Xie Liu menghabiskan satu harinya berada di perpustakaan. Ia bahkan tidak memperdulikan ajakan Meng Mei untuk makan siang. Dan malam ini, Xie Liu bahkan belum menyentuh makanan yang dibawakan oleh Meng Mei.
Xie Liu berusaha mencari informasi mengenai kerajaan ini. Mulai dari informasi geografis, sejarah, bahkan susunan keluarga kerajaan.
la harus punya informasi yang valid jika ingin melakukan pemberontakan. Masalahnya Xie Liu harus menghadapi satu kerajaan. Dan dia butuh persiapan yang matang. Ya, walaupun sebenarnya jika Xie Liu mau, ia bisa saja merakit bom, lalu tinggal melakukan pengeboman di kekaisaran ini. Mengingat Kerajaan ini hanya seperempat dari Negara tempat dia tinggal dulu.
Tapi Xie Liu Bukanlah monster, yang tega membuat warga-warga kerajaan yang tidak bersalah ini menjadi korban.
[][][][][][][]
Meng Mei berlari sekuat tenaga. Nafas si pelayan memburu. Ia harus memberitahu Putra Mahkota bahwa sang tuan putri pergi keluar istana.
la baru saja meninggalkan tuan putrinya sebentar untuk mengembalikan beberapa buku yang dipinjam Tuan putrinya itu. Namun dia sudah terlambat 5 menit. Saat kembali ke paviliun sang putri, seorang pelayan mengabarkan bahwa putri sudah pergi keluar istana.
Ditengah perjalanan menuju pusat istana, Meng Mei berpapasan dengan putra mahkota Renshu.
"Mohon maaf atas kelancangan hamba Putra Mahkota", Meng Mei menunduk ketakutan.
"Ada apa?" Desis Putra Mahkota Renshu dingin.
"Ampuni hamba Putra mahkota. Putri Xie Liang baru saja pergi meninggalkan istana sendirian", ucap Meng Mei semakin ketakutan.
Meng Mei mendongakkan kepalanya sedikit, ingin melihat seperti apa respon Putra Mahkota. Namun nihil, hanya ada tatapan datar disana. Bahkan Putra Mahkota Renshu hanya berlalu meninggalkan Meng Mei yang masih Setia dengan posisi membungkuknya.
Meng Mei merasa kasihan terhadap tuan Putrinya. Ia yakin, jika sang putri melihat respon dari Putra Mahkota, pasti tuan putrinya akan sedih.
Meng Mei bingung apa yang akan dia lakukan saat ini. Masalahnya, penampilan tuan Putri Xie Lian yang sedikit berbeda bisa menimbulkan masalah. Rasanya Meng Mei ingin menangis saat ini juga. Ia takut terjadi sesuatu hal pada Tuan Putrinya.
[][][][][][][]
Diwaktu yang sama, namun ditempat yang berbeda, Xie Liu perlahan menghentikan laju kudanya saat merasa sudah cukup jauh dengan pusat kota.
Xie Liu tidak ingin menarik perhatian orang-orang, namun dirinya bisa gila jika terkurung didalam istana.
Xie Liu memutuskan untuk melihat secara langsung bagaimana keadaan kota. Ia harus punya rencana yang matang jika ingin kabur selamanya dari sini.
Suasana terasa berbeda setelah ia menginjakkan kakinya diluar istana. Ia kembali mengarahkan kuda tunggangannya untuk berjalan perlahan. Tampak disekelilingnya dipenuhi oleh beberapa pohon dan tanaman.
Xie Liu memutuskan untuk berhenti disalah satu tanaman. Alisnya berkerut, memikirkan dan berusaha mengingat-ingat, apakah tanaman ini sama dengan tanaman yang sedang ia cari.
Xie Liu memang memutuskan keluar untuk mencari sebuah tanaman, yang dapat memberikan warna permanen jika diolah. la memutuskan untuk mengubah warna rambutnya menjadi coklat, sehingga saat keluar, ia tidak menarik perhatian banyak orang.
Dulu, ia hanya tinggal pergi ke supermarket untuk beli pewarna rambut. Jika sedang malas, ia bisa langsung pergi ke salon. Namun disini? Xie Liu menghela nafas kasar lalu menggelengkan kepalanya pasrah.
Xie Liu mengambil beberapa daun, kemudian menumbuknya menggunakan Batu yang bertengger manis dijalan. Warnanya akan keluar jika Sari yang dihasilkan tanaman juga keluar.
Xie Liu ingat, Pada zaman kuno seperti ini, tumbuhan ini hanya digunakan untuk membuat tinta. Agar pewarna ini tidak luntur dirambut nya, ia hanya perlu menghindari air.
Beberapa jam kemudian, akhirnya Xie Liu bisa melihat warna pada rambutnya berubah dari pantulan bayangannya pada air sungai dibawahnya.
'Terlihat berbeda', pikirnya.
la memutuskan akan kembali ke istana setelah Fajar. Xie Liu menunggangi kudanya lagi, lalu berjalan masuk kembali ke kedalaman hutan.
Dikehidupan nya dulu, Xie Liu sering camping sendirian di hutan. Ia akan mengambil beberapa buah-buahan dari hutan, atau memancing di sungai. Jadi, jika nanti ia kabur dari istana, Xie Liu yakin dia bisa tetap hidup dengan bantuan alam.
Tidak jauh dari tempatnya berada saat ini, Xie Liu bisa mendengar sebuah suara teriakan. Xie Liu mengarahkan pandangannya kesegala penjuru, berusaha mencari dari mana asal suara itu.
Kedua matanya menyipit, Indra pendengarannya ditajamkan. Suara teriakan itu kembali terdengar, namun kali ini diikuti dengan suara rintihan.
Berusaha mempercayai instingnya, Xie Liu secara perlahan turun dari kudanya, dia menggenggam tali kekang kuda dengan erat, Xie Liu melangkahkan kakinya lebih jauh lagi masuk ke dalam hutan. Suara minta tolong masih terdengar, disusul oleh suara tawa keras yang mengganggu.
Xie Liu menyipitkan matanya, mulai menghitung berapa banyak musuh di depan matanya. Tidak jauh dari tempat musuh berdiri, ada sebuah kereta yang berisi 5 wanita, yang Xie Liu yakini merupakan para korban.
Huft...
Xie Liu menghela nafas kasar. Ada sekitar 12 laki-laki bertubuh besar disana. Xie Liu yakin dia bisa menghabisi seluruh laki-laki itu sendirian, tapi ini akan membutuhkan waktu yang lama.
Beda halnya, jika ia masih memiliki Elang Gurun-nya disini, atau sebuah pedang. Mungkin ia bisa menjatuhkan musuh-musuh ini kurang dari 5 menit.
Tidak ingin menghabiskan waktu terlalu lama, Xie Liu tanpa ragu mendekati para bandit-bandit itu.
"Hai!" Xie Liu menyapa para pria itu dengan tenang. Tidak terlihat sama sekali guratan ketakutan pada wajahnya.
"Wah, ada nona cantik ternyata!" Ucap salah satu bandit, kemudian memandang Xie Liu mesum.
Pria-pria itu memiliki wajah sangar. Tubuh merekapun termasuk kekar, apalagi mereka dilengkapi dengan senjata yang lengkap ditangannya.
"Siapa yang memerintahkan kalian berbuat ulah di wilayah kaisar Liu Wei?" Ucap Xie Liu dengan Nada sopan yang dibuat-buat.
"Berani sekali kamu menantang kami nona muda!!" Teriak salah satu bandit yang memiliki bekas luka pada salah satu bagian wajahnya.
"Segeralah pulang nona, selagi aku masih memintanya dengan baik-baik. Biasanya kami cepat berubah pikiran". ucap salah satu bandit sambil tertawa.
Xie Liu ikut tertawa mendengar perkataan bandit tersebut. Tidak ada ketakutan pada dirinya. Hanya keinginan untuk membunuh yang menggebu-gebu yang terlihat dari pancaran matanya.
Xie Liu meregangkan kepalanya kekanan dan kiri, kemudian merilekskan kedua tanganya sambil berujar.
"kalian beruntung, tiba-tiba aku ingin mengambil nyawa seseorang saat ini juga. Ingin mencoba?". ucap Xie Liu sambil tertawa mengejek.
Ada tatapan kesungguhan pada mata Xie Liu, dan itu membuat para bandit sedikit goyah.
Salah satu bandit berlari kearahnya, dan dengan cekatan Xie Liu menghindar, kemudian memberikan sebuah tendangan di belakang punggungnya. Tendangan itu tidak terlalu kuat, namun mampu membuat bandit itu lengah hingga Xie Liu bisa merebut pedang sang bandit, kemudian langsung menebas punggung bandit tersebut.
Semua orang yang menyaksikan kejadian itu terbelalak tidak percaya. Dengan tubuh sekecil itu, Xie Liu berhasil menumbangkan satu bandit yang merupakan ketuanya.
Tidak ingin membuang waktu, Xie Liu berjalan kearah pada bandit, menebas salah satu bandit yang paling dekat, kemudian merebut pedang bandit tersebut.
Sekarang Xie Liu menggunakan 2 pedang. Dengan lihai dia menangkis tebasan bandit lain yang mencoba menyerangnya. la juga memanfaatkan tubuh kecilnya untuk menyalip di celah tertentu, sehingga di beberapa kesempatan, para bandit tersebut menjadi saling Serang.
Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Xie Liu dapat melumpuhkan semua bandit. Xie Liu menyimpan kedua pedangnya dibelakang punggungnya, kemudian berjalan kearah para tawanan. la tidak menyadari salah satu dari bandit-bandit itu masih bisa berdiri dan menyerang Xie Liu dari belakang, dan hasilnya, perut bagian kiri Xie Liu tertusuk cukup dalam, dan mengeluarkan banyak darah.
Xie Liu berbalik kemudian memberikan pukulan jab dari bawah. la bahkan tidak mempedulikan tubuhnya yang terluka.
Xie Liu jatuh berlutut setelah berhasil meruntuhkan sang bandit.
"Nona, ada tidak apa-apa?" salah satu tawanan menghampirinya.
Xie Liu meringis pelan, kemudian menyentuh perut kirinya. Banyak darah merembes dari sana, belum lagi dari lengan kanannya.
Dengan berusaha tetap menyadarkan dirinya, Xie Liu berucap pelan.
"Aku tidak apa-apa. Tolong bantu aku naik keatas kudaku". ucapnya pelan dan langsung dikerjakan para tawanan tersebut.
Setelah bersusah payah untuk naik keatas kudanya, akhirnya Xie Liu berhasil. Sambil memegang luka pada bagian perut kirinya, Xie Liu berucap pelan, "Segeralah kalian kembali ke keluarga masing-masing. Maaf aku tidak bisa mengantar kalian. Sebentar lagi, para prajurit akan melakukan pemeriksaan keamanan. Minta tolonglah pada mereka. Aku pergi dulu" ucap Xie Liu pelan.
la membutuhkan waktu 30 menit untuk kembali ke istana. Ia ingin selamat kali ini. Ada sesuatu yang penting yang harus dilakukan.
Dengan bermodalkan kesadaran yang sedikit, Xie Liu kembali menunggangi kudanya. Kali ini berusaha untuk cepat sampai di istana.