Chereads / Menikahimu / Chapter 19 - Aku Ihklas ...

Chapter 19 - Aku Ihklas ...

"Tadi solat dulu atau langsung pacaran? Ingat ya Mas. Allah maha melihat, ada dua malaikat yang mencatat. Jadi ... tadi langsung pacaran?" tanya Anna menatap sinis sambil melahab puddingnya.

"Ya solat. Ayo ke Jakarta," ajak Andra dengan wajah datar tanpa merasa bersalah namun tidak berani memandang istrinya.

"Alhamdulillah ... nih coba, menu panas untuk hati, baru saja aku buat, terima kasih karena ulahmu, aku bisa membuat puding lezat, idenya ... setelah melihat suami saling menyuap dengan istri orang lain," ujar Anna terus menyindir, Andra tidak peduli. Anna meniup tanpa ada yang di tiup, dia lalu mengemas pakaiannya dan ganti baju di kamar mandi.

Sambil menunggu Andra tergoda dengan pudding itu, karena dia merasa mual setelah makan masakan dari hotel. Andra melihat ke arah kamar mandi wajar saja dia merasa gengsi.

"Gengsi kalau dia sampai tau kalau aku makan. Tapi ... kelihatannya ini sangat enak," gumamnya makan pudding buatan Anna. "Enak banget perutku langsung dingin," kata Andra yang segera menghabiskan matanya melihat pintu kamar mandi.

"Enak banget ...." pujinya. Mendengar pintu akan terbuka dia meletakkan piring saji dan berpura-pura asik dengan ponselnya.

"Ciye habis. Bojo bantu dong, ini resnya," pinta Anna berjalan lalu duduk membelakangi Andra. Andra melihat leher yang memerah semua. Anna yang merasa sudah menjadi milik suaminya sejak Andra melakukan. Maka dia pun berusaha tidak malu untuk meminta tolong kepada suaminya.

'Apa tadi aku sangat ganas?' batinnya. Dia meneguk ludah lalu menarik resleting, Andra segera fokus ke ponselnya. Wangi harum semerbak. Anna berdiri memakai bedak dan lipstik tidak tebal, dia memakai hijab pasmina warna jingga.

"Go ... sudah," ajak Anna, Andra menatap sejenak ke wanita cantik elegant itu. Dia terdiam. "Kenapa Mas, aku cantik ya?" tanya Anna kepedean dengan wajah yang ceria.

'Heran aku. Tegar dan tidak mengamuk walau aku sudah bermesraan dengan Nayla,' batin Andra, ia berdiri mengambil koper mereka berjalan cepat seperti orang asing. Anna mempercepat langkahnya meraih lengan tangan Andra lalu menggandengnya.

Senyum Anna mengembang saat melintasi beberapa pelayan. Andra hendak menurunkan tangan Anna dari lengannya karena melihat Nayla dan takut terjadi salah faham. Namun Anna semakin erat sampai langkah mereka melintasi Nayla dengan suaminya.

'Dasar wanita ini,' keluhnya dalam hati lalu melepas kasar tangan Anna. Anna sampai akan terjatuh, dia menghentikan langkah.

Andra yang sudah melangkah jauh menoleh.

"Aku tidak akan pulang ikut kamu, kalau kamu tidak minta maaf, tidak menggandeng tanganku. Aku tidak akan pulang. Aku juga akan jahat. Aku akan berusaha tidak peduli dengan Oma. Apa aku ini hanya barang yang kamu manfaatkan agar keadaan Oma baik-baik saja?" tanya Anna dengan tegas.

'Anna jangan mau ditindas kamu harus merdeka dan jaya. Dia memang suami dan seorang Imam. Namun Imam yang harus diperbaiki,' batin Anna duduk dengan wajah marah.

"Apasih maunya dia," gumam Andra tidak peduli dan segera naik kemobil sambil memanasi mesin dan mengklason. Sikap Andra membuat Anna tidak bergeming, Anna malah asik duduk dan menikmati lagu. Andra menginjak pedal gas dan pergi dengan kecepatan tinggi.

'Waduh ... bagaimana kalau dia tidak kembali. Ah ... pasti dia kembali, tidak mungkin dia tidak kembali. Karena Oma dan terpaksa. Pasti dia datang menjemputku. Hitung saja dalam beberapa menit pasti dia kembali minta maaf dan mau menggandeng tanganku,' batin Anna masih berusaha biasa walau ada kecemasan kalau Andra tidak akan menyusulnya. Kakinya terus bergerak dia sangat cemas.

Namun mobil Andra tidak terlihat dia menghela napas lalu selfi dengan mata memerah.

Srettt!

Tanpa kata dan ucapan dia melayang di atas lengan Andra. Anna sangat terkejut. Andra membawanya berjalan cepat menuruni jalanan, Anna yang belum percaya terus memberontak. Anna lalu tersenyum bahagia dia merangkulkan tangannya kepundak suaminya, dan mendengar degupan jantung yang keras.

'Dia memang tidak banyak bicara tapi dia selalu melakukan tindakan yang tidak terduga,' batin Anna.

"Ekhm, Bojo ada kembang api deh kayaknya, di dalam sini," tunjuk Anna ke jantung Andra. Andra diam dan menurunkan istrinya secara kasar.

"Hih ... kasarnya," keluh Anna.

"Maaf," ujar Andra cepat tanpa ekspresi.

"Aku belum dengar," ujar Anna. "Kalau tidak jelas dan tidak tulus, aku turun."

"Maaf ...! kurang keras?" tanya Andra mendekat ketelinga Anna. "Maaf ...."

"Ih ... tidak tulus," ujar Anna.

"MasyaAllah orang ini heh ...! Cerewet, ruwet!" Andra emosi dan ingin meremas kepala Anna. Anna sudah menutup mata ketakutan, namun tidak jadi, Andra membukakan pintu.

"Masuk, hati-hati terjadug," titah Andra lumayan lembut. Anna tersenyum manis lalu masuk ke mobil. Andra menutup pintu, berjalan lalu masuk dan melajukan mobilnya.

Drett

Drett

"Halo ... iya Raf ... ini sudah berjalan pulang," ujar Andra, mengeraskan suara panggilan.

"Masalahnya aku sudah menseleksi beberapa chef tapi tidak cocok dengan lidah Derektur itu Mas. Mas ini kontrak besar lo ... Oma menyarakan Mbak Anna. Menurut Mas?" tanya Rafa dari telpon Andra memandang Anna. Anna asik mendengarkan lagu dengan handset.

'Gengsi amat minta tolong ke si Ana. Makin berhutang aku nanti. Tapi ... apa pun buatannya itu memang enak banget. Kalau aku menuruti gengsiku Perusahaan akan bangkrut,' batin Andra merasa pusing dengan situasi. Anna memperhatikan lalu melepas hendsetnya.

"Ada masalah ya?" tanya Anna tidak dijawab oleh Andra. "Suami istri itu berbagi, apa masalahnya, suka duka bersama. Jadi ... kalau tidak keberatan cerita ke aku juga boleh," ujar Anna, Andra menoleh, mereka saling menatap, Andra membuang wajah.

"Mas, aku tutup dulu ya," ujar Rafa.

Tut ....

"Apa kamu bisa membantuku?" tanya Andra.

"Alhamdulillah ... aku bermanfaat. Apa Mas?" tanya Anna.

"Heh ... ini masalah perusahaan. Salah satu kariawan menggelapkan dana dan salah 3 aset poperti juga lenyap. Rafa mengambari ada kontrak penting dan perusahaan akan mendapatkan hasil yang fantastis. Yang paling jadi beban adalah nasib kariawan lain. Aku takut tidak bisa menggaji. Intinya Derektur itu menginginkan chef ahli cookies. Apa kamu bisa membantu?" tanya Andra, Anna tersenyum.

"Untuk keluarga tentu aku bisa. He ... aku akan bantu dengan syarat kamu tidak akan bertemu dengan Nayla dan tidak akan berhubungan dengannya lagi," kata Anna mengulurkan tangan. "Ingat kariawan Mas ... jadi jabatlah tanganku," Anna menaikan alis. Andra membuang wajah.

"Tidak ikhlas banget bantu suami," ujar Andra merasa kesal dengan persyaratan yang diajukan Anna.

"Aku akan berdosa jika mengijinkan suamiku bertemu dengan istri orang. Ayo ... deal tidak? Ikhlas banget, aku ..." tanya Anna sambil menggerakkan tangannya.

'Orang ini ada aja acaranya. Huh ... demi mereka Andra ... demi ... siapa tau nanti ketemu chef yang lebih handal. Sekarang setuju saja,' batin Andra menjabat tangan istrinya. Anna mengecup punggung tangan suaminya.

"Aku sudah mengunci perjanjian kita," ujar Anna. Andra melepaskan tangan Anna.

Anna tersenyum dia menurunkan kaca mengeluarkan wajahnya dan memandang udara setelah hujan berakhir.

'Demi Andra ... kamu harus menahan rindu. Eh tapi kontraknya berapa hari ya. Kalau satu tahun gimana? Ah ... tenang Andra dia tidak mengawasimu,' batin Andra.

"Bojo ... kalau suatu saat nanti kamu mau mengingkari persyaratan dariku ingat ada dua Malaikat yang mencatat perbuatanmu. Ada Allah yang selalu mengawasimu, jadi ...." Anna menghadap ke suaminya. "Berhati-hati dan waspadalah. Hehehe, aku mengancammu, suamiku ... terima kasih," ujar Anna bersandar di lengan Andra. Andra hendak menyingkirkan kepala wanita cantik itu. Namun tidak jadi.

"Rasanya sangat sakit ... sakit ... banget, tapi ... ucapan kecil yang sudah kamu katakan setelah kamu melakukannya. Itu yang membuat aku sangat nyaman," ujar Anna sambil melangkahkan kedua jari telunjuk dan tengah ke lengan suaminya.

'Apa yang aku katakan. Aku tidak merasa aku mengatakan cinta. Dasar gadis konyol. Memang aku mengatakan apa?' batin Andra. Anna mengangkat kepalanya.

"Alhamdulillah ... sampai," suaranya riang setelah melihat gerbang dan mobil pun masuk, wajahnya selalu ceria.

Bersambung.