara dia meletakkan piring sajinya secara kasar lalu mengambil berkas-berkas itu, dan memberikan ke Andra, dia membuka lemari dan mengambil mab lalu berjalan cepat ke Andra memberikan kepada suaminya.

"Aku punya fikiran, tidak seperti kamu, pergi sesuka hati, datang marah-marah, baca dan lihat apa yang berserakan itu, marah tidak berguna. Seperti kerasukan, heh ... sayangnya aku sudah cinta lebih dulu." Setelah nada tinggi dia mengakui perasaannya dengan bergumam.

"Apa?"

"Kamu super nyebelin, bojo, super, jadi gemas, sekarang tidak mau minta maaf? Tidak terima kasih? Entah apa yang merasukimu. Apa arwah mantan?" tanya Anna duduk lalu melahap roti yang dibuatnya.

Andra masih terpaku dengan menatap wajah kesal istrinya, dia memperhatikan istrinya yang main game, dia masih saja gengsi untuk minta maaf lebih dulu. Walau tangannya memainkan game hatinya terus mengumpat.

'Dasar Mas bojo, heh ... sabar Anna, sabar, sabar,' batinnya.

"Maafkan aku," ucapan yang sangat cepat dan tidak melihat ke arah Anna.

"Sini. Aku tidak dengar, masa merayu istri seperti bicara dengan asisten," ujar Anna. Andra meletakkan ponsel di atas ranjang. Lalu duduk di samping Anna, Anna tersenyum.

"Minta maaf ke istri begini, caranya," ujar Anna akan memperagakan.

"Ceh, nggak usah manja deh," keluh Andra yang risih.

"Kalau begitu aku tidak akan memaafkan, dan siap lapor ke Oma, kalau semua ini masih kepura-puraanmu, lihat nih, bibirku sampai perih karena kegigit gigimu, lihat," ujar Anna menunjukan bibir bawah yang memang benar terluka.

"Kapan aku menggigit bibirmu?! Bagaimana caranya minta maaf?" tanya Andra tidak melihat ke Anna, Anna menolehkan wajah suaminya ke arahnya.

"Tapi bibirku terluka. Maafkan aku istriku, heh tatap aku!" titahnya ke Andra yang ingin mengalihkan penglihatan. "Maaf, Bicaraku sangat kasar, mau pergi jalan-jalan denganku? Begitu cara merayu istri, lagian aku juga tidak minta untuk pergi ke Paris ataupun Korea, permintaanku sederhana, tapi ... ya terserah kamu, setiap orang punya kepribadian masing-masing," jelas Anna melepaskan suaminya lalu makan.

"Aku minta maaf, Mbak, eh Na,"

"Aku mengharapkan kamu sedikit mesra namun kamu tetap saja, datar. Aku tidak akan merubahmu menjadi betman atau spiderman, aku hanya ingin kamu berubah sedikit. Ah ... sudah, nih cicipi resep baru, roti sedikit broken heart," jelanya, Andra membuang wajah menutupi tawanya, Anna mendengar tawa itu memperhatikan suaminya.

"Kalau begitu tambah ganteng, super duper ganteng, bojo kamu itu sangat perfek, ah ... tidak jadi makin pede entar," ujar Anna beranjak roknya terkait paku. Andra makan dan melihat istrinya.

Krakkk!

"Ya Allah ..." dia segera menutupi roknya rasa malu dan bingung, robekan itu sangat panjang terlihat jelas paha putih dan mulus, Anna segera jongkok.

"Ada yang bisa aku bantu?" Andra menawarkan diri.

"Ambilkan rok lain," pintanya, Andra beranjak.

Krekk!

Celana di bagian penting ikut robek. "Hah? Untung barang pusakaku tidak ikut robek," ujarnya tanpa sengaja dia menatap Anna. "Karena mu aku makan terus sampai sesak nih celanaku!"

"Itu karena kainnya yang tipis atau nggak sudah lama," Anna membela diri. Anna menahan tawa, akhirnya mereka tertawa bersama. Andra mengambil handuk dan dililitkan ke perutnya, lalu melemparkan rok untuk Anna.

'Setidaknya dia memanggilku Anna, minta maaf, dan tertawa, Mas kamu manis banget,' batin Anna bahagia.

Bersambung..