Chereads / NEVER APART / Chapter 3 - BOOK 1 = 3 INSIDEN MENGERIKKAN 2

Chapter 3 - BOOK 1 = 3 INSIDEN MENGERIKKAN 2

Hendra hanya tertawa tahu puteri angkatnya itu semakin lama semakin pulas saja. Dia bercerita dengan Maharani di sepanjang jalan, membagi waktu me time ala keluarga, dan memutar instrument piano milih Beethoven dan Mozart yang menenangkan.

Hendra sengaja tidak membawa Raymond hari itu. Dia ingin liburan kali ini hanya berfokus untuk Aleta, namun saat Aleta terbangun kembali dari tidurnya … dia tak lagi bisa melihat apapun.

Dia buta.

Dokter di sebelah ranjang rawat inapnya berkata dengan pelan.

"Nona Aleta Xaviery. Anda akhirnya terbangun juga. Syukurlah, Tuhan...."

"Dok?"

Aleta meraba-raba tangan lelaki yang ada di sisinya. Dia menoleh kebingungan. Tidakk tahu kenapa susah bergerak juga di tempat itu.

"Nona, sebaiknya Anda tenang dulu—"

"Dok, kenapa aku tidak bisa melihat apapun … kaki juga—ugh…"

Dokter itu pun menggenggam tangannya yang gemetar. "Maaf, Nona. Kecelakaan besar sudah menimpa Anda dan orangtua anda 8 hari lalu."

DEG

"Apa?"

"Ada truck—dan hanya Anda yang selamat. Tapi maaf, kami sudah berusaha sebaik mungkin. Orangtua Anda tidak sempat mendapat pertolongan yang lebih baik," kata dokter itu. Langsung membuat Aleta mau mati rasanya. "Tubuh mereka hancur karena hantamannya dari depan. Lalu pecahan kaca mobil serta pintu yang rusak mengambil mata dan kaki Anda. Kami tidak mampu melakukan hal yang lebih baik lagi dari ini. Maaf…"

Jangan meminta maaf.

Jangan meminta maaf.

Jangan meminta maaf dan katakana ini hanya mimpi!

"Kakiku—"

"Em, maaf … Maksud saya kaki Anda tidak benar-benar hilang, hanya saja tulangnya fraktur parah. Jadi untuk beberapa tahun mungkin Anda butuh perawatan khusus agar bisa berjalan kembali seperti sedia kala," jelas si dokter lagi. "Anda harus kuat, Nona Aleta. Anda bisa melewati ini semua."

Apanya yang harus kuat?

"Sekarang Inspektur Hitch Theo ada di sini," kata si dokter. "Dia ingin bicara beberapa hal serius dengan Anda."

Gila!

Nafas Aleta bahkan sudah bersengalan karenanya. Dadanya kembang kempis. Keringat dinginnya mengucur deras, dan dia berakhir berteriak histeris saat itu juga.

"AAAAAARRRRGGGGHHHHH!"

Situasi pun tak bisa dikendalikan.