Seekor kuda berjalan perlahan mendekati gerbang istana kerajaan Liu Wei. Beberapa prajurit istana yang tampak penasaran akhirnya mendekat kearah kuda tersebut.
Yuang Shim, salah satu prajurit tersebut membelalakkan matanya. Laki-laki itu melihat seorang perempuan yang sudah kehilangan kesadarannya. Belum lagi, terlihat banyak luka pada tubuh gadis itu.
Ingin memastikan identitas gadis itu, Yuang Shim berjalan lebih dekat, menggeser posisi rambut yang menutupi sebagian wajah gadis tersebut.
"Astaga. Panggil Tabib istana! Ini Putri Xie Lian" ucapnya sambil berusaha menurunkan sang Putri dari atas kuda.
[][][][][][][]
Ternyata kabar sang Putri yang terluka tersebar cukup cepat di istana. Tampak saat ini Putra Mahkota Renshu berserta Kaisar Liu Wei sedang duduk bersama. Mereka masih saling bertatapan setelah mendengar keadaan Putri Xie Lian.
"Aku ingin kau mengurus masalah ini Putra mahkota!" Perintah Kaisar Liu Wei.
"Baik ayah!" Jawab Putra mahkota Renshu tegas.
"Aku tidak ingin dipandang oleh masyarakatku sebagai Raja yang tidak peduli. Walau bagaimanapun, Xie Lian juga adalah salah satu masyarakat kerajaan ini" jelas Raja Liu.
"Saya akan mengatur segalanya. Apa ayah tidak ingin mengunjungi Putri Xie Lian?" tanya Renshu penasaran.
"Aku akan mengunjunginya. Tapi nanti, saat gadis nakal itu sudah sadar. Aku akan membawa Yang Mulia Ratu kesana. Agar gadis itu benar-benar bisa bertingkah layaknya Putri kerajaan" jelas Raja Liu geram.
[][][][][][][]
Diruangan itu, kembali Meng Mei menangisi sang Putri. Kali ini yang berbeda hanyalah Cara Putri Kehilangan kesadarannya.
Meng Mei masih Setia membersihkan tubuh Tuan putrinya dengan membasahkan sebuah kain dan menggosokannya ketubuh Putri Xie Lian. Sesekali pelayan itu sesenggukan akibat menangis terlalu lama.
Terlalu banyak lecet pada kulit sang Putri. la semakin sedih tatkala memikirkan ejekan dan hinaan dari Putri lain, akibat bekas luka Putri Xie Lian.
Xie Liu mendengar nada sesenggukan dari sebelahnya. Matanya Mengerjap perlahan, mulutnya mendesis merasakan sakit di bagian perut bagian kirinya.
"Tuan Putri, anda sudah sadar?". ucap Meng Mei lalu menghapus air matanya kasar.
"Aku dimana?".gumam Xie Liu. Gadis itu berusaha bangun, namun sekali lagi ia meringis tertahan.
Tangannya secara reflek memegang perutnya. Ingatan-ingatan mulai kembali menyerang kepalanya, mulai dari dia yang melarikan diri dari istana, mengubah warna rambutnya, hingga menolong gadis-gadis dari para bandit. Xie Liu meraih sejumlah rambutnya dengan cepat.
'Masih coklat', batinnya.
la menghembuskan nafas lega. Setidaknya, sesi kabur dari istana kemarin masih menyisakan sesuatu.
"Sudah berapa lama aku pingsan Meng Mei?" tanya Xie Liu, kemudian memperbaiki cara duduknya.
"Sekitar 3 hari Putri. Apa anda menginginkan sesuatu? Saya akan memanggil Tabib untuk memeriksa kondisi anda". ucap Meng Mei sambil berdiri hendak keluar untuk memanggil Tabib.
Belum sempat Meng Mei mencapai pintu, suara Xie Liu menghentikan langkahnya.
"Tidak perlu. Aku baik-baik saja. Aku tidak butuh mereka semua" perintah Xie Liu.
Tidak jadi pergi, Meng Mei memutuskan untuk kembali duduk di sebelah tempat tidur Xie Liu. Meng Mei masih memandangi tuan putrinya itu.
Xie Liu terlihat melamun. Entah apa yang sedang gadis itu pikirkan.
"Bagaimana menurutmu jika aku keluar dari istana ini Meng Mei?" tanya Xie Liu setengah bergumam. pandangan gadis itu lurus kedepan, tidak beralih sedikit pun.
"A-apa? Tolong jangan tinggalkan saya Putri. Saya mohon". ucap Meng Mei sambil menundukkan kepalanya.
"Kau mau ikut?" Xie Liu terkekeh. Meng Mei gelagapan, bingung, tidak tau harus menjawab apa.
"Sebaiknya, jangan pergi meninggalkan istana. Diluar sana berbahaya Putri". jelas Meng Mei. Mau bagaimanapun, ia tidak ingin tuan putrinya menghadapi bahaya sekali lagi.
"Yang mulia Raja memasuki ruangan!". teriak salah satu penjaga. Xie Liu hanya menaikkan satu alisnya. la melihat rombongan Raja serta Permaisuri memasuki kamarnya.
Meng Mei segera berdiri, hormat dan menyingkir dari hadapan Xie Liu.
Raja Liu terlihat kaget melihat perubahan dari Putri Xie Lian. Warna rambutnya sangat mirip dengan ibunya. Bukan hanya raja, tapi semua orang yang ikut masuk kedalam ruangan juga tampak terkejut. Penampilan Xie Lian saat ini sangat mirip dengan mantan permaisuri. Semua pandangan orang-orang yang mengatakan bahwa mantan permaisuri selingkuh, mulai meragukan.
Karena Xie Lian memang memiliki kemiripan dengan mantan permaisuri. Dan juga, jangan lupakan sifat Xie Lian yang hanya sebelas dua belas dengan sifat Raja mereka.
Jika orang lain melihat, orang itu pasti bisa menebak bahwa Xie Lian memang adalah anak kandung raja.
"Kau sudah baik-baik saja Putri Xie Lian" ucap Raja Liu memecahkan keheningan.
"Seperti yang anda lihat". ucap Xie Liu sarkastik.
"Tolong jaga kesopanan anda Putri Xie Lian" ucap permaisuri Ying pelan.
Xie Liu hanya memandang datar kearah mereka. Sama sekali tidak ada ketakutan dimatanya. Toh, jika dia mati, dia juga tidak terlalu peduli.
"Aku dengar kau menebas habis para bandit bangsawan" Tanya Raja.
Xie Liu hanya mengendikkan bahunya. la tidak berusaha menarik perhatian raja karna baru melakukan sebuah tugas yang mulia.
Raja Liu membelalakkan matanya tidak percaya. la merasa tidak asing dengan sifat Putri Xie Lian.
"Bisakah kalian keluar? Aku ingin istirahat". ucap Xie Liu kembali membaringkan tubuhnya di kasur, membelakangi semua orang. la bukan bermaksud tidak sopan, tapi ia benar-benar merasa kesakitan saat ini.
"Sebelum aku keluar, aku akan mengatakan bahwa mulai saat ini kau dilarang keluar dari istana Putri Xie Lian" ucap raja Liu tegas, kemudian berbalik meninggalkan ruangan itu.
'cih, apa artinya itu, aku tidak peduli, Kau tidak bisa menghentikanku', batin Xie Liu sambil menjulurkan lidahnya.