Chereads / Menikahimu / Chapter 15 - Ingat!

Chapter 15 - Ingat!

Anna sangat asik dengan ponselnya, sama halnya Andra juga fokus dan sangat acuh.

Anna melihat ke wajah serius itu,seperti ada ide masuk, Anna mengambil foto suaminya lalu mengirimkan ke Oma.

[He hehe, aku tau dia masih acuh, tapi Oma yakin dia akan segera membuka hati untukmu. Sabar ya ... dia dingin orangnya, tapi ... Oma mau tanya tolong jawab dengan jujur ​​kamu beneran sedang kedatangan tamu? Ini yang menuliskan Ariana]

Anna tersenyum lalu mengetik.

[Iya, hehehe. Salam kenal ya. Katakan ke Oma, baru saja, aku juga belum Oma, aku yakin Mas bojo akan mencintaiku, walau banyak rintangan aku akan berjuang karena dia milikku yang benar-benar halal. Aku akan menantinya, aku yakin tidak akan ada tang sia-sia,]

jawaban Anna sangat memuaskan hati Sang Oma.

Hampa teras diriku tanpa dirimu.

Itulah lirik dari ponsel Andra, saking sibuknya Andra tidak merespon, Anna berdiri lalu membaca nomer yang diberi nama.

Cinta Yang Terindah

Sudah jelas itu adalah nomer dari mantan terindah.

"Mas ... ada yang telpon tuh," tunjuk Anna dengan dagu, Andra melihat layar ponselnya, dia sangat terkejut saat tau Nayla menghubunginya.

"Aku kangen," ujar Nayla, Andra melirik ke Anna, Anna tersenyum.

"Ingat kamu Mas bojo, Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, dan ingat pula ada Malaikat yang akan mencatat segala perbuatan manusia, ingat semua ada hukum karma," ujar Anna keras, lalu berjalan menikmati arus sungai dengan duduk.

"Nay ... apa maksudmu?" tanya Andra setelah terdiam karena ucapan sang istri.

"Tidak papa, aku hanya memancingmu, kamu di mana?" tanya Nayla.

"Aku sangat rindu ... namun kamu sudah memiliki orang lain, apakah tetap boleh aku mencintaimu?" tanya Andra yang tidak memperdulikan dia sudah beristri, Nayla tertawa kecil.

"Maaf aku PHP in kamu," ujar Nayla menutup telpon.

"Halo, halo? Apa maksudnya? Kamu membuat aku semakin terbelenggu Nay,

apa dia akan memutuskan pernikahannya? Semoga," gumamnya, lalu kembali bekerja.

Aroma harum yang sedap masakan khas rempah-rempah membuat Andra merasa lapar, apalagi masakan istri memang enak.

"Gengsi amat mau makan, habis menerima telepon dari mantan, massa aku makan, aku tidak mau berhutang budi tapi ... aku malah tidak terbedaya oleh Oma," gumamnya lalu fokus ke pekerjaan, namun perutnya tidak bisa dikendalikan. Perut bunyi krucuk-krucuk terus menyiksa, tidak bisa disembunyikan lagi jika Andra lapar parah.

Andra melihat Anna yang sedang melamun. "Aku tidak peduli. Walaupun dia meronta atau memelas, aku sangat muak, heh ... apa aku bisa hidup dengannya? Tapi lebih baik aku menunggu jandanya Nayla."

Drettt

Drettt

Dari nama yang tidak dikenal, Andra membuka chat itu.

[Mas Bojo. Kita sudah berjanji suci, aku harap kamu tidak bertemu dengannya tanpa izinku, aku akan mengizinkan kok, jika mau melepas rindu.]

Chat itu membuat Andra memandang istrinya dari belakang. Andra kembali membaca chat Anna.

[Hujan dan mendung dari langit akan menggetarkan jiwa, sedang aku juga akan menangis saat aku menyadari ternyata aku sangat cinta dan terlambar mengerti akan hal itu. Cintaku mulai menjadi sebuah buih semoga saja tidak menguap. Karna jika menguapkan saja cinta itu habis tidak tersisa, sama seperti mentari yang terik dan menghilangkan uap. Aku hanya sebatas Anna kan, Anna apa? Yang berisi atau tawar? Atau berasa-rasa? Aku yakin aku hanya Anna dengan rasa tawar bagimu.]

Setelah membaca itu Andra melihat ke arah Anna, ia mulai mengetik.

[Makan yuk.]

chat dari Andra, tidak lama ada chat masuk.

[Aku istri bukan teman makan, atau teman tidur, aku teman Anda di dunia. Jadi ayo ... aku juga sudah keroncongan,] setelah membaca Andra memikirkan segala tulisan itu, Anna datang, keduanya sudah siap.

Keduanya duduk di alas permadani, cuci tangan, berdoa lalu mulai makan.

Hari ini Anna tidak banyak bicara.

Dia menghilangkan duri dari ikan lalu meletakkan di piring Andra, Andra hanya memperhatikannya, lalu makan dan terus menatap Anna yang membisu.

'Kenapa dia berubah menjadi pendiam?' batin Andra, Anna hanya makan sedikit lalu cuci tangan, setelah itu dia pergi, Anna meringkuk tubuh menutup semuanya dengan selimut.

Saat begitu Andra mulai merasa iba.

'Ada apa dengan si Anna? Apa karna mandi tadi malam, dia menjadi sakit? Salahku juga sih, ah biarin. Biar dia merasa tersiksa lalu meminta cerai. Ya,' batinnya lalu mengambil ponsel dan kembali duduk di depan laptop.

'Suami tidak punya hati, tanya dong kamu kenapa Na? Sakit apa? Apa kenapa? Dia makan, makanan yang aku buatkan juga tidak berterima kasih. Hih ... bahkan saya tidak marah dipanggil Ros, saya berusaha menyelesaikan tugasku, namun ... heh ... apa dia akan bisa mencintaiku? Apa dia tidak akan kembali ke masalalunya? Susahnya ... akulah yang lebih dulu jatuh cinta, aku sangat mudah karena mengagumimu membuat aku takjub,' batin Anna lalu menghela napas.

'Palingan dia tidak betah, aku yakin pasti sebentar lagi keluar tuh ciut-cuit, cuitannya,' batin Andra lalu melihat pekerjaan.

Tidak lama ponselnya. "Hmmm ada apa Fi?" telpon

dari salah satu Adik kembarnya.

"Mas aku ditahan di kantor polisi, tolong tebuskan, sewakan pengacara, aku janji aku akan bekerja dan membayar berapapun hutangku Mas, bahkan aku akan bekerja di kantor setahun tidak di gaji tidak papa Mas, Mas ... Oma tidak tau Mas, kalau Oma tau aku bisa death Mas," mendengar Rafi yang terus berbicara Andra sama sekali tidak terkejut.

Memang adiknya itu sering berulah juga keluar masuk kantor polisi.

"Ada syaratnya tidak perlu bekerja dan membayar hutang tapi ... kamu tidak boleh ke diskotik lagi oke, kalau kamu masih berulang dan lagi aku pondokkan kamu," ancam Andra.

"Jangan Mas, ampun ... kalau di Pondok apa-apa dilarang Mas, plis Mas ya ... oke, nanti aku tanda tangan di atas matrai dan Mas tulus semua janji yang harus aku patuhi, oke ya Mas, Mas, aku tidak mau mondok Mas, ya... Mas cepat menghakimi," pinta Raffi sangat memohon.

"Masalahnya apa?"

"Aku dijebak, dia meletakkan Narkotika di kantongku, aku tidak jadi sumpah! Aku juga dituduh meniduri anak gadis! Bisa dilihat nih alatku masih suci, aku juga takut Oma akan dituntut di neraka, makanya aku tidak melakukan itu. Oma kan sering tuh, nasehati ... e ... jangan sampai zina karna sekarang kalian amanahku, kalau aku gagal, aku akan disiksa di sana, kalian tidak panggang sama wanita renta ini," jelas Raffi terus-menerus tidak lelah.

"Baiklah ... kalau nasihat Oma ada yang merasuk ke ragamu berarti masih ada titik baik. Aku akan segera mengirim pengaca dan surat perjanjian, kalau berulang kali di Pondok nanti akan aku beri uang saku selama lima ratus ribu, tidak lebih," tegas Andra sambil melihat laptopnya.

"Allahu Akbar, baik Mas aku janji demi tidak mondok aku setuju, cepat Mas aku tunggu," ujar Raffi menutup telepon. Andra segera menghubungi pengacara.

'Tuh kan ... dia memang punya hati yang putih, walau setitik, dia pria yang sangat bertanggung jawab, aku yakin suatu saat akan luluh dengan perhatianku. Ya Allah bantu hamba, Engkaulah dzat yang Maha Segala-galanya.' batin Anna, yang dari tadi mendengarkan perbincangan Andra dan Raffi.

Bersambung.